Share

BAB 4

Auteur: Rainina
last update Dernière mise à jour: 2025-11-27 16:40:22

Satu minggu pertama bekerja, Adriana memilih pakaian yang lebih sopan dari yang gunakan saat interview bersama Victor Sterling. Bagaimanapun, ia masih harus melakukan serah terima pekerjaan dengan Ammy, mantan sekretaris pria itu.

Walau Adriana ingin segera melaksanakan rencananya, gerakan yang ia punya terbatas. Sebagian dirinya yang masih cukup ‘waras’ terus mengingatkan dirinya untuk bersikap profesional di mata orang lain.

Ia berakhir hanya memberikan ‘sinyal-sinyal’ kecil seperti sentuhan tidak sengaja saat ia hanya berdua dengan pria itu. Yang berakhir benar-benar diabaikan.

Tapi, perubahan Adriana terjadi dengan cepat begitu sekretaris Victor yang ia gantikan sudah tidak masuk kerja kembali.

Adriana menatap pantulan dirinya di cermin toilet kantor. Belahan di blouse yang ia kenakan sedikit lebih rendah dari jarak aman yang biasa ia kenakan. Begitu juga rok pensil yang lebih ketat dari biasanya.

Seseorang akan memanggil dirinya wanita penggoda. Jika bukan orang lain, setidaknya diri Adriana  sendiri.

Adriana menghela nafas panjang. Demi menghancurkan Evelyn. Ia harus menahan perasaan tidak nyaman yang timbul.

Saat Adriana akhirnya dipanggil ke ruangan Victor untuk menyerahkan laporannya, wanita itu berdiri di seberang pria itu sambil tersenyum kaku. 

“Laporanmu cukup bagus.” puji Victor, sungguh-sungguh terkesan dengan kemampuan Adriana.

“Saya senang anda jika anda puas dengan kinerja saya.” Adriana tersenyum sambil menyisihkan helaian rambut ke telinganya dengan gerakan malu-malu. Saat ia mengangkat kepalanya dan tatapan mata mereka bertemu, senyuman di wajah Adriana semakin melebar.

“Kembalilah ke tempatmu.” perintah Victor akhirnya, matanya terlihat mencoba menghindari mata Adriana.

“Apa anda tidak butuh bantuan lainnya, Tuan?” Adriana mencoba bertanya, berusaha memperpanjang waktunya berada di dekat pria itu. “Saya bisa membantu anda untuk hal lain juga.”

“Tidak.” jawab pria itu cepat, ia mengalihkan tatapannya pada berkas di mejanya. “Pergilah.”

Adriana akhirnya berbalik setelah Victor mengulang perintahnya. Takut jika ia justru berakhir memprovokasi kemarahan pria itu.

Tapi saat ia baru akan melangkahkan kakinya untuk pergi, Adriana justru menjatuhkan beberapa dokumen yang masih berada di tangannya.

Bagus. Pikirnya dalam hati. Pertama, ia jelas-jelas diusir, dan sekarang bahkan dunia tidak memihak padanya.

Adriana berniat berjongkok dan mengambil lembaran kertas yang masih berada di lantai hingga tiba-tiba dia terpikir sesuatu.

Atau… apakah sebenarnya justru dunia sedang memihak padanya?

Adriana melirik pelan ke arah Victor yang duduk di belakangnya dan menundukkan tubuhnya perlahan. Jari-jarinya menyusuri kertas yang berada di lantai dengan lembut.

Helaian rambut Adriana yang jatuh ke wajahnya membuatnya terlihat polos dan fokus pada apa yang ia lakukan. Tapi ia tahu, di belakangnya, Victor sedang fokus pada hal lain.

Tubuhnya yang menunduk membuat rok pensil yang digunakan wanita itu semakin mengikuti lekukan pinggulnya. Sementara sesekali blousenya ikut terangkat setiap kali Adriana mencoba meraih kertas yang terbang terlalu jauh.

“Uhuk…”

Adriana tersenyum puas saat ia mendengarkan suara tersedak yang datang dari belakangnya. Pria itu jelas memperhatikannya.

Tapi Adriana masih berlama-lama, mengambil kertas itu satu persatu alih-alih mengambil semuanya sekaligus. Hingga tiba-tiba tangan besar milik Victor muncul dan mengambil berkas itu dengan satu gerakan cepat.

Adriana yang terkejut dengan kemunculan tiba-tiba pria itu di sampingnya tersentak. Dengan refleks ia segera menegakkan tubuhnya, membuat kepalanya terbentur dengan dada keras milik pria itu.

“Aww…” Adriana meringis pelan, tapi tubuhnya terasa mengecil saat ia merasakan bosnya itu menatap dirinya dengan tajam.

Nafas Victor terasa hangat di atas kepalanya, Adriana bahkan dapat merasakan hangat tubuh pria itu karena jarak yang begitu sempit.

“Hati-hati.” ucap Victor pelan. Suaranya terdengar begitu tenang, tapi tatapannya pada Adriana membuat wanita itu menelan ludah.

Lagi-lagi, tatapan menilai itu.

Adriana dapat merasakan sengatan di bahunya saat pria itu menyentuhnya di sana dengan satu tangan. Dan pria itu meletakkan berkas yang ia pungut dengan tangan satunya.

“Adriana?”

Adriana menelan ludah saat mendengar suara rendah pria itu. Genggamannya pada dokumen mengerat, tapi begitu juga sentuhan Victor di bahunya.

“Y… ya Tuan?” Adriana tergagap, seperti anak kecil yang baru saja ketahuan melakukan hal buruk.

“Fokuslah.” 

Adriana menggigit bibirnya, mencoba menguasai dirinya dari ketegangan yang terasa berat di sekitarnya.

Saat akhirnya Adriana berbalik, wajahnya sudah kembali dipenuhi senyuman profesional yang biasa ia tunjukkan.

“Maaf Tuan, sepertinya saya hanya sedikit lelah.” Adriana menunduk, tangannya bergerak menyingkirkan rambutnya ke belakang telinga dengan perlahan. Menunjukkan gestur malu dan ragu-ragu.

Tapi tatapan Victor masih jatuh pada dirinya, membuat Adriana tidak tahu bagaimana ia harus bertindak selanjutnya tanpa mengacaukan sesuatu.

“Lain kali.” jawab pria itu akhirnya. “Berhenti bertingkah seperti itu di hadapanku.”

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Taktik Menaklukan Ayah Musuhku   BAB 7

    Adriana memegang pipinya yang baru saja di tampar oleh Clara. Wajahnya perlahan terangkat, matanya menatap kesal ke arah wanita itu.Cukup sudah. Adriana sudah harus menghadapi sikap Evelyn yang tidak tahu malu, dan ia juga harus menghadapi sikap dingin Victor. Dan sekarang dia harus menghadapi satu wanita gila lagi?Tangan Adriana yang tidak memegang pipinya mengepal dengan keras.“Kau…” Clara baru saja akan membuka mulutnya lagi untuk memaki, tapi Adriana tidak memberinya kesempatan untuk menyelesaikan perkataannya. Adriana menjatuhkan tas kerjanya ke lantai basement dengan kasar, dan tanpa peringatan, tangannya mendarat di pipi Clara.PLAK!Suara tamparan itu terdengar lebih kuat dari yang Clara lakukan sebelumnya. Wanita itu melotot tidak percaya, jika tatapannya bisa membunuh mungkin Adriana sudah terkapar di lantai basement ini sekarang.“Kau menamparku?!” pekik Clara, suaranya melengking memenuhi basement yang sunyi.“Itu untuk menyadarkanmu dari delusi gila hormatmu, Nona Cla

  • Taktik Menaklukan Ayah Musuhku   BAB 6

    Adriana tersentak saat mendengar panggilan itu. Dengan cepat ia menarik tangannya dari dasi Victor dan mundur dua langkah.Sayang? Tapi berita-berita di media itu tidak menyebutkan bahwa Victor sedang memiliki kekasih saat ini.Sial, bagaimana ini? Sudah terlalu jauh jika dia mundur sekarang. Adriana mengangkat wajahnya sedikit untuk mengintip. Wanita itu terlihat beberapa tahun lebih tua dari Adriana. Tapi wajahnya begitu cantik.Penampilannya juga begitu elegan, lengkap dengan suara yang begitu menenangkan. Apa ia juga seorang model atau aktris?“Apa yang kau lakukan di sini, Clara?” suara dingin Victor membuat Adriana sedikit terkejut, tidak menyangka bahwa pria itu akan merespon sebegitu dingin.“Apa maksudmu?” wajah wanita bernama Clara itu berubah sedih. Seperti tidak menyangka jawaban yang diberikan oleh Victor. “Kita kan sudah sangat lama sekali tidak bertemu. Aku hampir mengira kamu melupakanku.”Tidak ada jawaban dari Victor, tapi suasana penuh tekanan yang Adriana rasakan m

  • Taktik Menaklukan Ayah Musuhku   BAB 5

    Wajah Adriana memerah dengan hebat saat mendengarkan perkataan Victor.Adriana melupakan fakta bahwa pria itu berbeda dengan para pria muda bodoh yang begitu mudah digoda. Pria itu punya lebih banyak pengalaman, dan dia mungkin adalah predator sebenarnya di sini.Adriana masih berdiri di tengah ruangan itu, tapi Victor sudah kembali duduk di mejanya. Mengabaikan Adriana sepenuhnya dan memenuhi ruangan dengan suara keyboard.Adriana menunduk akibat rasa malu yang menyusup dalam dirinya. “Saya permisi dulu.”Adriana tidak menunggu jawaban dari victor dan segera keluar dari ruangan dengan gerakan terburu. Begitu pintu tertutup ia langsung menutup wajahnya dengan dokumen yang masih ia pegang.“Aaaaa…” Adriana berteriak pelan, ia ingin pulang. Ia bahkan ingin segera berhenti bekerja. Perkataan Victor benar-benar merusak kepercayaan dirinya.Kenapa ayah dan anak itu begitu mirip dalam hal seperti ini? Adriana sudah benar-benar berjalan dengan begitu lemas ke mejanya ketika lagi-lagi ponseln

  • Taktik Menaklukan Ayah Musuhku   BAB 4

    Satu minggu pertama bekerja, Adriana memilih pakaian yang lebih sopan dari yang gunakan saat interview bersama Victor Sterling. Bagaimanapun, ia masih harus melakukan serah terima pekerjaan dengan Ammy, mantan sekretaris pria itu.Walau Adriana ingin segera melaksanakan rencananya, gerakan yang ia punya terbatas. Sebagian dirinya yang masih cukup ‘waras’ terus mengingatkan dirinya untuk bersikap profesional di mata orang lain.Ia berakhir hanya memberikan ‘sinyal-sinyal’ kecil seperti sentuhan tidak sengaja saat ia hanya berdua dengan pria itu. Yang berakhir benar-benar diabaikan.Tapi, perubahan Adriana terjadi dengan cepat begitu sekretaris Victor yang ia gantikan sudah tidak masuk kerja kembali.Adriana menatap pantulan dirinya di cermin toilet kantor. Belahan di blouse yang ia kenakan sedikit lebih rendah dari jarak aman yang biasa ia kenakan. Begitu juga rok pensil yang lebih ketat dari biasanya.Seseorang akan memanggil dirinya wanita penggoda. Jika bukan orang lain, setidaknya

  • Taktik Menaklukan Ayah Musuhku   BAB 3

    “Ya. Dia ada di dalam, kan?”Adriana melihat dari kejauhan, Evelyn sudah menyerahkan tasnya pada wanita yang bertanya padanya untuk dibawakan.“Ya, Nona, tapi sedang ada interview di dalam,” jawab wanita itu.Menyadari Evelyn akan bergerak ke arahnya, Adriana dengan panik bergerak menuju arah berlawanan, memunggungi arah datang Evelyn. Semoga saja wanita itu tidak menyadari kehadiran Adriana di sana.“Interview? Untuk posisi apa? Jarang ada yang interview langsung dengan ayahku.” Evelyn bertanya bingung.“Sekretaris barunya, Nona.” Suara wanita yang mengikuti Evelyn terengah karena mengikuti langkahnya yang cepat.“Oh, kau akan berhenti?” Evelyn akhirnya berhenti berjalan dan melihat ke arah wanita itu.“Iya… saya akan menikah dan pindah keluar kota.” jawabnya canggung.“Aku harus melihat langsung kandidatnya.” ucap Evelyn sambil kembali berjalan. Perlahan, ia mulai mendengus pelan. “Semoga sekretaris itu biasa saja seperti dirimu, dan bukan gold digger yang mengincar harta ayahku. Ak

  • Taktik Menaklukan Ayah Musuhku   BAB 2

    “Ehem.” Adriana berdehem pelan, merasa canggung dengan diam yang sudah berlangsung sejak ia masuk ke ruangan milik Victor Sterling.Pria itu masih membolak-balik resume miliknya, membaca dengan seksama. Adriana mulai merasa tidak nyaman dengan posisi duduknya, sehingga secara refleks ia menutupi pahanya yang tersingkap dengan tas.Tunggu. Bukankah ini justru bertentangan dengan tujuan Adriana datang kemari?Dengan perlahan, Adriana menurunkan tas itu dari pangkuannya. Adriana membiarkan helaian rambutnya jatuh menyapu bahu, kemudian menyisihkannya ke belakang telinga perlahan dengan ujung jari. Berada dalam kompetisi yang terus berjalan dengan Evelyn telah mengajarkan Adriana banyak cara menggoda seorang laki-laki. Dan diantara semuanya, cara halus itu selalu berhasil mencuri fokus.Adriana menarik tubuhnya lebih tegak, mengatur agar bahunya rileks, lehernya terekspos lebih jelas saat ia menoleh sedikit ke samping. Berpura-pura tertarik pada apapun yang berada di sudut ruangan. Tida

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status