Share

BAB 2

Auteur: Rainina
last update Dernière mise à jour: 2025-11-27 16:39:50

“Ehem.” Adriana berdehem pelan, merasa canggung dengan diam yang sudah berlangsung sejak ia masuk ke ruangan milik Victor Sterling.

Pria itu masih membolak-balik resume miliknya, membaca dengan seksama. Adriana mulai merasa tidak nyaman dengan posisi duduknya, sehingga secara refleks ia menutupi pahanya yang tersingkap dengan tas.

Tunggu. Bukankah ini justru bertentangan dengan tujuan Adriana datang kemari?

Dengan perlahan, Adriana menurunkan tas itu dari pangkuannya. Adriana membiarkan helaian rambutnya jatuh menyapu bahu, kemudian menyisihkannya ke belakang telinga perlahan dengan ujung jari. 

Berada dalam kompetisi yang terus berjalan dengan Evelyn telah mengajarkan Adriana banyak cara menggoda seorang laki-laki. Dan diantara semuanya, cara halus itu selalu berhasil mencuri fokus.

Adriana menarik tubuhnya lebih tegak, mengatur agar bahunya rileks, lehernya terekspos lebih jelas saat ia menoleh sedikit ke samping. Berpura-pura tertarik pada apapun yang berada di sudut ruangan. 

Tidak ada gerakan berlebihan, hanya sedikit perubahan postur untuk menarik perhatian Victor ke arah yang ia inginkan.

Hingga Adriana kembali menolehkan wajahnya dan tatapan mereka kembali bertemu, Adriana menunjukkan senyuman lembut di wajahnya. Untuk sesaat Adriana menangkap perubahan halus pada Victor, tarikan napas pria itu sedikit lebih berat, rahangnya mengeras walau hanya untuk waktu yang singkat.

Dan itu saja sudah cukup bagi Adriana. Ia tahu tepat kapan sesuatu mulai bekerja. Pria itu kembali mengalihkan perhatiannya pada kertas yang berada di hadapannya. Sementara Adriana memanfaatkan waktu itu untuk memperhatikan wajahnya dengan lekat. 

Tentu, siapapun tahu bahwa Evelyn datang dari keluarga kaya. Evelyn terlalu sombong untuk tidak memamerkan fakta itu.Tapi Adriana tidak pernah membayangkan seperti apa ayah Evelyn itu sebelumnya.

Ia mengira akan bertemu pria tua dengan perut buncit yang lengkap dengan sikap arogan.

Tapi yang duduk di hadapannya adalah pria dengan tubuh tegap, bahu lebar, dan tatapan yang mampu membuat wanita seumuran Adriana menggila.

“Adriana Brown.” Akhirnya Victor bersuara. Suaranya yang rendah dan berat terasa merayap di kulitnya.

“Ya?” jawab Adriana pelan.

“Aku sudah melihat resumemu.” Victor meletakkan berkas itu di meja. “Kau lulus kuliah dengan nilai terbaik. Pengalaman kerja relevan. Dan saat background check, kami mendengar cukup banyak pujian.”

Ia menautkan jari-jarinya. “Aku cukup terkesan.”

“Benarkah?” Adriana tersenyum kecil, menyingkirkan rambut ke belakang telinga. “Saya senang mendengarnya.”

“Ya.” Victor bersandar ke kursi. “Semua hasil tesmu juga merupakan yang terbaik dibanding kandidat lainnya. Itu membuatku bertanya-tanya.”

Adriana mengerjap. “Maksud Anda, Tuan?”

Tatapan Victor turun ke kaki Adriana yang masih bersilang. Dan menyusuri tubuhnya perlahan.

“Kenapa kau berpakaian,” tatapan itu akhirnya jatuh di mata Adriana, membuat nafasnya tercekat. “dan bertingkah seolah kau sedang menawarkan hal lain padaku?”

Adriana yang tidak menyangka perkataan itu sedikit terkaget. Tapi dengan cepat ia menguasai dirinya dan kembali tersenyum. Tentu saja, seseorang yang memiliki perusahaan terbesar di kota ini tidak mungkin begitu mudah ditipu.

Tangannya yang tadinya beristirahat di pangkuan naik pelan ke lututnya, gerakannya lembut, berusaha menyembunyikan niatnya.

“Saya datang kemari untuk mengisi posisi yang ditawarkan perusahaan Anda.” Adriana menjawab dengan suara lembut yang tenang. “Dan seperti yang Anda lihat pada resume saya, saya benar-benar serius mengenai hal ini.”

Adriana mencondongkan tubuhnya sedikit, sambil tetap menjaga batas aman diantara mereka berdua.

“Jika Anda mengira bahwa saya menawarkan hal lainnya… mungkin itu hanyalah prasangka anda, Tuan Victor.” Matanya menatap langsung tanpa berkedip. “…karena Anda yang menginginkan hal lain.”

Tatapan pria itu sama sekali tidak berubah, masih tajam dan terlihat menilai. Untuk sesaat, Adriana mengutuk keberaniannya yang tiba-tiba terasa lancang. Apa dia sudah salah memilih target?

“Hah...” dengusan pelan terdengar dari mulut pria itu yang diiringi dengan senyuman miring. Hanya sesaat, karena detik selanjutnya pria itu kembali fokus pada dokumen di hadapannya.

“Karirmu di perusahaan sebelumnya cukup baik dan stabil. Kudengar kau juga ditawarkan promosi. Jadi apa yang membuatmu ingin pindah kemari?”

Boss di perusahaan sebelumnya tidak cukup untuk membuat Evelyn menggila. Tapi tentu saja Adriana menelan jawaban itu, dan berusaha untuk tetap terlihat profesional.

“Perusahaan Anda adalah yang terbaik di kota ini. Sama seperti orang lain, saya ingin sesuatu yang lebih.” Adriana terdiam sejenak sebelum melanjutkan jawabannya. “Sesuatu yang hanya bisa ditawarkan oleh Anda… dan perusahaan Anda.”

Victor memperhatikannya dengan seksama. “Kau terlihat ambisius.”

“Untuk seseorang yang memiliki perusahaan sebesar ini, saya rasa Anda jauh lebih ambisius dibandingkan saya.”

Victor mengangguk kecil, mengakui poin itu.

“Perusahaan yang lebih besar berarti ritme kerja yang lebih cepat. Kau mungkin akan mengorbankan kenyamanan yang didapat tempat kerjamu sebelumnya.”

“Tidak masalah.” Jawab Adriana tanpa ragu. “Saya tahu apa konsekuensinya. Sesuatu yang lebih akan menuntut saya untuk memberikan lebih.”

“Aku tidak mentoleransi kesalahan apapun.” jawab Victor lagi. “Bahkan atas nama adaptasi, terutama melihat bagaimana pengalamanmu sebelumnya, aku punya begitu banyak ekspektasi.”

“Saya mengerti.” ujarnya pelan. “Dan saya tidak datang ke sini untuk meminta toleransi, Tuan Sterling. Saya datang karena saya tahu saya bisa memenuhi standar Anda.”

Keheningan mengisi ruangan untuk beberapa saat, tapi tatapan Victor masih tidak lepas dari Adriana. Dan dibalik senyuman yang berusaha tetap ia pertahankan, Adriana dapat merasakan jantungnya berdebar dengan keras.

Adriana bukan orang yang percaya diri. Berbeda dengan Evelyn, Adriana punya begitu banyak perasaan cemas dalam dirinya. Ia selalu cemas ketika seseorang menatap dirinya dengan tatapan menilai.

Tapi tahun-tahun penuh persaingan dengan Evelyn membuatnya mampu menahan segala macam kecemasan yang datang atas dasar satu hal, rasa benci jika Evelyn lebih unggul dari dirinya.

“Baiklah.” ucap Victor tiba-tiba. “Kau bisa mulai minggu depan.” 

=

Adriana menghembuskan nafas lega saat ia akhirnya keluar dari ruangan Victor Sterling. Dadanya masih berdebar dengan kencang. Ruangan itu, walau begitu luas terasa begitu menyesakkan.

Mungkin karena Adriana sudah lama tidak melakukan hal seperti ini. Dan lagi targetnya kali ini bukanlah pria muda yang dikencani oleh Evelyn, tapi ayahnya. Fakta itu sudah cukup membuatnya merasa jauh lebih tertekan.

Adriana berniat melanjutkan langkahnya untuk pergi ketika ia tiba-tiba mendengar suara lain dari arah jalan keluarnya. 

“Nona Evelyn.”

Adriana terperanjat saat mendengar nama itu.

“Apa anda ingin bertemu dengan ayah anda?”

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Taktik Menaklukan Ayah Musuhku   BAB 7

    Adriana memegang pipinya yang baru saja di tampar oleh Clara. Wajahnya perlahan terangkat, matanya menatap kesal ke arah wanita itu.Cukup sudah. Adriana sudah harus menghadapi sikap Evelyn yang tidak tahu malu, dan ia juga harus menghadapi sikap dingin Victor. Dan sekarang dia harus menghadapi satu wanita gila lagi?Tangan Adriana yang tidak memegang pipinya mengepal dengan keras.“Kau…” Clara baru saja akan membuka mulutnya lagi untuk memaki, tapi Adriana tidak memberinya kesempatan untuk menyelesaikan perkataannya. Adriana menjatuhkan tas kerjanya ke lantai basement dengan kasar, dan tanpa peringatan, tangannya mendarat di pipi Clara.PLAK!Suara tamparan itu terdengar lebih kuat dari yang Clara lakukan sebelumnya. Wanita itu melotot tidak percaya, jika tatapannya bisa membunuh mungkin Adriana sudah terkapar di lantai basement ini sekarang.“Kau menamparku?!” pekik Clara, suaranya melengking memenuhi basement yang sunyi.“Itu untuk menyadarkanmu dari delusi gila hormatmu, Nona Cla

  • Taktik Menaklukan Ayah Musuhku   BAB 6

    Adriana tersentak saat mendengar panggilan itu. Dengan cepat ia menarik tangannya dari dasi Victor dan mundur dua langkah.Sayang? Tapi berita-berita di media itu tidak menyebutkan bahwa Victor sedang memiliki kekasih saat ini.Sial, bagaimana ini? Sudah terlalu jauh jika dia mundur sekarang. Adriana mengangkat wajahnya sedikit untuk mengintip. Wanita itu terlihat beberapa tahun lebih tua dari Adriana. Tapi wajahnya begitu cantik.Penampilannya juga begitu elegan, lengkap dengan suara yang begitu menenangkan. Apa ia juga seorang model atau aktris?“Apa yang kau lakukan di sini, Clara?” suara dingin Victor membuat Adriana sedikit terkejut, tidak menyangka bahwa pria itu akan merespon sebegitu dingin.“Apa maksudmu?” wajah wanita bernama Clara itu berubah sedih. Seperti tidak menyangka jawaban yang diberikan oleh Victor. “Kita kan sudah sangat lama sekali tidak bertemu. Aku hampir mengira kamu melupakanku.”Tidak ada jawaban dari Victor, tapi suasana penuh tekanan yang Adriana rasakan m

  • Taktik Menaklukan Ayah Musuhku   BAB 5

    Wajah Adriana memerah dengan hebat saat mendengarkan perkataan Victor.Adriana melupakan fakta bahwa pria itu berbeda dengan para pria muda bodoh yang begitu mudah digoda. Pria itu punya lebih banyak pengalaman, dan dia mungkin adalah predator sebenarnya di sini.Adriana masih berdiri di tengah ruangan itu, tapi Victor sudah kembali duduk di mejanya. Mengabaikan Adriana sepenuhnya dan memenuhi ruangan dengan suara keyboard.Adriana menunduk akibat rasa malu yang menyusup dalam dirinya. “Saya permisi dulu.”Adriana tidak menunggu jawaban dari victor dan segera keluar dari ruangan dengan gerakan terburu. Begitu pintu tertutup ia langsung menutup wajahnya dengan dokumen yang masih ia pegang.“Aaaaa…” Adriana berteriak pelan, ia ingin pulang. Ia bahkan ingin segera berhenti bekerja. Perkataan Victor benar-benar merusak kepercayaan dirinya.Kenapa ayah dan anak itu begitu mirip dalam hal seperti ini? Adriana sudah benar-benar berjalan dengan begitu lemas ke mejanya ketika lagi-lagi ponseln

  • Taktik Menaklukan Ayah Musuhku   BAB 4

    Satu minggu pertama bekerja, Adriana memilih pakaian yang lebih sopan dari yang gunakan saat interview bersama Victor Sterling. Bagaimanapun, ia masih harus melakukan serah terima pekerjaan dengan Ammy, mantan sekretaris pria itu.Walau Adriana ingin segera melaksanakan rencananya, gerakan yang ia punya terbatas. Sebagian dirinya yang masih cukup ‘waras’ terus mengingatkan dirinya untuk bersikap profesional di mata orang lain.Ia berakhir hanya memberikan ‘sinyal-sinyal’ kecil seperti sentuhan tidak sengaja saat ia hanya berdua dengan pria itu. Yang berakhir benar-benar diabaikan.Tapi, perubahan Adriana terjadi dengan cepat begitu sekretaris Victor yang ia gantikan sudah tidak masuk kerja kembali.Adriana menatap pantulan dirinya di cermin toilet kantor. Belahan di blouse yang ia kenakan sedikit lebih rendah dari jarak aman yang biasa ia kenakan. Begitu juga rok pensil yang lebih ketat dari biasanya.Seseorang akan memanggil dirinya wanita penggoda. Jika bukan orang lain, setidaknya

  • Taktik Menaklukan Ayah Musuhku   BAB 3

    “Ya. Dia ada di dalam, kan?”Adriana melihat dari kejauhan, Evelyn sudah menyerahkan tasnya pada wanita yang bertanya padanya untuk dibawakan.“Ya, Nona, tapi sedang ada interview di dalam,” jawab wanita itu.Menyadari Evelyn akan bergerak ke arahnya, Adriana dengan panik bergerak menuju arah berlawanan, memunggungi arah datang Evelyn. Semoga saja wanita itu tidak menyadari kehadiran Adriana di sana.“Interview? Untuk posisi apa? Jarang ada yang interview langsung dengan ayahku.” Evelyn bertanya bingung.“Sekretaris barunya, Nona.” Suara wanita yang mengikuti Evelyn terengah karena mengikuti langkahnya yang cepat.“Oh, kau akan berhenti?” Evelyn akhirnya berhenti berjalan dan melihat ke arah wanita itu.“Iya… saya akan menikah dan pindah keluar kota.” jawabnya canggung.“Aku harus melihat langsung kandidatnya.” ucap Evelyn sambil kembali berjalan. Perlahan, ia mulai mendengus pelan. “Semoga sekretaris itu biasa saja seperti dirimu, dan bukan gold digger yang mengincar harta ayahku. Ak

  • Taktik Menaklukan Ayah Musuhku   BAB 2

    “Ehem.” Adriana berdehem pelan, merasa canggung dengan diam yang sudah berlangsung sejak ia masuk ke ruangan milik Victor Sterling.Pria itu masih membolak-balik resume miliknya, membaca dengan seksama. Adriana mulai merasa tidak nyaman dengan posisi duduknya, sehingga secara refleks ia menutupi pahanya yang tersingkap dengan tas.Tunggu. Bukankah ini justru bertentangan dengan tujuan Adriana datang kemari?Dengan perlahan, Adriana menurunkan tas itu dari pangkuannya. Adriana membiarkan helaian rambutnya jatuh menyapu bahu, kemudian menyisihkannya ke belakang telinga perlahan dengan ujung jari. Berada dalam kompetisi yang terus berjalan dengan Evelyn telah mengajarkan Adriana banyak cara menggoda seorang laki-laki. Dan diantara semuanya, cara halus itu selalu berhasil mencuri fokus.Adriana menarik tubuhnya lebih tegak, mengatur agar bahunya rileks, lehernya terekspos lebih jelas saat ia menoleh sedikit ke samping. Berpura-pura tertarik pada apapun yang berada di sudut ruangan. Tida

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status