Segala yang terjadi adalah kehendak-Nya. Maka biarlah tangan-Nya yang bertindak. Semua yang ada di bumi dan langit adalah milik-Nya Jadi biarlah Keinginan-Nya yang terjadi. Jodoh, mati dan rizki hak kita untuk mencari Tapi tetap Ketentuan-Nya yang terjadi. 🌺🌺🌺
Aisyah pov. Sudah dua hari ini, aku tidak pergi ke sekolah untuk mengajar karena masih harus menunggu hasil keputusan dari Diknas. Apapun keputusan dari Diknas aku akan mencoba untuk menerimanya dengan ikhlas. Meski ada rasa tidak terima dan rasa kesal namun aku mencoba untuk mencari hikmah dari semua kejadian yang menimpaku agar aku tidak terlarut dalam penyesalan dan rasa kecewa.Selama dua hari ini aku banyak menghabiskan waktu untuk belajar memasak resep-resep baru yang kudapat dari media sosial. Ya hitung-hitung belajar, mungkin saja aku harus berganti profesi dari guru menjadi pedagang makanan online yang sekarang lagi viral sekarang ini. Untuk sementara aku tidak ingin bercerita dulu pada Zeyn tentang kejadian di sekolah tempatku mengajar dua hari yang lalu. Aku takut jika adikku itu akan terbawa emosi dan melakukan hal-hal yang tidak di inginkan jika ia tahu kakaknya di demo wali siswa siswi karena video dan foto yang sudah membuat keluarga kami tertekan. Dan aku sangat yaki
[Author pov]Sekitar pukul tiga sore, sepulang sekolah Zeyn pergi bersama temannya ke toko buku yang ada di sebuah mall terbesar di kotanya. "Lagi nelfon ibu negara, ya?" tanya temannya Zeyn. "Bukan, tapi putri kesayangan ibu negara," ujarnya setelah memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya. "Loh, kakak kamu belum balik ke rumah mertuanya?" tanya Angga sambil menoleh pada Zeyn. Zeyn menghela nafas panjang, "Dia sudah bercerai," ucapnya sembari mengarahkan pandangannya ke area mall. Langkahnya seketika berhenti ketika tanpa sengaja matanya menangkap sebuah pemandangan yang membuat dahinya berkerut. "Hah, cerai?" Teman Zeyn itu terlihat kaget. "Yang benar? Kamu gak lagi bercanda, kan? Perasaan baru beberapa bulan Mbak Aisyah menikah kok sudah cerai aja," sambung Angga yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Zeyn. Remaja 18 tahun itu menyipitkan matanya ke arah dua orang yang sedang bergandengan tangan, berjalan menuju tangga eskalator. "Zeyn, beneran Mbak Aisyah cerai?
"Aku serius! Maksud kamu apa?" sentak Arka lagi yang mendapat decakan kesal dari Zeyn. "Kak, ayo kita pergi saja!" bisik Maharani, wanita yang bersama Arka. "Malu, Kak dilihatin orang." Maharani menyembunyikan wajahnya di belakang lengan Arka karena menjadi tontonan gratis. Banyak orang yang mengarahkan pandangannya pada empat orang yang berdebat di depan sebuah toko baju ternama itu. "Masih punya malu juga," cibir Zeyn. "Malu sama orang, tapi sama Tuhan kagak," sahut Angga masih sambil mengarahkan kamera ponselnya pada pasangan kekasih di depannya.Arka yang merasa tersinggung hendak meladeni ucapan dua remaja yang sudah sejak tadi menyulut emosinya, namun Maharani memaksa untuk pergi karena malu menjadi tontonan pengunjung mall. "Sudahlah Kak, ayo pergi!" Maharani menarik lengan Arka untuk meninggalkan tempat itu. "Dasar pria brengsek! Dia yang selingkuh, malah nuduh orang," cemooh Zeyn yang masih bisa di dengar oleh Arka. "Gila, apes banget Mbak Aisyah punya suami tukang sel
Author pov. "Apa aku bukan keluarga Mbak? Sampai kapan Mbak akan menyembunyikan masalah ini?" tanya Zeyn dengan raut wajah kecewa. Melihat wajah kecewa Sang adik membuat senyum di wajah Aisyah seketika luntur, tiba-tiba muncul rasa bersalah dan sesal di hatinya karena sudah menyembunyikan masalah yang seharusnya ia bagi dengan keluarganya. Aisyah menghela nafas panjang, lantas berjalan mendekati adiknya itu lalu menariknya untuk duduk di sofa ruang tengah. "Maafin Mbak ya, sudah buat kamu kecewa sama sikap Mbak," ucap Aisyah memelas. "Aku cuma khawatir kalau kamu akan emosi dan melakukan hal-hal yang tidak di inginkan," sambungnya menjelaskan. Zeyn menghela nafas kasar, sebenarnya ia tidak tega melihat wajah melas kakaknya tapi ia juga kesal karena kakaknya itu sudah sangat keterlaluan dengan berusaha menanggung masalah sebesar itu sendirian."Aku kecewa sama Mbak, kita itu keluarga. Seharusnya kita saling menjaga dan tidak ada rahasia yang disembunyikan," sahut Zeyn kesal. "Kalau
"Tidak," Jawab Jafar tegas. Mendengar jawaban Ayahnya membuat Aisayah mengarahkan pandangannya pada sang ibu yang duduk di sebelah ayahnya. "Bu, bantu ku membujuk Ayah," ucapnya meminta dukungan. "Sebentar, bisa jelaskan kenapa kamu di mutasi? Apa itu karena foto dan video fitnah itu?" tanya Salma tidak langsung mengiyakan permintaan putri kesayangannya itu. Aisyah hanya mengangguk untuk menjawab. "Zeyn, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Kamu Ibu suruh jaga Mbakmu kan, kenapa bisa jadi seperti ini?" Salma mengomeli putra bungsunya yang dari tadi hanya diam dan mengamati saja. "Bu jangan salahin Zeyn," sela Aisyah tidak tega adiknya di salahkan. Zeyn menghela nafas lalu berbicara, "Beberapa hari yang lalu, para orang tua siswa berdemo di sekolah. Mereka meminta supaya Mbak Aisyah di nonaktifkan sebagai guru. Menurut mereka Mbak Aisyah tidak pantas menjadi seorang guru karena video skandal perselingkuhannya viral di media sosial." Mendengar penjelasan Zeyn sontak membuat wajah
Semalaman Aisyah tidak bisa tidur, ia khawatir jika ibunya tidak bisa membujuk ayahnya untuk merubah keputusan pria yang sangat tegas itu. Sekitar pukul 6 pagi Aisyah keluar dari kamar. Matanya melebar saat melihat ayahnya sudah duduk di kursi meja makan dengan pakaian rapi sembari membaca koran. Dengan langkah pelan, ia mendekati meja makan dan duduk di sebelah adiknya. Tak lama ibunya datang dari arah dapur dengan membawa sepiring telur dadar di tangannya. "Sarapan dulu," suruh Salma setelah meletakkan sepiring telur dadar di atas meja. Jafar langsung melipat korannya dan meletakkannya di atas meja. Tanpa banyak bicara laki-laki paruh baya itu memakan sepiring nasi goreng yang ada di hadapannya. Sama halnya dengan Aisyah juga Zeyn mereka juga ikut memakan nasi goreng yang dibuat ibunya itu. "Mana surat pengunduran diri kamu?" tanya Jafar setelah menyelesaikan sarapannya. Sontak Aisyah mengarahkan pandangannya pada Salma yang membalas dengan anggukan dan senyum lebar. "Kamu me
Author pov. "Katanya Bu guru Ai selingkuh makanya mamanya Kenan mengajak demo," sahut siswa yang lain. Degh,,,, Aisyah tertegun mendengar kalimat yang di lontarkan anak didiknya. "Iya benar, Ibunya Kenan juga ngajak mamaku untuk demo tapi mamaku gak mau," sahut siswa yang lain. "Itu tidak benar. Bu guru Ai gak mungkin selingkuh," bantah siswi yang pertama bertanya tadi membela Aisyah. Dengan wajah garang siswi itu melotot pada temannya yang mengatakan Aisyah selingkuh. "Tentu saja tidak." jawab Aisyah tegas setelah dapat menguasai diri dari keterkejutannya. "Bu guru tidak pernah selingkuh. Semua berita itu tidak benar." "Aku percaya sama Bu guru," jawab beberapa siswa bersahutan. Aisyah menghela nafas lega karena siswa-siswinya mempercayai ucapannya. "Terima kasih," ucapnya penuh haru. "Tapi tetap saja Bu guru Ai akan pindah, itu gara-gara Kenan," sahut seorang siswa dengan wajah sedih. "Iya gara-gara Kenan Bu Ai pindah." "Benar, mama Kenan yang buat Ai Pindah." Anak-anak i
Author Pov. "Ngapain kamu? Bengong saja dari tadi?" Seorang laki-laki tampan menepuk pundak temannya yang sedang duduk di kursi balkon apartemen. "Sudah balik? Mana Meysa?" tanya balik Anton menoleh. "Lagi ambil minum," jawab Andaru lalu ikut duduk di kursi sebelah Anton. "Jangan melamun aja nanti kesambet setan gundul," guraunya sambil terkekeh. Andaru pradipta Reksa, sang Playboy tampan yang menyukai hidup bebas. Demi bisa hidup bebas Andaru memilih keluar dari rumah orang tuanya. "Apa kamu gak merasa bersalah?" Anton bertanya pada sahabatnya itu. "Ya nggak lah, ngapain juga ngerasa salah?" jawab Andaru tersenyum tipis. Menurutnya Anton terlalu melankolis karena merasa kasihan pasa hal yang tidak penting. "Salah ceweknya sendiri karena tidak becus milih suami yang baik. Harusnya dia tidak menikah dengan laki-laki bajingan yang suka selingkuh," sambung Andaru enteng. "Benar, cewek itu sudah salah milih suami. Dan brengseknya kita membantu laki-laki bajingan itu." Anton menata