Share

3. Ternyata ...

POV Andri

Satu hari sebelumnya

"Aku kangen sekali padamu, Mira," ucapku dengan lirih sembari memandang fotonya di galeri ponselku.

Delapan tahun menikah, namun perasaanku padanya tidak berubah, masih seperti dulu. Aku mencintainya, bahkan saat ini rasa rinduku begitu membuncah. Rasanya sudah tak sabar ingin pulang dan melihat paras wajahnya yang ayu. Aku tersenyum membayangkan dia menyambutku dengan hangat. Dia yang manja akan bergelayut di lenganku. Lalu sampai kamar aku akan memeluknya dan menciumnya dengan mesra.

Aku sudah bersiap-siap untuk pulang, dengan sebuah tas ransel di punggung. Seminggu sekali aku pasti pulang ke rumah, untuk menemui istri dan ibuku. 

Tiba-tiba sebuah pesan WA masuk dari Mbak Lani. Dia mengirimkan foto-foto istriku bersama seorang lelaki.

[Maafkan aku ya Mas Andri, ini kelakuan istrimu di belakangmu. Dia berselingkuh sama si mas-mas yang ada di foto itu. Aku sering lihat mereka berdua bertemu. Tapi hanya foto-foto itu saja yang aku abadikan]

Mbak Lani, biarpun dia istri kakakku tapi umurnya lebih muda dariku, dan dia tetap memanggilku mas.

Membaca pesannya dadaku langsung bergemuruh hebat. Amarah dan kecewa bercampur jadi satu. Pertama kali yang kulontarkan, mana mungkin istriku berselingkuh? 

[Terserah Mas Andri mau percaya atau tidak, tapi kenyataannya seperti itu. Aku sering memergokinya berdua. Aku ngasih tahu ini ke Mas, soalnya Mas Andri kan adiknya suamiku. Aku kasihan padamu hidup dengan seorang pengkhianat. Kalau kau bertanya pada istrimu, aku yakin sih dia pasti gak bakal ngaku kalau udah selingkuh.]

Tulisnya lagi pada pesan itu. Ya, Mbak Lani benar mana mungkin ada orang yang mau mengaku kalau kepergok selingkuh. Aku sudah tak bisa berpikir jernih lagi, rasa rindu yang begitu dalam kini berganti emosi yang sudah memuncak sampai ke ubun-ubun.

Aku memejamkan mata sejenak. Mataku sudah terasa panas dan juga pedih. Bayang-bayang Amira bermesraan dengan seorang laki-laki tiba-tiba hadir menari-nari di kepalaku. Hatiku terasa sakit, nyeri sampai ke ulu hati.

[Maaf ya mas, aku sih gak ada untungnya bilang kayak gini ke Mas Andri, tapi aku kasihan sama mas. Terus coba deh lihat F******k, istri mas sepertinya sudah gila]

[Maksud mbak apaan ya?]

Mbak Lani mengirim screenshot profil Amira. 

[Itu facebooknya Amira kan? Dia upload videonya sendiri yang sedang mandi.]

Aku memicingkan mata, lalu mencari tahu. Aku mengklik aplikasi berwarna biru berlogo huruf 'f' itu. Benar, yang divideo itu memanglah istriku. Ah, kenapa dia melakukan ini semua? Dia menghancurkan nama baikku. Dia tak menghargai aku sebagai suaminya. Benar-benar ya istriku sudah gila.

Aku bergegas ke tempat fotocopy yang juga menyediakan jasa cetak foto. 4 lembar foto istriku bersama seorang pria sudah ada di tanganku. Ini bisa kugunakan untuk menceraikan istriku yang sudah tidak setia. Ya, tekadku sudah bulat. Untuk apa hidup bersama seorang pegkhianat. Dia tak pantas untukku. Dia sudah menodai pernikahan kami. Betapa tega dirinya.

Aku mengambil nafas dalam-dalam, emosiku belum memudar juga. Kulajukan motorku menuju rumah. Jarak waktu yang kutempuh 2,5 jam perjalanan, maka dari itu kami LDR'an. Aku menyewa rumah di dekat pabrik di tempatku bekerja.

Sesampainya di rumah.

Rumah nampak sepi dan pintu tertutup dengan rapat.

Tok... Tok... Tok...

Aku mengetuk pintu. Tak lama pintu sudah terbuka. Seorang wanita menyambutku dengan senyuman.

"Mas sudah pulang?"

Munafik sekali kau, Amira! Teganya kau mengkhianatiku. Batinku mulai mengumpat sendiri.

Dia meraih tanganku dan mencium punggung tanganku. Kukibaskan tanganku dengan kasar. Aku tak sudi disentuh oleh wanita sepertimu.

"Mas...?" panggilnya. Pandangannya menyiratkan banyak sekali pertanyaan. 

Aku diam. Tapi emosiku semakin membuncah ketika dia akan mengambil tas ransel yang ada di punggungku.

"Jangan sentuh aku!" bentakku dengan kasar. Amira merasa terkejut dengan perubahan sikapku.

"Mas, ada apa?" tanyanya.

Ah, aku jadi makin benci melihatnya yang seakan pura-pura tidak tahu apa yang terjadi. Munafik! Benar ya, kalau orang selingkuh itu akan bersikap manis pada pasangannya!

"Mas, apa aku punya salah?" tanyanya lagi. 

"Ya, kamu punya salah dan kesalahanmu sangat fatal. Aku tak bisa memaafkanmu!" seruku lagi.

"Maksudmu apa, mas?"

"Aku talak kamu! Aku talak kamu! Aku talak kamu!"

Emosiku sudah tak tertahankan lagi. Tanpa pikir panjang lagi aku melontarkan kata talak untuknya. Dadaku masih bergemuruh hebat karena amarah.

Kulihat air matanya mulai jatuh. Dia terdiam dan terduduk di lantai. Sepertinya dia sangat shock dengan apa yang kukatakan padanya. Ah Amiraaa, andai saja kau tidak berselingkuh, aku tidak akan menalakmu seperti ini.

Aku melemparkan beberapa pakaian dan mengusirnya pergi. Tak ada perlawanan darinya. Dia seakan pasrah saja. 

"Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Mira?! Kenapa?!" rutukku, mataku mulai mengembun, ada hawa panas menjalar di kedua bola mata.

Aku benar-benar frustasi, apalagi ketika melihat dia pergi dengan sejuta luka. 

***

"Ibu-ibu, tolong pada bubar ya, bubar," perintah ibu, kemudian ibu menutup pintu rumah.

Aku masih menahan amarah dan kecewa. Ibu menuntunku untuk duduk di sofa.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa semarah ini sama Amira?" tanya ibu.

Aku mengambil nafas dalam-dalam. "Amira sudah berselingkuh, bu."

"Mana buktinya?" tanya ibu.

Aku memberikan beberapa lembar foto yang membuatku naik pitam. Ibu melihatnya dengan seksama. 

"Kamu menalak istrimu hanya gara-gara melihat foto-foto ini? Apakah tidak kau tanyakan langsung padanya, apa yang sebenarnya terjadi?"

Aku menggeleng perlahan.

"Astaghfirullah hal'adzim, Andriiii... Pikiranmu kok ya pendek bangeet, kenapa ambil keputusan saat marah. Sekarang kamu puas istrimu dah pergi? Kenapa kamu gak bicarakan baik-baik dulu?!"

"Andri sudah terlanjur emosi, bu."

"Istighfar coba, istighfar..."

Aku kembali mengambil nafas dalam-dalam lalu mengembuskannya secara perlahan.

"Kenapa tidak kau selidiki dulu kebenarannya? Kau sangat gegabah Andri. Ibu yang tahu keseharian Amira disini. Harusnya kau tanya ibu dulu. Kamu lihat ini, foto saat Amira memberikan teh untuk Bian? Itu karena Bian sudah membantu mengganti genteng yang hari sebelumnya bocor," jelas ibu sambil memperlihatkan foto pertama.

"Tapi kenapa harus dia? Kenapa gak orang lain?"

"Karena tidak ada orang lain lagi, pas kebetulan Bian lewat depan rumah, itupun ibu yang panggil."

"Kalau foto yang lain bagaimana, Bu? Mereka bertemu diluar sana."

"Andri, tolong buang jauh-jauh rasa cemburumu itu. Amira jarang keluar rumah, kecuali ibu yang suruh. Ibu yang suruh dia ke pasar untuk beli bahan-bahan kue. Ibu juga yang suruh Amira pergi ke minimarket beli sesuatu. Mungkin tidak sengaja mereka bertemu di jalan. Coba kau perhatikan baik-baik foto ini? Apa ada yang salah? Ini hanya foto biasa. Mereka tidak pegangan tangan atau pelukan, kenapa kau pikir mereka selingkuh?"

Aku terdiam, memikirkan ucapan ibu yang memang benar adanya.

"Kau lihat foto yang terakhir ini? Bian memberikan tanaman untuk Amira. Itu karena Rumah Bian sedang di renovasi, dia merasa sayang kalau tanamannya dibuang, kebetulan istrimu kan suka tanaman hias, jadi dia ngasih tanaman itu kesini. Wong ibu juga ada disini kok melihat mereka. Noh tanamannya masih ada diluar. Dirawat baik-baik oleh Amira."

Penjelasan ibu, membuat kepalaku berdenyut-denyut. Aku menarik-narik rambutku sendiri.

"Terus masalah video itu bu, aku tak habis pikir Amira mengupload dirinya sendiri ke sosmed!"

"Kamu yakin itu Amira?"

"Iya bu, itu memang Amira."

"Maksud ibu, kamu yakin Amira yang mengumbar videonya sendiri? Ibu sih tidak yakin kalau itu Amira."

Aku bangkit dari duduk lalu menuju ke kamar. Aku mencari ponsel istriku dan kutemukan ponselnya tergeletak diatas meja.

Deg! Jantungku seakan berhenti, aku menahan nafas. Aplikasi F******k sama sekali tidak terinstall di ponselnya. Kuperiksa galeri foto dan yang lain, tak ada video maupun foto-fotonya. Yang ada hanya video resep-resep kue dan foto-foto tanaman hiasnya. Lalu dia membuka ponsel miliknya sendiri, mengklik profil f******k Amira, ada tanda titik warna hijau di sebelah kiri bawah, menandakan dia sedang online. Hah, sebenarnya siapa dia?

Tak kehabisan akal, aku segera membuat akun F******k lagi dengan nama samaran. Setelah berhasil, aku mengirimkan permintaan pertemanan pada akun Amira. Dan ajaibnya, permintaan pertemanan itu langsung dikonfirmasi. Akupun langsung mengirim pesan melalui messenger.

"Hallo cantik..."

"Hallo juga..." balasnya tanpa menunggu waktu lama.

Aku terduduk dengan lemas diatas ranjang. Jantungku berdetak dengan kencang. Jadi benar perkataan ibu. Dia bukan Amira. Seketika hatiku merasa hancur. Penyesalan datang bertubi-tubi menghantam kepalaku. Aku mengusap wajahku dengan kasar.

'Aarrggghhh, kenapa aku bisa segegabah ini? Bahkan aku sudah menalaknya tiga kali!' umpatku dalam hati.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Renni Sartika
walaupun kamu sebut aku talak kamu sampai 100x pun.. namanya tetap talak 1...
goodnovel comment avatar
Lusi Agustina
walaupun bilang talak,talak,talak..itu masuk talak1 namanya.....kecuali kalau bilangnya...aku talak kamu dengan talak 3....... setauq gituuuu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status