Share

30. Pindah Rumah

Mas Bian sedang membereskan barang-barang kami. Sejak tadi ia sangat sibuk. Aku hanya tersenyum sambil menggendong Affan. Ingin kubantu agar cepat selesai tapi dia menolak.

"Budhe, kami pamit ya," ujar Mas Bian menyalami tangan budhe, begitu pula denganku.

"Sering-seringlah datang kesini," ujar budhe  dengan netra berkaca-kaca.

"Iya budhe, pasti kami sering datang kesini. Lha wong cuma pindah ke rumah doang, gak keluar kota."

"Iya, tapi disini bakal sepi. Budhe pasti kangen sama dedek Affan." Budhe Narti nampak menyeka bulir bening disudut matanya.

Kami saling berpelukan, budhe pun kembali menciumi dedek Affan. Aku merasa terenyuh dan juga terharu. 

***

Rumah Mas Bian cukup besar, ini satu-satunya rumah peninggalan orang tuanya. Mas Bian adalah anak tunggal, tidak punya adik maupun kakak.

"Ini kamar kita, belum diberesin jadi masih berantakan," ucap Mas Bian.

Aku hanya tersenyum lalu membaringkan Affan diatas k

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status