“APA??!!” pekik Megan.Megan menatap Ethan ketakutan. “Kamu bilang apa tadi?” Megan tidak begitu mendengar jelas gumaman Ethan tadi.“Kubilang rambutmu bau. Sana mandi,” sahut Ethan sadis membuat Megan melotot.Megan mengusap rambutnya lalu mencium bau di tangannya. Bukan hanya rambutnya, tetapi juga tangannya bau bumbu masakan. Pakaiannya juga sudah kotor dan sedikit berbau. Megan mengintip ke bawah, kedua kakinya juga sangat kotor terkena lumpur yang sudah mengering. Pantas saja tubuhnya terasa tidak nyaman.Megan melirik makanan di atas meja dan teringat pesan ibu Susan. Kebiasaan di rumah Megan adalah mereka baru boleh makan setelah membersihkan diri terlebih dahulu. Megan tidak bisa lepas dari kebiasaan itu dan akhirnya memutuskan untuk mandi. Dia pun berbalik dan meminta Ethan menunggu sebentar.“Kamu mau kemana?” tanya Ethan yang mengira kalau Megan akan melarikan diri.“Aku mau ambil baju di lemari. Kamu jangan masuk ke kamar dulu,” pinta Megan lalu buru-buru masuk ke dalam ka
Gregory menggendong tubuh Celia dan membawanya mendekati tempat tidur besar di sudut kamar. Kedua bibir mereka masih saling berpagutan tanpa mau terlepas sedetikpun. Sekali lagi Gregory membaringkan Celia dengan lembut, kali ini diatas tempat tidur. Kecupan Gregory mulai turun ke leher, menghirup dalam-dalam aroma parfum kesukaannya tanpa memberi tanda kepemilikan disana.Celia tidak mau Gregory meninggalkan tanda kepemilikan di tubuhnya agar tidak dilihat para pelayan di rumahnya. Meskipun selalu memakai pakaian yang tertutup, tetapi Celia sangat berhati-hati ketika menyangkut nama baiknya.“Greg,” lirih Celia manja dengan hasrat yang mulai menggelora. Pria itu tersenyum, dia paling suka dipanggil Greg dalam setiap permainan mereka.“Apa kau juga akan menyebut nama Ethan saat kau bercinta dengannya nanti?” tanya Gregory di sela-sela kecupannya pada gundukan di depan dada Celia.“Aku hanya suka menyebutkan namamu, Greg,” rayu Celia lembut. Tubuhnya sudah melayang karena ulah Gregory.
CEKLEK!Pintu kamar mandi terbuka perlahan membuat Ethan yang sedang asyik mengunyah makanan menoleh cepat. Megan keluar pelan-pelan dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Fokus perhatiannya tertuju pada kamar tempat Megan meninggalkan Ethan tadi. Melihat pintu kamar terbuka lebar, Megan berharap pria itu masih berada di dalam sana.Megan pun menoleh ke meja dapur. Pandangan mata Megan bertemu dengan mata Ethan . Pria itu menelan paksa makanan yang belum selesai dikunyahnya dan tersedak dengan sukses. Ethan panik sambil memegangi lehernya karena makanan yang tersangkut di tenggorokannya.UHUK! UHUK! UHUK!Megan yang melihat Ethan kelimpungan, segera mengambil gelas dan mengisinya dengan air minum. Tanpa merasa takut atau curiga pada Ethan, Megan segera mendekatkan gelas air itu ke bibir Ethan. Hati Megan yang baik mendorongnya untuk berusaha membantu meredakan batuk Ethan.“Pelan-pelan minumnya,” ucapnya lembut.Ethan seperti terhipnotis suara Megan dan perlahan me
Megan masih terdiam memikirkan pilihan yang terbaik untuknya. Sebenarnya Ethan tidak memberinya pilihan sama sekali. Pria itu menuntut Megan mengikuti keinginannya. Pada akhirnya keputusan apapun yang diambil Megan, hanya akan membuatnya tetap bersama pria itu.“Baik. Aku terima syaratmu. Tapi berjanjilah tiga hal padaku,” pinta Megan sambil menatap tajam mata gelap Ethan.“Apa?” Ethan balik bertanya dengan perasaan gembira membuncah di dadanya. Perlahan tapi pasti, Megan akan jatuh ke dalam pelukannya.“Pertama, kau harus menepati janjimu untuk mengantarku pulang setelah tiga hari. Kedua, kau tidak boleh menyentuhku. Ke--.”“Apa?!” jerit Ethan melotot kaget mendengar permintaan Megan. Pria itu langsung memotong kata-kata Megan setelah mendengar permintaan keduanya.Kening Megan mengerut mendengar interupsi Ethan yang wajahnya mulai memerah. Melihat raut wajah Megan yang cemberut, ekspresi wajah Ethan berubah dengan cepat. Jangan sampai Megan ngambek atau usaha dan kesabarannya sampai
Ethan mengelus pipinya yang terasa panas akibat tamparan Megan. Tadi, pria itu belum bisa berhasil dan memutuskan membuka punggung Megan. Di luar dugaannya, Megan justru menoleh ke belakang. Hal itu mengundang Ethan untuk mendekat ke Megan. Tentu saja Ethan harus menerima ganjaran atas perbuatannya yang tiba-tiba mengejutkan Megan. "Aku nggak ada maksud apa-apa," lirih Ethan sambil membalik tubuhnya membelakangi Megan. "Tolong jangan--." "Tidurlah. Aku sudah meminjam 'kan?" sambar Ethan lalu memejamkan matanya. Megan menghela napas lega sebelum berbalik membelakangi Ethan kembali. Kedua sama-sama menutup mata dan biarkan alam mimpi menarik mereka lebih dalam. ***Derap langkah beberapa orang membuat Megan menoleh ke arah asal suara. Tampak bayangan hitam berjajar rapi terus berjalan melewati Mega tanpa berhenti. Setelah bayangan hitam itu menghilang, Megan melihat cahaya di jarak. Warna putih yang menyilaukan perlahan mendekati Megan. Salah satu tangan Megan mengangkat menahan s
Megan tercekat saat mendengar keputusan Pak Edi untuknya dan Ethan. Sebuah keputusan tanpa bertanya bagaimana pendapat Megan terlebih dahulu. Tetapi wanita itu tidak memiliki kuasa untuk menghentikannya. Bukti dan saksi sudah jelas mengatakan apa yang sedang dipikirkan warga kampung saat memergoki Megan dan Ethan.Sangat berbeda dengan Megan, Ethan justru merasa sangat bahagia dengan keputusan Pak Edi. Tujuannya akan segera tercapai dan Megan akan menjadi miliknya selamanya. Dia sama sekali tidak memikirkan apa Megan akan bahagia atau tidak bersamanya. Di lubuk hatinya, Ethan memuji Adam dan mengira kalau semua itu adalah rencananya.“Aku harus bicara pada Adam. Rencananya sangat luar biasa. Aku bahkan tidak bisa memikirkan bisa menikahi Megan dengan cara seperti ini,” pikir Ethan saat Pak Edi memintanya bersiap-siap untuk menikah.Pernikahan dadakan itu membuat Ethan tidak bisa mempersiapkan mas kawin untuk Megan. Dia bahkan tidak bisa meminta Adam membeli baju pengantin dan cincin u
“Lalu rencana siapa?” tanya Ethan heran.“Tuan, kita tinggal di kampung yang masih sangat sensitif untuk urusan tinggal bersama antara pria dan wanita. Apalagi Tuan dan Megan sudah kepergok oleh warga kampung di dalam kamar yang sama. Sesuai dengan adat mereka, Tuan memang harus dinikahkan dengan Megan,” jelas Adam yang tidak mau mengambil keuntungan menerima pujian dari Ethan.“Lalu apa rencanamu sebenarnya?”“Saya berpura-pura menjadi perampok dan mengganggu Megan. Saat itu, Tuan langsung datang dan menghajar saya. Dengan begitu, Tuan bisa dianggap pahlawan penyelamat oleh Megan. Bukankah korban selalu jatuh cinta pada penyelamatnya?” Adam mengatakan rencananya dengan ekspresi wajah dingin.Ethan menggebrak meja dengan keras sampai cangkir kopi di depannya bergejolak. Sebagian kopi itu pun tumpah mengotori meja. Pria itu mengumpat pada Adam dan mengatakan kalau rencana Adam itu sangat bodoh.“Aku sudah menyelamatkannya dari pedagang wanita sialan itu, tapi apa?! Apa?!” Ethan mencebi
Memikirkan tentang malam pertama pernikahan membuat wajah Megan memerah. Dia mengayunkan kuat-kuat lalu slap kedua pipinya. Tekadnya harus kuat untuk mempertahankan pendapatnya tentang pernikahan yang tidak sah. Ethan tidak boleh meminta haknya sebagai suami Megan. “Aku harus tetap bertahan. Pernikahan kami tidak sah,” gumam Megan sambil terus melipat pakaian bersih. Terlalu asyik melamun membuat Megan tidak menyadari kehadiran Ethan. Pria itu baru saja pulang dari Villa Pesona Biru. Dia menjadikan vila itu tempat kerjanya dan mengatur Wibisana Corp. dari sana. Dengan sedikit pengaturan dari Adam, semua orang saat ini mengira kalau Ethan sedang berada di luar kota.melihat gadis yang dinikahinya tadi pagi sedang melipat pakaian membuat Ethan menatap dalam. Senyum tipis malu-malu wajah cantik Megan. Sederhana dan polos tanpa sapuan make up tebal dengan warna mencolok. Megan terlihat sangat berbeda dengan wanita-wanita cantik yang menemani Ethan setiap malam. Ethan memperhatikan pena