Malam itu Nico memilih bekerja lembur karena sepertinya Jessica juga akan lembur. Tadi sore wanita itu berada di ruangan Pak Arya dan belum keluar sampai sekarang. Entah apa yang wanita itu kerjakan di dalam sana hingga semua karyawan tak boleh masuk ke ruangan itu.
Nico merasa sangat lelah, selain harus melupakan mantan kekasihnya ia juga harus memikirkan bagaimana proyek bersama Jessica tetap berjalan.Nico menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya sambil menutup matanya. Ia memilih istirahat sebentar dan benar saja, wajah Nerra langsung muncul di kepalanya. Tiba-tiba ia mendengar suara sesuatu. ia membuka matanya dan secangkir kopi sudah ada di atas mejanya, ia lalu melihat ke arah depan, melihat sosok yang sudah membuatkannya secangkir kopi hitam yang wangi."Jessica, kau?"Wanita itu, tersenyum begitu manis. "Kenapa memangnya?""Ti-tidak," suara Nico terdengar gugup, "kukira kau masih kerja di dalam.""Oh, kau kira aku kerja di dalam?" Jessica lalu tertawa kecil sambil menggeleng, "jangan-jangan kau lembur karena ngira aku lembur juga?""Ya ...," sahut Nico sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "aku tidak enak kau kerja dan belum pulang sementara aku sudah pulang. Sebagai partner kerja, aku merasa tidah enak."Jessica terenyuh mendengar ucapan Nico barusan. "Aduh ... sweet-nya," balasnya, lalu wanita itu tersenyum manis dan mengusap-ngusap rambut Nico layaknya mengusap kepala anak kecil. "Lain kali, kalau sudah waktu pulang, pulang saja! Tidak usah tunggu aku.""Ya ... aku kan tidak enak."Jessica terkikik sebentar. "Ya, sudah. Aku sudah mau pulang juga," ucapnya, aku duluan, ya!""Oh, iya ...."Jessica lalu berjalan menuju lobby sementara Nico menyeruput kopi panasnya sebelum ia membereskan berkas-berkas pekerjaannya dan mengambil tas kerjanya.Kantor sudah begitu sepi saat Nico berjalan keluar gedung. Namun saat ia berada di pintu keluar gedung, langkahnya terhenti. Ia melihat Jessica masih berdiri di luar gedung, seperti hendak menunggu seseorang.Tidak lama kemudian, muncul mobil mewah di hadapan wanita itu dan alangkah terkejutnya Nico melihat siapa pria yang turun dan mempersilahkan Jessica masuk di dalam mobil itu. Dia tak lain adalah Pak Arya, atasan mereka.Jessica sama terkejutnya saat melihat Nico melihat ia berada di dalam mobil atasan mereka namun sejurus kemudian wanita itu tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Nico.Mobil Pak Arya melayu meninggalkan Nico di sana sementara Nico masih bertanya-tanya apakah Jessica benar memiliki hubungan dengan Pak Arya.***"Aku dengar, istrimu sempat datang ke kantor dan mencariku?" tanya Jessica pada sosok pria dewasa yang kini berdiri di hadapannya."Ya, dia memang datang ke kantor beberapa hari yang lalu.""Lalu?""Aku membawanya pulang dan akhirnya dia percaya kalau aku sudah meninggalkanmu.""Kau yakin dia percaya?" tanya Jessica."Ya, lebih tenang sekarang dan tidak mengecek handphone-ku," kata Arya.Jessica menghela napas lega. "Syukurlah ....""Kenapa kau tetap bersikeras dengan hubungan seperti ini?" kata Arya, "jika kau mau, aku akan lebih memilihmu dibanding bersama Cici!""Jangan lupa, kau punya anak!" Jessica menekankan ucapannya, "bagiku tidak apa-apa kita seperti ini, aku menikmatinya kok.""Kau tidak sakit hati terus-terusan menjadi simpananku?"Jessica menggelengkan kepalanya, "itu lebih baik daripada harus menikah," ucapnya enteng.Arya lalu memeluk tubuh Jessica dan wanita itu membalasnya."Bagaimana pun aku selalu mencintaimu, Jessica. Tolong jangan pergi dariku!"Jessica hanya mengangguk sebagai jawaban.***"Nico, temani aku ke acara pernikahan sahabatku, ya!" tiba-tiba Jessica menghampiri Nico dan menyeru di hadapan pria itu."Kapan?" tanya Nico."Malam ini," jawab Jessica, "habis pulang kerja," tambahnya."Nanti, apa kau akan pulang ganti baju dulu?" tanya Nico.Jessica mengangguk. "Tidak, aku hanya memakai baju ini saja, ucapnya.""Apa tidak seharusnya pakai baju kondangan?""Tidak perlu," kata Jessica, "aku sudah terbiasa datang ke acara pesta dengan pakaian apa saja."Malam pun tiba dan Jessica langsung menarik tangan Nico untuk ikut dengannya. Nico pun patuh pada permintaan Jessica dan ikut pada wanita itu.Kini mobil Jessica berada di parkiran suatu hotel mewah. Tiba-tiba wanita itu melepaskan kemejanya."Hei, kenapa kau melelas kemejamu?" Nico tampak gusar begitu lengan putih Jessica terekspos oleh indera penglihatannya karena tubuh indah wanita itu hanya tertutupi tanktop hitam."Sebentar, aku punya ide untuk mengubah penampilanku," kata wanita cantik itu.Jessica lalu mengambil sesuatu di belakang bangkunya, sebuah kain scarf dengan morif abstrak yang sangat indah. Ia lalu mengenakannya di tubuhnya dan tampak ia seperti mengenakan gaun yang indah."Wow, kau langsung sangat berbeda," gumam Nico, terpana memandang penampilan Jessica saat ini."Kemarin aku sudah menyiapkan hadiah," kata Jessica sambil mengambil kotak hadiah di bangku belakang mobilnya. "Okay, kita siap?"Nico dan Jessica lalu turun dari mobil, Jessica menggandeng tangan Nico saat mereka berjalan memasuki hotel dan gedung tempat pernikahan itu dilaksanakan.Nico melemparkan pandangannya ke segala arah ketika Jessica menandatangani buku tamu, tiba-tiba ia melihat ada sepasang sejoli yang tak ingin ia lihat lagi. Kedua sejoli itu juga sama kagetnya dengan dirinya namun mereka akhirnya tetap berjalan menghampiri Nico."Hai, kau yang waktu itu, kan?" tanya pria itu.Gadis yang tak lain adalah Nerra memandang tak enak ke arah Nico. "Nico, apa kabar?" ucapnya terpaksa."Hai, Alvian!" tiba-tiba Jessica menyeru pada pria yang bersama Nerra.Alvian begitu terkejut dan langsung memeluk Jessica saat melihat wanita itu berada di sana. "Astaga, itu kau!" ucapnya, "apa kabarmu, Jessica?""Baik," jawab Jessica sambil melepas pelukan Alvian."Kita sudah lama sekali tidak ketemu, kau sibuk sekali setelah bekerja di perusahaan itu, ya?""Ya, lumayan," jawab Jessica. Wanita itu lalu melingkarkan lengannya ke lengan Nico."Kalian berkenalan?" tanya Alvian."Iya, kami bekerja di tempat yang sama," ucap Jessica.Alvian diam sebentar lalu ia tersenyum tipis."Oh, ini ya pacarmu?" tanya Jessica pada Alvian."Bulan depan kami akan menikah," kata Alvian.***Setelah bersalaman dan memberi kado ke mempelai pengantin, Jessica dan Nico duduk di kursi tamu. Nico mencoba untuk menikmati hidangan makan malam untuk tamu namun makanan itu terasa hambar di mulutnya."Kau sepertinya ada sesuatu dengan pacar Alvian," kata Jessica tiba-tiba, "apa kalian dulunya ada hubungan?""Tidak ada," jawab Nico.Jessica lalu terkikik, "kau baru menjawabnya iya.""Tidak, aku ingat kalau aku bilang tidak ada, aku tidak ada hubungan dengan mereka," kelit Nico dengan raut wajah seriusnya.Jessica lalu melihat ke arah pasangan sejoli itu, ia bisa menangkap beberapa kali Nerra melirik ke arah Nico dan itu membuat Jessica semakin penasaran dengan hubungan Nico dan pacar Alvian itu.Setelah acara foto-foto dan memberi salam terakhir, mereka pun menuju parkiran untuk pulang. Dari kejauhan Jessica melihat Nerra dan Alvian juga berada di parkiran yang sama dengan mereka."Nico, kau tidak ingin menciumku?""Apa?" Nico langsung kaget dengan pertanyaan Jessica barusan tapi ia lebih kaget lagi saat wanita itu langsung mencium bibir Nico tanpa aba-aba apa pun.Nico hanya bisa mengerjap-ngerjapkan matanya saat bibir Jessica mengajak bibirnya untuk saling mengulum. Nico sangat bingung apa yang harus ia lakukan mengingat ini pertama kalinya ia berciuman dengan seorang wanita.Jessica tersenyum begitu manis saat ia melepaskan bibirnya dari bibir Nico sementara Nico masih tampak begitu shock.Jessica tampak lemah dan murung di kantor. Tidak seceriah seperti yang biasa tampak darinya, ia bahkan tak tersenyum dengan semua orang bahkan menyibukkan dirinya dengan beberapa dokumen yang harus dia selesaikan.Sebenarnya, dokumen itu bisa ia selesaikan kapan saja namun ia memilih untuk tidak menundanya mengerjakannya. Di sisi lain, Nico yang sedari ngobrol bersama rekan kerja lainnya, diam-diam memperhatikan Jessica yang tampak beda dari biasanya. Begitu pun saat makan siang, wanita itu tetap memilih makan sendirian. Ingin sekali Nico menghampirinya namun ia berusaha menahannya. Ia bisa merasakan ada yang beda dengan wanita cantik itu. Malam telah tiba, Nico mencoba mengambil kesempatan untuk bisa bicara dengan Jessica namun wanita itu malah memilih untuk lembur. *** Jam sudah menunjukkan jam 23.00 dan Jessica hendak membereskan dokumen dan meninggalkan mejanya. dengan anggunnya dia berjalan menuju lift namun ia tak menyangka di belakangnya, Nico juga menghampirinya. "Kau bel
Jessica dan Arman menoleh ke samping, ke arah pria yang berseru dengan lantangnya yang kini berdiri tak jauh dari mereka. Jessica tampak kaget saat melihat sosok itu adalah Nico. Nico menyeringai tajam menatap Arman. "Dengan paksa, Heh?" Arman mendengus sekali lalu secara terpaksa ia melepaskan cengkramannya. Sementara Jessica masih shock, tubuhnya gemetaran karena perlakuan paksa yang dilakukan Arman padanya. Sambil terus menatap tajam Arman, Nico berjalan menghampiri mereka. Setelah berada di samping Jessica yang masih shock, Nico meraih tangan Jessica. Menyadari tangan Jessica yang gemetaran hebat, Nico pun menggenggamnya erat. "Jessica, biar kutemani sampai di parkiran," kata Nico lalu ia menarik Jessica untuk memasuki lift dan meninggalkan Arman. Di dalam lift, mereka hanya berdiaman sementara Nico masih menggenggam tangan Jessica selama lift bergerak ke bawah. Secara berangsur-angsur ketakutan Jessica sirna, bahkan kini ia merasa aman berada bersama Nico. Perlahan ia menenga
Jessica diam merenung, ia sampai tak bisa menikmati hidangan steak di hadapannya. Ia mengingat lagi pertemuan terakhir ia dan Nico, bagaimana Nico bersikap tak ramah padanya. Jessica berpikir keras, apa yang membuat pria itu bersikap seperti itu padanya. "Apa steak-nya tidak enak?" Jessica tersentak dari lamunannya, ia menoleh ke arah Arya yang kini tersenyum lembut padanya. "Oh, bukan itu ...," kelit Jessica. "Ada yang mengganggu pikiranmu?" Jessica diam sejenak sebelum menjawab. "Tidak ada, jawabnya sambil berusaha tersenyum manis. Arya lalu menggenggam tangan Jessica. "Jika ada sesuatu yang mengganggu pikirianmu, kau bisa ceritakan padaku." Jessica mengangguk semangat. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja, kok, tidak ada masalah," ucapnya. Arya hanya mengangguk sambil tersenyum mengerti lalu ia kembali menikmati hidangan makan malamnya. *** "Aku lihat kau semakin dekat dengan karyawan baru itu," kata Arya. Jessica yang duduk menyandar di sofa tersenyum tipis. "Kenapa? Ka
Nico berjalan terhuyung-huyung saat memasuki apartemennya. Ia tampak lelah dan langsung duduk menyandar di sofanya. Ia lantas meraih remote TV dan menyalakannya namun ia tak bisa menikmati tontonan yang ada di TV. Akibatnya, ia menengadahkan kepalanya dan memandang langit-langit apartemennya, membiarkan TV menyala di sana. Ia memikirkan Jessica, wanita itu sepertinya berhasil menguras pikirannya. Hari ini ia tak henti-hentinya memikirkan wanita itu, apalagi sampai ia pulang dari kantor, wanita itu tak kunjung keluar dari ruangan atasan mereka. Nico memejamkan matanya, tak seharusnya ia terlalu serius dalam menganggap sikap Jessica yang kerap membuatnya berdebar-debar apalagi saat mereka bercinta. Nico mulai berpikir, wanita sepertu Jessica hanya menganggap sex adalah hal yang biasa namun tidak bagi Nico. Sex adalah pengalaman awal Nico dan ia melakukannya dengan perasaan.Nico berpikir mungkin ia tak patut lagi terlalu dekat dengan wanita macam Jessica, ia tak ingin perasaannya pada
Napas Nico tertatih menyaksikan Jessica yang berada di atasnya, menggoyangkan pinggulnya maju mundur di sana. Sesekali ia menggeram, merasakan nikmatnya liang milik Jessica mengaduk-mengaduk miliknya. "Ah ... Jessica ...," desah Nico. Napas Jessica juga memburu, ia memandang wajah Nico yang menatapnya penuh gairah. Ia mempercepat gerakan pinggulnya saat ia merasakan ada sesuatu yang meledak dalam dirinya. "Ugh ... ah ah ah ah, Nico ... aku ... ahh!" Tubuh Jessica mengejang hebat, ia menengadahkan wajahnya dan dadanya membusung. Napasnya terdengar memburu. Nico yang menyaksikan pemandangan seksi itu tak tahan apalagi ia merasakan denyutan-denyutan hebat di dinding kenikmatan milik Jessica. Nico bangun dan mencium bibir Jessica dengan penuh gairah, mereka saling melumat bibir dan sesekali menyesapnya. "Ahh ... Nico ...," desah Jessica saat Nico menyesap puncak buah dadanya. Wanita itu mulai bergairah lagi dan menggerakkan pinggulnya. "Ah ah ah ah ...." Suara desahan mereka saling
"A-aku ...," Nico tersipu hingga bingung harus menjawab apa. Jessica diam menunggu pengakuan Nico namun tiba-tiba ia tertawa. "Aku hanya bercanda!" Nico mengusap belakang kepalanya. Ia pun bingung, Jessica adalah wanita yang cantik dan menarik, tentu ia sangat menyukainya. Hanya saja, ia masih ragu apakah wanita itu memiliki hubungan dengan atasannya atau tidak. Karena tidak mungkin ia mendekati wanita yang masih menjadi kekasih pria lain."Baiklah, ayo kita naik itu!" ujar Jessica sambil menunjuk wahana bianglala. Nico menoleh ke arah wahana yang menyerupai kincir raksasa itu. "Apa itu aman?" "Tentu saja," kata Jessica, "kau harus mencobanya! Dari atas kita bisa lihat pemandangan kota yang indah." Nico mengangguk setuju lalu mereka pun menuju ke wahana itu. Dengan semangat Jessica masuk ke salah satu kabin bianglala itu. Mereka saling duduk berhadapan. Bianglala mulai berputar, Jessica tertawa saat melihat Nico agak panik saat merasakan bianglala itu mulai berputar namun tidak
Tut ... tut .... "Halo?" "Jessica, kau jadi ikut ke acara temanku?" tanya Nico melalui panggilan telepon."Iya bisa," jawab Jessica, "kau mau aku jemput nanti?" "Bagaimana kalau aku yang menjemputmu," kata Nico, "aku habis beli motor baru," lanjutnya. "Oh, ya?" "Hu um ... aku jemput," ucap Nico, "kau chat alamat apartemenmu nanti aku datang jam sebelas." "Baiklah, nanti aku chat alamatnya." *** Jessica duduk di depan meja riasnya, ia tampak begitu cantik dengan dress berbahan sifon berwarna coklat. Tak cukup dengan itu, ia pun mengulas make up di wajah jelitanya dengan semangat. Sempurnah, ia melihat puas dirinya di cermin. Tidak lama kemudian handphone-nya berdering, tanda ada panggilan telepon masuk. Segera Jessica meraih handphone-nya, matanya tampak bersinar saat melihat nama Nico muncul di layar handphone-nya."Ya, Nico?" "Jessica, aku sudah ada di halaman gedung apartemen," kata Nico dengan suara baritonnya. Jessica lalu berlari menuju jendela, ia pun menyingkap gorde
Seharian ini Nico bekerja begitu serius di depan layar komputernya, tak terasa rasa lelah menghampirinya. Ia menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya sambil memejamkan matanya sejenak. "Jangan terlalu memaksakan diri," kata Rendy, "santai sajalah! Aku saja santai ...." "Aku hanya tidak suka menunda-nunda pekerjaanku," ucap Nico. "Aku ke toilet dulu, ya," lanjutnya. Nico lalu beranjak dari kursinya dan berjalan menuju toilet namun kebetulan toilet di lantai itu sedang penuh. Nico pun menuju lift ke lantai atas. Dan benar saja, toilet di sana sedang sepi. Nico buang air kecil sebentar lalu ia keluar menuju westafel untuk mencuci tangannya. Ia juga membasuh wajahhya untuk menghilangkan rasa kantuk. "Semalam kau terlalu jahat ke Jessica," tiba-tiba terdengar suara pria. "Huh, dia pantas mendapatkannya," kali ini terdengar suara Arman, "dia itu tak lebih seorang wanita murahan yang mencoba merebut suami orang!" "Tapi itu kan hanya gosip saja," kata pria lainnya, "dan bukannya dulu
Jessica mengernyit memandang Nico yang tiba-tiba datang dan menanyai perihal hubungan wanita itu dengan atasan mereka. "Kenapa kau ingin tahu?" wanita itu malah bertanya balik. "Aku mendengar gosip tentangmu. Apa itu benar?" wajah Nico tampak begitu serius. Jessica diam termangu. "Oh ... berarti itu benar ...," gumam Nico. "Memangnya kenapa kalau itu benar?" tantang Jessica, "apa salah kalau aku mencintainya?" Jessica lalu mendorong Nico dengan bahunya dan melenggang meninggalkan Nico. Nico terus memandang wanita itu hingga wanita itu pergi bersama dengan mobilnya. *** Nico kini berada di dalam apartemennya, duduk menyandar di sofanya sambil menikmati minuman kaleng dinginnya. Kembali ia mengingat-ingat lagi bagaimana ia bercinta dengan Jessica, bayangan itu sangat sulit ia hilangkan. Entah karena itu adalah pengalaman pertamanya dengan seorang wanita atau ia menginginkannya lagi. Nico mengambil handphone-nya, ia hendak menelepon Jessica namun ia ragu mengingat bagaimana perte