Beranda / Romansa / Tanpa Status / Bab 1 Kejutan?

Share

Tanpa Status
Tanpa Status
Penulis: J Shara

Bab 1 Kejutan?

Penulis: J Shara
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-09 20:55:28

"Nico kenapa kau ada di sini?"

Senyum di wajah Nico seketika memudar begitu melihat reaksi kekasihnya. Alih-alih senang, gadis cantik berambut lurus nan panjang itu malah terkejut dan tak senang oleh keberadaan Nico.

"Untuk menemuimu, aku mau memberitahumu kalau minggu depan aku sudah masuk kerja di kota ini," sahut Nico begitu antusias, " bagaimana? Kau senang, kan? Kita tidak perlu menjalani LDR lagi dan aku akan menabung agar kita bisa segera menikah."

"Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?" sergah gadis itu.

Nico semakin tak menyangka akan balasan kekasihnya. Jauh-jauh ia datang dari kota asalnya untuk memberi kejutan kepada kekasihnya, ia malah disambut tak ramah.

"Kenapa? Kau tidak senang?" tanya Nico.

"Bukan begitu ...."

"Nerra, siapa dia?" Tiba-tiba seorang pria keluar dari rumah gadis bernama Nerra.

Nico memandang pria itu, seorang pria dengan bentuk tubuh tingginya yang proporsional, kulitnya bersih dan sangat good looking. Pastilah pria itu dari kalangan berada jika melihat mobil yang terparkir di depan rumah Nerra. Nico bertanya-tanya dalam hati, siapa gerangan pria itu?

"Um ... dia ...." Nerra malah tampak kebingungan menjawab. Ia kini dihadapkan oleh situasi yang tak diinginkannya, kedua kekasihnya kini berada di tempat dan waktu yang bersamaan.

"Siapa dia? Apa dia temanmu?" cecar Nico pada Nerra.

"Dia ...."

"Aku calon suami Nerra," sela pria tampan itu dengan raut wajah serius.

Nico memandang Nerra dengan tatapan ketidakmenyangkaan. Empat tahun ia menjalin cinta dengan gadis itu dan dua tahun mereka menjalin hubungan jarak jauh dan ia merasa hubungan mereka baik-baik saja. Dan sekarang, ia dikejutkan oleh kehadiran pria yang mengaku sebagai calon suami kekasihnya.

"Nerra, kenapa dia mengaku sebagai calon suamimu?" tanya Nico, sambil memandang kekasihnya dengan tatapan nanar. Seakan meminta penjelasan pada gadis yang kini menunduk seakan tak berani memandang mata Nico.

Nerra memilih diam dan menunduk. Ia bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan kedua pria itu.

"Aku tidak tahu kamu ini siapa tapi aku ini calon suami Nerra dan bulan depan kami akan menikah," terang pria itu.

Nico memandang tanya ke arah Nerra. Gadis itu hanya diam sambil menundukkan wajah, membantah ucapan pria itu pun tidak, membuat hati Nico seakan tergores. Jauh-jauh ia mencari pekerjaan di kota tempat kekasihnya berada dan ia rela merantau, meninggalkan orang tua dan saudaranya, demi bisa dekat dengan kekasih hati. Namun, yang ia dapat malah kejutan yang menikam hatinya. Kekasihnya ternyata menjalin hubungan dengan pria lain dan mereka akan segera menikah.

Nico menatap sendu ke arah Nerra, tak menyangka kekasih yang sangat ia cintai ternyata mengkhianatinya. "Aku tidak menyangka ternyata kau mengkhianatiku selama ini " ucapnya lirih, "kalau kau ingin putus, kenapa tidak bilang?"

Nerra mengangkat sedikit wajahnya, matanya tampak berkaca-kaca memandang Nico. "Nico, aku ...," ia memejamkan matanya sejenak, "maafkan aku ...."

Nico memalingkan wajahnya dengan penuh kekecewaan. "Semoga pernikahanmu bahagia," katanya sebelum ia berbalik.

"Nico ...!"

Nico memilih melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Nerra bersama pria itu. Ia mencoba tak mengubris ketika Nerra mencoba memanggilnya dengan nada penuh penyesalan.

Angin malam terasa begitu dingin menusuk kulit membuat Nico masuk ke suatu bar di tengah kota. Bar dengan cahaya lampu yang agak remang, musik jazz yang lembut dan mendayuh-dayuh terdengar di bar itu, membuat hati Nico semakin merana.

Nico memilih duduk di kursi bar, ia melemparkan pandangannya ke segala arah. Bar itu tak banyak pengunjung, hanya beberapa orang dewasa saja yang tampak minum sendirian.

"Kopi hitam hangat dengan sedikit gula," ucap Nico pada pelayan bartender di bar itu.

Nico menopang dagunya. Pertemuan terakhirnya dengan Nerra terus terngiang-ngiang di otaknya, ekspresi keterkejutan gadis itu sewaktu melihat ia menghampirinya secara tiba-tiba. Niat untuk memberi kelasihnya kejutan, kejutan itu malah berbalik padanya.

Tidak lama kemudian pelayan itu menaruh secangkir kopi hangat pesanan Nico di meja. Nico mengaduk-ngaduk sebentar kopinya sebelum menyeruput kopinya dengan wajah murungnya. Entah ia akan terus bekerja di kota itu atau memilih pulang ke kota asalnya karena satu-satunya tujuan ia bekerja di sana adalah kekasihnya, Nerra.

Nico menoleh ke samping, tak jauh di seberang tempat ia duduk, tampak seorang wanita muda cantik berambut hitam sebahu dengan tatapan kosong yang menyedinkan. Ia mengambil gelas panjang berisi cocktail dan menenggaknya dengan begitu anggun. Sejurus membuat Nico terpesona dengan gesture-nya, gadis dari kota besar memang berbeda dengan gadis di kota asalnya, begitu anggun dan memesona.

Nico kembali menatap kopinya, agak lama ia memandangnya sebelum menyeruputnya. Kembali ia merenungi hubungan ia dan Nerra.

Sejam lebih berlalu dan malam semakin larut. Nico memutuskan untuk kembali ke apartemen kecil yang ia sewa selama setahun, tentunya menghabiskan uang tabungannya demi bisa bekerja di kota itu. Ia mulai berpikir, jika ia pulang ke kotanya dan meninggalkan sewa apartemen dan pekerjaannya, akan sangat sayang dengan uang yang sudah ia keluarkan.

Nico berdiri dan mulai beranjak dari sana setelah membayar minumannya. Ia hendak berjalan keluar namun begitu ia berbalik, lengannya bertabrakan dengan bahu wanita anggun itu.

"Maaf!" ucap Nico cepat-cepat namun wanita itu tak memedulikannya dan terus berjalan melewati Nico. Nico sempat melihat sorot mata wanita itu, begitu hampa dengan wajah moleknya namun wanita itu terus berjalan hingga ia keluar dari bar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tanpa Status   Bab 24 Mari Kita Akhiri!

    Jessica tampak lemah dan murung di kantor. Tidak seceriah seperti yang biasa tampak darinya, ia bahkan tak tersenyum dengan semua orang bahkan menyibukkan dirinya dengan beberapa dokumen yang harus dia selesaikan.Sebenarnya, dokumen itu bisa ia selesaikan kapan saja namun ia memilih untuk tidak menundanya mengerjakannya. Di sisi lain, Nico yang sedari ngobrol bersama rekan kerja lainnya, diam-diam memperhatikan Jessica yang tampak beda dari biasanya. Begitu pun saat makan siang, wanita itu tetap memilih makan sendirian. Ingin sekali Nico menghampirinya namun ia berusaha menahannya. Ia bisa merasakan ada yang beda dengan wanita cantik itu. Malam telah tiba, Nico mencoba mengambil kesempatan untuk bisa bicara dengan Jessica namun wanita itu malah memilih untuk lembur. *** Jam sudah menunjukkan jam 23.00 dan Jessica hendak membereskan dokumen dan meninggalkan mejanya. dengan anggunnya dia berjalan menuju lift namun ia tak menyangka di belakangnya, Nico juga menghampirinya. "Kau bel

  • Tanpa Status   Bab 23 Terima Kasih

    Jessica dan Arman menoleh ke samping, ke arah pria yang berseru dengan lantangnya yang kini berdiri tak jauh dari mereka. Jessica tampak kaget saat melihat sosok itu adalah Nico. Nico menyeringai tajam menatap Arman. "Dengan paksa, Heh?" Arman mendengus sekali lalu secara terpaksa ia melepaskan cengkramannya. Sementara Jessica masih shock, tubuhnya gemetaran karena perlakuan paksa yang dilakukan Arman padanya. Sambil terus menatap tajam Arman, Nico berjalan menghampiri mereka. Setelah berada di samping Jessica yang masih shock, Nico meraih tangan Jessica. Menyadari tangan Jessica yang gemetaran hebat, Nico pun menggenggamnya erat. "Jessica, biar kutemani sampai di parkiran," kata Nico lalu ia menarik Jessica untuk memasuki lift dan meninggalkan Arman. Di dalam lift, mereka hanya berdiaman sementara Nico masih menggenggam tangan Jessica selama lift bergerak ke bawah. Secara berangsur-angsur ketakutan Jessica sirna, bahkan kini ia merasa aman berada bersama Nico. Perlahan ia menenga

  • Tanpa Status   Bab 22 Bimbang

    Jessica diam merenung, ia sampai tak bisa menikmati hidangan steak di hadapannya. Ia mengingat lagi pertemuan terakhir ia dan Nico, bagaimana Nico bersikap tak ramah padanya. Jessica berpikir keras, apa yang membuat pria itu bersikap seperti itu padanya. "Apa steak-nya tidak enak?" Jessica tersentak dari lamunannya, ia menoleh ke arah Arya yang kini tersenyum lembut padanya. "Oh, bukan itu ...," kelit Jessica. "Ada yang mengganggu pikiranmu?" Jessica diam sejenak sebelum menjawab. "Tidak ada, jawabnya sambil berusaha tersenyum manis. Arya lalu menggenggam tangan Jessica. "Jika ada sesuatu yang mengganggu pikirianmu, kau bisa ceritakan padaku." Jessica mengangguk semangat. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja, kok, tidak ada masalah," ucapnya. Arya hanya mengangguk sambil tersenyum mengerti lalu ia kembali menikmati hidangan makan malamnya. *** "Aku lihat kau semakin dekat dengan karyawan baru itu," kata Arya. Jessica yang duduk menyandar di sofa tersenyum tipis. "Kenapa? Ka

  • Tanpa Status   Bab 21 Menjauh

    Nico berjalan terhuyung-huyung saat memasuki apartemennya. Ia tampak lelah dan langsung duduk menyandar di sofanya. Ia lantas meraih remote TV dan menyalakannya namun ia tak bisa menikmati tontonan yang ada di TV. Akibatnya, ia menengadahkan kepalanya dan memandang langit-langit apartemennya, membiarkan TV menyala di sana. Ia memikirkan Jessica, wanita itu sepertinya berhasil menguras pikirannya. Hari ini ia tak henti-hentinya memikirkan wanita itu, apalagi sampai ia pulang dari kantor, wanita itu tak kunjung keluar dari ruangan atasan mereka. Nico memejamkan matanya, tak seharusnya ia terlalu serius dalam menganggap sikap Jessica yang kerap membuatnya berdebar-debar apalagi saat mereka bercinta. Nico mulai berpikir, wanita sepertu Jessica hanya menganggap sex adalah hal yang biasa namun tidak bagi Nico. Sex adalah pengalaman awal Nico dan ia melakukannya dengan perasaan.Nico berpikir mungkin ia tak patut lagi terlalu dekat dengan wanita macam Jessica, ia tak ingin perasaannya pada

  • Tanpa Status   Bab 20 Mengapa?

    Napas Nico tertatih menyaksikan Jessica yang berada di atasnya, menggoyangkan pinggulnya maju mundur di sana. Sesekali ia menggeram, merasakan nikmatnya liang milik Jessica mengaduk-mengaduk miliknya. "Ah ... Jessica ...," desah Nico. Napas Jessica juga memburu, ia memandang wajah Nico yang menatapnya penuh gairah. Ia mempercepat gerakan pinggulnya saat ia merasakan ada sesuatu yang meledak dalam dirinya. "Ugh ... ah ah ah ah, Nico ... aku ... ahh!" Tubuh Jessica mengejang hebat, ia menengadahkan wajahnya dan dadanya membusung. Napasnya terdengar memburu. Nico yang menyaksikan pemandangan seksi itu tak tahan apalagi ia merasakan denyutan-denyutan hebat di dinding kenikmatan milik Jessica. Nico bangun dan mencium bibir Jessica dengan penuh gairah, mereka saling melumat bibir dan sesekali menyesapnya. "Ahh ... Nico ...," desah Jessica saat Nico menyesap puncak buah dadanya. Wanita itu mulai bergairah lagi dan menggerakkan pinggulnya. "Ah ah ah ah ...." Suara desahan mereka saling

  • Tanpa Status   Bab 19 Apa Kau Menyukaiku?

    "A-aku ...," Nico tersipu hingga bingung harus menjawab apa. Jessica diam menunggu pengakuan Nico namun tiba-tiba ia tertawa. "Aku hanya bercanda!" Nico mengusap belakang kepalanya. Ia pun bingung, Jessica adalah wanita yang cantik dan menarik, tentu ia sangat menyukainya. Hanya saja, ia masih ragu apakah wanita itu memiliki hubungan dengan atasannya atau tidak. Karena tidak mungkin ia mendekati wanita yang masih menjadi kekasih pria lain."Baiklah, ayo kita naik itu!" ujar Jessica sambil menunjuk wahana bianglala. Nico menoleh ke arah wahana yang menyerupai kincir raksasa itu. "Apa itu aman?" "Tentu saja," kata Jessica, "kau harus mencobanya! Dari atas kita bisa lihat pemandangan kota yang indah." Nico mengangguk setuju lalu mereka pun menuju ke wahana itu. Dengan semangat Jessica masuk ke salah satu kabin bianglala itu. Mereka saling duduk berhadapan. Bianglala mulai berputar, Jessica tertawa saat melihat Nico agak panik saat merasakan bianglala itu mulai berputar namun tidak

  • Tanpa Status   Bab 18 Bagaimana Kalau ....

    Tut ... tut .... "Halo?" "Jessica, kau jadi ikut ke acara temanku?" tanya Nico melalui panggilan telepon."Iya bisa," jawab Jessica, "kau mau aku jemput nanti?" "Bagaimana kalau aku yang menjemputmu," kata Nico, "aku habis beli motor baru," lanjutnya. "Oh, ya?" "Hu um ... aku jemput," ucap Nico, "kau chat alamat apartemenmu nanti aku datang jam sebelas." "Baiklah, nanti aku chat alamatnya." *** Jessica duduk di depan meja riasnya, ia tampak begitu cantik dengan dress berbahan sifon berwarna coklat. Tak cukup dengan itu, ia pun mengulas make up di wajah jelitanya dengan semangat. Sempurnah, ia melihat puas dirinya di cermin. Tidak lama kemudian handphone-nya berdering, tanda ada panggilan telepon masuk. Segera Jessica meraih handphone-nya, matanya tampak bersinar saat melihat nama Nico muncul di layar handphone-nya."Ya, Nico?" "Jessica, aku sudah ada di halaman gedung apartemen," kata Nico dengan suara baritonnya. Jessica lalu berlari menuju jendela, ia pun menyingkap gorde

  • Tanpa Status   Bab 17 Pria yang Tertolak

    Seharian ini Nico bekerja begitu serius di depan layar komputernya, tak terasa rasa lelah menghampirinya. Ia menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya sambil memejamkan matanya sejenak. "Jangan terlalu memaksakan diri," kata Rendy, "santai sajalah! Aku saja santai ...." "Aku hanya tidak suka menunda-nunda pekerjaanku," ucap Nico. "Aku ke toilet dulu, ya," lanjutnya. Nico lalu beranjak dari kursinya dan berjalan menuju toilet namun kebetulan toilet di lantai itu sedang penuh. Nico pun menuju lift ke lantai atas. Dan benar saja, toilet di sana sedang sepi. Nico buang air kecil sebentar lalu ia keluar menuju westafel untuk mencuci tangannya. Ia juga membasuh wajahhya untuk menghilangkan rasa kantuk. "Semalam kau terlalu jahat ke Jessica," tiba-tiba terdengar suara pria. "Huh, dia pantas mendapatkannya," kali ini terdengar suara Arman, "dia itu tak lebih seorang wanita murahan yang mencoba merebut suami orang!" "Tapi itu kan hanya gosip saja," kata pria lainnya, "dan bukannya dulu

  • Tanpa Status   Bab 16 Kangen

    Jessica mengernyit memandang Nico yang tiba-tiba datang dan menanyai perihal hubungan wanita itu dengan atasan mereka. "Kenapa kau ingin tahu?" wanita itu malah bertanya balik. "Aku mendengar gosip tentangmu. Apa itu benar?" wajah Nico tampak begitu serius. Jessica diam termangu. "Oh ... berarti itu benar ...," gumam Nico. "Memangnya kenapa kalau itu benar?" tantang Jessica, "apa salah kalau aku mencintainya?" Jessica lalu mendorong Nico dengan bahunya dan melenggang meninggalkan Nico. Nico terus memandang wanita itu hingga wanita itu pergi bersama dengan mobilnya. *** Nico kini berada di dalam apartemennya, duduk menyandar di sofanya sambil menikmati minuman kaleng dinginnya. Kembali ia mengingat-ingat lagi bagaimana ia bercinta dengan Jessica, bayangan itu sangat sulit ia hilangkan. Entah karena itu adalah pengalaman pertamanya dengan seorang wanita atau ia menginginkannya lagi. Nico mengambil handphone-nya, ia hendak menelepon Jessica namun ia ragu mengingat bagaimana perte

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status