Share

Bab 3

Penulis: Arjuna
Pada hari ulang tahun pernikahan mereka, Darren memosting esai singkat di akun media sosialnya tepat pada jam 12 malam. Esai itu berisi rasa cinta dan terima kasihnya yang tulus kepada Rebecca.

Beberapa jam kemudian, jumlah suka dan repost postingan itu telah melampaui 10 juta kali. Video perjalanan cinta mereka yang diedit Darren secara pribadi diputar di layar-layar besar seluruh kota. Dia membuat semua orang merasakan cintanya kepada Rebecca.

Entah sejak kapan, sekelompok orang juga sudah tiba di luar vila mereka. Mereka membentangkan 1.825 buket mawar di sepanjang jalan setapak. Di tengah jalan setapak, terletak sebuah cincin kristal berongga luar biasa besar yang berisi pakaian dan tas terbaru dari berbagai merek. Sebuah kotak musik kecil diletakkan di atasnya and memutar suara Darren yang merdu secara berulang.

"Sayang, selamat hari ulang tahun pernikahan! Aku mencintaimu dan cintaku belum berubah."

Rebecca tetap memasang ekspresi datar. Dia menutup pintu dan membenamkan diri di balik selimut, seolah-olah semua ini tak berarti baginya.

Sesaat kemudian, Darren menelepon. Dia berkata dengan nada bersalah, "Sayang, ada sedikit masalah dalam kerja sama kali ini. Aku nggak bisa pulang untuk rayakan ulang tahun pernikahan kita bersama hari ini. Aku akan menebusnya nanti saat aku pulang."

Mendengar kebohongannya yang buruk, Rebecca tiba-tiba tertawa hingga suaranya bergetar. "Nggak apa-apa. Kamu tangani saja urusanmu."

"Sayang, kamu nggak senang?" Darren menyadari keanehan Rebecca dengan peka. Dia berujar, "Ada banyak kejutan yang sudah kusiapkan untukmu hari ini. Semoga kamu suka. Aku pasti akan menebusnya beberapa hari lagi."

"Nggak, pekerjaan lebih penting. Aku cuma merasa kurang enak badan, mau tidur dulu," jawab Rebecca sebelum menutup telepon dengan dingin.

Kemudian, Rebecca meringkuk dan berusaha menahan rasa sakit di hatinya.

Di luar vila, keramaian itu masih terus berlanjut. Drone-drone yang dipersiapkan Darren menari di udara dan membentuk berbagai bentuk untuk mengekspresikan cintanya kepada Rebecca. Ada banyak wartawan yang bergegas datang dengan harapan dapat mewawancarai Rebecca untuk lanjut mempromosikan cinta mereka.

Rebecca mengabaikan mereka. Ponselnya juga berdering berulang kali. Melihat nama Darren di layar, pandangannya kembali kabur. Dia ingin menjawab panggilan itu dan bertanya kenapa Darren mengingkari janjinya dan jatuh cinta pada wanita lain.

Namun, pada akhirnya, Rebecca hanya mematikan ponselnya dan membenamkan kepalanya di balik selimut. Entah berapa lama waktu telah berlalu, selimutnya tiba-tiba terangkat dan seberkas cahaya terang menusuk mata Rebecca.

Di bawah cahaya itu, Rebecca melihat Darren yang bertampang lesu. Rambutnya acak-acakan, wajahnya pucat, sedangkan matanya dipenuhi kekhawatiran dan ketakutan.

Merasakan ketidaksenangan Rebecca, Darren bergegas kembali. Dia sudah menelepon Rebecca sepanjang jalan, tetapi Rebecca tidak menjawab. Dia pun ketakutan.

Saat melihat Rebecca, Darren memeluknya erat-erat. Suaranya serak dan terdengar tercekat saat berkata, "Untung saja kamu ada di rumah! Sayang, maaf. Maaf."

Mata Darren terlihat memerah, sedangkan tubuhnya gemetar pelan dengan tidak terkendali. "Aku nggak akan pernah lagi tinggalkan kamu sendirian di rumah. Waktu kamu nggak jawab teleponku, duniaku benar-benar seperti sudah hancur. Nggak ada yang lebih penting dari kamu. Aku sudah pulang untuk temani kamu rayakan hari ulang tahun pernikahan kita."

Rebecca tetap diam dan Darren berasumsi dia masih marah. Dia pun berlutut dengan satu kaki dan membujuknya, "Sayang, berjanjilah padaku, jangan nggak angkat teleponku atau abaikan aku lagi. Aku akan sangat menderita."

Kegugupan dan ketakutan Darren terlihat nyata. Dia mencintai Rebecca, tetapi cintanya bukan hanya untuk satu orang.

"Cepat juga kamu pulangnya," kata Rebecca sambil tersenyum tipis.

Wajah Darren agak memucat dan dia merasa agak gelisah.

"Sayang, kamu sudah nggak makan seharian, 'kan? Ayo kita pergi ke restoran berputar." Darren mengganti topik pembicaraan dan dengan lembut merapikan rambut Rebecca dari dahinya.

"Nggak mau," jawab Rebecca sambil menggeleng.

Darren pun panik. "Kalau begitu, kamu istirahat saja dulu. Aku akan pergi masak untukmu."

"Emm." Rebecca mengangguk dengan dingin, lalu berbalik untuk memunggungi Darren.

Darren mengira Rebecca masih marah. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu meninggalkan kamar.

Belasan menit kemudian, terdengar keributan dari lantai bawah. Rebecca pun berjalan turun.

Ruang tamu vila dipenuhi dengan teman-teman Darren. Mereka sedang membantu menggantungkan kembali foto-foto yang baru dicetak ulang ke dinding. Melihat Rebecca, mereka semua mulai membela Darren.

"Kak Rebecca, Kak Darren benar-benar ketakutan setengah mati. Aku belum pernah lihat Kak Darren segugup ini."

"Waktu kamu marah lain kali, beri tahu saja kami. Kami akan bantu kamu lampiaskan amarahmu. Jangan buang foto-foto kalian lagi atau matikan ponselmu. Kak Darren bisa mati."

"Kalau nggak bisa temukan Kak Rebecca, Kak Darren pasti jadi gila."

"Benar! Waktu lihat dinding yang kosong, Kak Darren nyaris pingsan dan bahkan cari ke tong sampah."

...

"Diam kalian semua!" Darren muncul dari dapur dengan mengenakan celemek. Dia terlihat marah. "Ini salahku. Aku yang buat istriku sedih. Sudah sepantasnya dia menghukumku."

"Kak Darren benar-benar suami pemanja istri! Di hadapan Kak Rebecca, dia bahkan nggak peduli sama harga dirinya. Kak Rebecca benar-benar beruntung," ujar Cecilia sambil berjalan keluar dari kerumunan. Wajahnya dipenuhi rasa iri.

Ekspresi Darren tetap tenang. Dia tersenyum lembut dan berkata, "Aku tentu saja harus manjakan istriku!"

Rebecca langsung merinding dan merasa Darren sangat munafik. Namun, dia tidak ingin membongkar kebohongannya sekarang. Dia berujar dengan tenang, "Nggak perlu gantung foto-foto itu. Aku mau ganti warna dinding."

Darren menghampiri Rebecca dan merangkul pinggangnya. "Oke, nggak usah digantung lagi semuanya. Aku akan turuti kata-kata istriku."

"Kak Darren benar-benar seperti budak istri," goda seseorang.

Namun, Darren tidak menganggapnya serius. Dia memapah Rebecca duduk di sofa dan kembali ke dapur untuk memasak.

Darren memasak semua makanan yang Rebecca suka, tetapi Rebecca malah kesulitan untuk menelannya.

Di sisi lain, Darren mengambilkan makanan untuk Rebecca dengan penuh perhatian, tetapi tangannya yang satu lagi malah saling bertautan dengan tangan Cecilia di bawah meja.

Rebecca tiba-tiba merasa semua ini sangat membosankan. Dia sudah tidak sabar untuk meninggalkan tempat ini dan Darren.

Seusai makan malam, Darren tidak memberi Rebecca kesempatan untuk menolak. Dia langsung membungkuk dan memakaikan kaus kaki dan sepatu ke kaki Rebecca, lalu menggendongnya keluar dari pintu.

Teman-teman Darren yang berada di belakang tidak berhenti bersorak. Cecilia juga tersenyum dan ikut menggoda, tetapi Rebecca bisa dengan jelas melihat kilatan kebencian dan kecemburuan di matanya.

Darren secara khusus menyiapkan pertunjukan kembang api di atas laut untuk Rebecca dan bahkan mengundang band favoritnya untuk tampil.

Di tengah pertunjukan, Darren menggunakan alasan ingin pergi ke kamar mandi untuk meninggalkan tempat. Entah kenapa, Rebecca pun mengikutinya.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tanpamu, Hidupku Makin Bersinar   Bab 22

    Darren diam-diam mencari seseorang untuk bekerja sama dengan Rebecca. Setiap tahun, dia memberi Rebecca 5% keuntungan perusahaannya untuk mengembangkan proyek-proyek perusahaannya. Dia tidak berani lanjut mengganggu Rebecca dan bertekad untuk melindunginya dengan caranya sendiri.Ketika para pemegang saham perusahaan mengetahui berita itu, mereka kembali mengonfrontasi Darren. Namun, Darren membuat mereka bungkam dengan menunjukkan perjanjian taruhan itu.Perjanjian yang Darren tandatangani dengan Rebecca tidak dibatasi waktu. Selama Rebecca masih lanjut mengembangkan desa, dana itu akan terus ditransfer kepadanya.Setiap hari, Darren menerima berita dan video tentang Rebecca. Rebecca sudah menjadi makin percaya diri dan bersinar. Dia adalah motivasi Darren untuk bertahan hidup.Suatu malam, Darren bangkit dari kantornya dan pandangannya tiba-tiba gelap. Kemudian, dia pun jatuh ke lantai. Ketika terbangun lagi, dia melihat Mina yang berlinang air mata.Kepala Darren telah cedera bebera

  • Tanpamu, Hidupku Makin Bersinar   Bab 21

    Rebecca berbicara dengan fasih di atas panggung. Dia menjelaskan tujuan awal pendirian perusahaan, sekaligus mengajak orang-orang yang mampu untuk ikut serta dalam hal ini.Rebecca juga menguraikan rencana kerja pertamanya. Dia ingin membantu mengembangkan desa-desa pegunungan di sebelah barat. Daerah itu kaya akan aneka jamur hutan dan dia berencana melakukan pengembangan hijau yang sesuai dengan kondisi setempat, sekaligus menarik mantan penduduk desa yang merantau di luar untuk pulang ....Darren berdiri di sudut sambil memperhatikan Rebecca yang mengenakan setelan formal dan berbicara dengan percaya diri. Ada kilatan keterkejutan di matanya.Sudah lama Darren tidak melihat Rebecca begitu bersinar. Sejak bersamanya, Rebecca bagaikan terjebak dalam sumur dan seluruh hidupnya hanya penuh dengan Darren. Rebecca telah mengorbankan segalanya dan mempertaruhkan seluruh dirinya demi mencintai Darren. Namun, Darren justru mengecewakannya. Pada saat ini, Darren sepertinya sudah bisa memaha

  • Tanpamu, Hidupku Makin Bersinar   Bab 20

    Wajah Darren miring ke satu sisi. Matanya dipenuhi keterkejutan dan rasa sakit. "Sa ... Becca, apa yang harus aku lakukan supaya kamu bisa maafkan aku?""Aku nggak akan pernah maafkan kamu. Sejak kamu putuskan untuk menunggu Cecilia dewasa dan menikahinya, kita memang sudah ditakdirkan untuk berakhir seperti ini.""Dia sudah gila. Selama kamu kembali, aku akan akhiri hidupnya. Kita bisa langsung pergi daftarkan pernikahan kita. Aku yang salah. Aku benar-benar nggak bisa hidup tanpamu," jelas Darren dengan penuh semangat.Rebecca akhirnya menunjukkan sedikit ekspresi. Dia mengerutkan kening, lalu menatap Darren dengan kesal dan berujar, "Darren, berhentilah membuatku merasa jijik."Jijik?Darren mundur dua langkah dengan terhuyung. Hatinya terasa seperti diremas. Becca-nya menyebutnya menjijikkan. Air matanya jatuh dengan tak terkendali. Dia menatap Rebecca dengan mata berkaca-kaca, lalu membuka mulutnya, tetapi tak ada suara yang keluar.Pada saat ini, Patrick berjalan masuk. Dia melir

  • Tanpamu, Hidupku Makin Bersinar   Bab 19

    Ketika industri pariwisata desa resmi diluncurkan, Rebecca mengundang para blogger pariwisata dan kuliner untuk berkunjung. Sebagian besar rumah di desa masih dipertahankan struktur aslinya. Hanya dindingnya yang diperkuat. Beberapa telah dibuka menjadi penginapan, sedangkan yang lain menjadi restoran.Seluruh desa telah direnovasi untuk mencerminkan keindahan alam setempat. Mereka membangun banyak dek observasi, merekonstruksi kemegahan jalan perdagangan kuno, dan bahkan mengajak para nenek untuk mengajarkan kerajinan tenun dan teknik cetak tradisional warisan budaya kepada para wisatawan.Kelompok blogger pertama yang mengunjungi desa ini merasa sangat gembira. Mereka menghabiskan sekitar dua sampai tiga hari untuk bersantai dengan nyaman dan tenang.Dengan meningkatnya promosi di internet, wisata santai di desa ini pun perlahan-lahan menjadi makin populer. Kelompok kedua yang tiba adalah karyawan dari perusahaan ternama yang sedang melakukan liburan akhir tahun. Semua orang mendapa

  • Tanpamu, Hidupku Makin Bersinar   Bab 18

    Darren yang tadinya masih bersikap tenang tiba-tiba menjadi gugup dan gelisah. Dia meraih lengan asistennya dan menghujaninya dengan pertanyaan, "Di mana dia? Di mana Becca? Cepat beri tahu aku!""Dia ada di sebuah desa dalam pegunungan di kawasan barat daya." Asisten itu sudah merasa mual akibat diguncang Darren. Darren langsung memasang tampang berseri-seri dan hendak berjalan keluar. Namun, beberapa pemegang saham segera menghentikannya.Tak disangka, Darren malah meninju orang yang paling dekat dengannya. Sekarang, satu-satunya hal yang dipedulikannya adalah Rebecca. Baginya, hal lain tidaklah penting.Darren meninggalkan Grup Hernanda dan bergegas melaju menuju bandara. Dia mengebut sepanjang jalan. Ketika sampai di persimpangan dan mencoba melewati lampu kuning, mobilnya ditabrak oleh truk yang juga menerobos lampu lalu lintas hingga terdorong ke pinggir jalan. Bodi Maybach-nya remuk dan kakinya terjepit oleh jok.Darren berusaha mati-matian untuk melepas sabuk pengaman dan mena

  • Tanpamu, Hidupku Makin Bersinar   Bab 17

    Setelah Patrick selesai berbicara, Rebecca pun tertegun untuk sejenak. Kemudian, dia menggeleng dan menghibur, "Pak Patrick, jangan menyalahkan diri. Masalahku itu nggak ada kaitannya denganmu. Meski itu bukan Cecilia, pasti akan ada orang lainnya."Hati Darren terlalu besar hingga mampu menampung Rebecca dan orang lain. Cinta Darren yang tidak cukup murni dan tidak cukup abadi."Baguslah kalau kamu nggak menyalahkanku. Mulai sekarang, jangan panggil aku Pak Patrick lagi. Panggil saja aku Patrick." Patrick berkata dengan berpura-pura santai, "Aku nggak mau jadi pengacara lagi. Aku mau terjun ke bidang sosial sepertimu. Mulai sekarang, aku akan jadi pengikutmu.""Kamu nggak perlu berbuat begitu. Keadaanku sekarang sangat baik," tolak Rebecca dengan halus."Aku tahu kamu sangat baik. Aku ingin belajar darimu dan berkontribusi." Patrick berpura-pura tidak mengerti penolakan Rebecca. Dia tersenyum, lalu mengambil buku pelajaran dari tangan Rebecca dan lanjut mengajari anak-anak.Patrick ju

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status