Share

Bab 4

Penulis: Arjuna
Di ruang istirahat VIP, Cecilia menghambur ke pelukan Darren. Dia mengangkat wajahnya yang menawan dan mencium bibir Darren.

"Kak, aku sangat merindukanmu. Biarkanlah aku menciummu sebentar."

Darren melingkarkan satu tangan di pinggang Cecilia dan tangan lainnya di belakang kepalanya. Dia menanggapi ciuman itu dengan penuh gairah dan suhu ruangan tiba-tiba meningkat.

Setelah beberapa saat, Cecilia tersipu dan mendorong Darren menjauh dengan terengah-engah. "Sudah, cepat kembali temani Kak Rebecca."

"Kamu rela?" Mata Darren dipenuhi nafsu. Dia membelai bibir merah Cecilia dengan ujung jarinya.

Cecilia menunduk dan menjawab, "Nggak, tapi aku nggak ingin Kak Rebecca sedih. Gara-gara aku, dia bahkan nggak jawab teleponmu. Aku bisa tunggu, sampai kamu kembali setelah temani Kak Rebecca."

"Kamu benar-benar pengertian sampai buat orang merasa sakit hati. Aku juga nggak rela tinggalkan kamu. Sudah, patuhi saja aku. Jangan pikirkan orang lain dulu sekarang. Nikmati saja kegembiraan yang dibawakan suamimu."

Darren mencium bibir Cecilia, lalu perlahan-lahan turun ke leher dan dadanya. Erangan nikmat keluar dari bibir Cecilia. Dia menancapkan kukunya di punggung Darren.

"Kak, jangan cium aku di sana. Aku nggak tahan."

"Dasar iblis kecil, bukannya kamu paling suka aku begini?"

Menyaksikan kedua orang yang melakukan hal seperti itu, hati Rebecca terasa sangat dingin. Dia menggigit punggung tangannya kuat-kuat agar tidak menangis. Dia mengira hatinya tidak akan terasa sakit lagi. Namun, ketika melihat adegan itu dengan mata kepalanya sendiri, hatinya masih terasa tercabik-cabik.

Darren benar-benar telah mengkhianatinya, baik secara mental maupun fisik. Rasa terbakar di perutnya membuatnya mual. ​​Dia menutup mulutnya dan berlari ke kamar mandi, lalu muntah-muntah hebat. Perut bagian bawahnya berdenyut sakit.

Rebecca mengelus perutnya dengan pelan. Air mata mengaburkan pandangannya.

'Nak, maaf. Mama sudah biarkan kamu melihat sisi buruk papamu. Maafkan Mama karena nggak bisa lahirkan kamu ke dunia ini,' gumam Rebecca dalam hati.

Wajah Rebecca sangat pucat. Dia berjalan keluar dari kamar mandi dengan terhuyung-huyung.

Dek sangat ramai, tetapi masih belum terlihat sosok Darren dan Cecilia. Setelah pertunjukan kembang api selesai, Darren dan Cecilia baru kembali secara bergiliran. Wajah Cecilia terlihat berseri-seri karena sudah dipuaskan.

Cecilia sengaja duduk di sebelah Rebecca, lalu membuka sebuah kotak beludru dan berkata sambil tersenyum, "Kak, ini hadiah untukmu. Aku membuatnya sendiri. Terima kasih kalian sudah merawatku. Lima tahun yang lalu, bukan aku yang menyelamatkanmu, melainkan kalian yang menyelamatkanku. Semoga pernikahan kalian langgeng dan bahagia."

Di dalam kotak itu, terdapat sebuah gelang berwarna hijau yang mengilap hingga menyilaukan mata.

Rebecca menatap Cecilia dengan tatapan kosong, lalu menjawab sambil tersenyum tipis, "Kamu simpan saja untuk dirimu sendiri. Aku nggak suka."

Tangan Cecilia gemetar dan matanya langsung memerah. Dia secara naluriah melirik Darren.

Namun, Darren berlagak seperti tidak menyadari tatapan Cecilia. Tatapan lembutnya terpaku pada wajah Rebecca, seolah-olah hanya Rebecca yang ada di matanya. "Istriku nggak suka. Kamu simpan saja."

Cecilia menyimpan hadiah itu dengan perasaan sedih. "Kalau begitu, apa aku boleh bersulang dengan Kak Rebecca? Aku harap Kak Rebecca bahagia selalu."

Rebecca tidak menolak lagi. Dia menerima minuman yang ditawarkan Cecilia dan menyesapnya.

Cecilia kembali tersenyum, lalu berbalik untuk pergi. Ketika berbalik, ada kilatan jahat yang melintasi matanya. Kakinya tersandung kursi dan dia jatuh ke lantai sambil berteriak kaget. Dia memegangi perutnya dengan tampang kesakitan.

"Sakit banget."

Semua orang terlonjak kaget. Orang-orang yang berada paling dekat dengan Cecilia bergegas menggendongnya. Ketika melihat noda merah tua di roknya, orang itu pun terkejut dan buru-buru melirik Darren.

Rebecca juga secara refleks menatap Darren. Namun, ekspresinya tetap tenang.

Melihat Rebecca menatapnya, Darren tersenyum lembut dan menggenggam tangannya. Dia berkata kepada orang itu dengan santai, "Kamu bawa saja dia ke rumah sakit. Aku akan temani istriku sampai akhir pertunjukan."

Cecilia dikawal turun dari perahu oleh yang lain. Sementara itu, Darren menggenggam tangan Rebecca sepanjang waktu sambil menyaksikan penampilan band.

Jika Rebecca belum tahu tentang hubungan mereka, dia pasti akan tertipu oleh akting Darren. Hatinya terasa makin dingin dan rasa sakit di perut bagian bawahnya makin hebat. Tepat ketika dia hendak mengatakan ingin pulang, ponsel Darren berdering.

"Pak Darren, karena kamu terburu-buru pulang siang tadi, masalah pada kontrak itu belum selesai. Apa kamu bisa datang ke perusahaan sekarang?" Terdengar suara cemas asisten Darren di ujung telepon.

Darren mengerutkan kening dan terdiam beberapa detik sebelum menutup telepon. Ketika dia menatap Rebecca, secercah rasa bersalah terpancar di matanya. "Sayang, aku harus pergi ke perusahaan. Kamu tunggu saja dulu di sini sebentar. Aku akan minta sopir menjemputmu. Oke?"

Rebecca tersenyum sinis dalam hati, tetapi menjawab, "Oke, pergilah."

Darren berdiri dan hendak mencium keningnya, tetapi Rebecca berpura-pura batuk dan berbalik. Tanpa sempat berpikir panjang, Darren langsung pergi dengan tergesa-gesa.

Rebecca tahu Darren akan pergi ke rumah sakit. Rasa sakit di hatinya telah mereda. Dia menunggu selama setengah jam, tetapi sopir masih belum tiba.

Tiba-tiba, Rebecca merasakan sakit yang menusuk di perutnya hingga seluruh tubuhnya membungkuk. Dia melirik pecahan kaca di lantai dan sebuah pikiran absurd melintasi benaknya.

Cecilia telah meracuni minumannya.

Rebecca berjuang untuk bangkit, lalu memunguti pecahan kaca yang tersisa dan menyimpannya. Rasa sakit di perutnya makin hebat dan menjalar dari lambung ke perut bagian bawah. Dia bisa dengan jelas merasakan suatu kekuatan merobek perut bagian bawahnya dan sesuatu yang panas mengalir keluar dari tubuhnya.

Rebecca secara naluriah menelepon Darren, tetapi Darren tidak menjawab. Sementara itu, telepon sopir juga tidak dapat dihubungi.

Dengan sisa tenaganya, Rebecca menghubungi nomor darurat ....
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tanpamu, Hidupku Makin Bersinar   Bab 22

    Darren diam-diam mencari seseorang untuk bekerja sama dengan Rebecca. Setiap tahun, dia memberi Rebecca 5% keuntungan perusahaannya untuk mengembangkan proyek-proyek perusahaannya. Dia tidak berani lanjut mengganggu Rebecca dan bertekad untuk melindunginya dengan caranya sendiri.Ketika para pemegang saham perusahaan mengetahui berita itu, mereka kembali mengonfrontasi Darren. Namun, Darren membuat mereka bungkam dengan menunjukkan perjanjian taruhan itu.Perjanjian yang Darren tandatangani dengan Rebecca tidak dibatasi waktu. Selama Rebecca masih lanjut mengembangkan desa, dana itu akan terus ditransfer kepadanya.Setiap hari, Darren menerima berita dan video tentang Rebecca. Rebecca sudah menjadi makin percaya diri dan bersinar. Dia adalah motivasi Darren untuk bertahan hidup.Suatu malam, Darren bangkit dari kantornya dan pandangannya tiba-tiba gelap. Kemudian, dia pun jatuh ke lantai. Ketika terbangun lagi, dia melihat Mina yang berlinang air mata.Kepala Darren telah cedera bebera

  • Tanpamu, Hidupku Makin Bersinar   Bab 21

    Rebecca berbicara dengan fasih di atas panggung. Dia menjelaskan tujuan awal pendirian perusahaan, sekaligus mengajak orang-orang yang mampu untuk ikut serta dalam hal ini.Rebecca juga menguraikan rencana kerja pertamanya. Dia ingin membantu mengembangkan desa-desa pegunungan di sebelah barat. Daerah itu kaya akan aneka jamur hutan dan dia berencana melakukan pengembangan hijau yang sesuai dengan kondisi setempat, sekaligus menarik mantan penduduk desa yang merantau di luar untuk pulang ....Darren berdiri di sudut sambil memperhatikan Rebecca yang mengenakan setelan formal dan berbicara dengan percaya diri. Ada kilatan keterkejutan di matanya.Sudah lama Darren tidak melihat Rebecca begitu bersinar. Sejak bersamanya, Rebecca bagaikan terjebak dalam sumur dan seluruh hidupnya hanya penuh dengan Darren. Rebecca telah mengorbankan segalanya dan mempertaruhkan seluruh dirinya demi mencintai Darren. Namun, Darren justru mengecewakannya. Pada saat ini, Darren sepertinya sudah bisa memaha

  • Tanpamu, Hidupku Makin Bersinar   Bab 20

    Wajah Darren miring ke satu sisi. Matanya dipenuhi keterkejutan dan rasa sakit. "Sa ... Becca, apa yang harus aku lakukan supaya kamu bisa maafkan aku?""Aku nggak akan pernah maafkan kamu. Sejak kamu putuskan untuk menunggu Cecilia dewasa dan menikahinya, kita memang sudah ditakdirkan untuk berakhir seperti ini.""Dia sudah gila. Selama kamu kembali, aku akan akhiri hidupnya. Kita bisa langsung pergi daftarkan pernikahan kita. Aku yang salah. Aku benar-benar nggak bisa hidup tanpamu," jelas Darren dengan penuh semangat.Rebecca akhirnya menunjukkan sedikit ekspresi. Dia mengerutkan kening, lalu menatap Darren dengan kesal dan berujar, "Darren, berhentilah membuatku merasa jijik."Jijik?Darren mundur dua langkah dengan terhuyung. Hatinya terasa seperti diremas. Becca-nya menyebutnya menjijikkan. Air matanya jatuh dengan tak terkendali. Dia menatap Rebecca dengan mata berkaca-kaca, lalu membuka mulutnya, tetapi tak ada suara yang keluar.Pada saat ini, Patrick berjalan masuk. Dia melir

  • Tanpamu, Hidupku Makin Bersinar   Bab 19

    Ketika industri pariwisata desa resmi diluncurkan, Rebecca mengundang para blogger pariwisata dan kuliner untuk berkunjung. Sebagian besar rumah di desa masih dipertahankan struktur aslinya. Hanya dindingnya yang diperkuat. Beberapa telah dibuka menjadi penginapan, sedangkan yang lain menjadi restoran.Seluruh desa telah direnovasi untuk mencerminkan keindahan alam setempat. Mereka membangun banyak dek observasi, merekonstruksi kemegahan jalan perdagangan kuno, dan bahkan mengajak para nenek untuk mengajarkan kerajinan tenun dan teknik cetak tradisional warisan budaya kepada para wisatawan.Kelompok blogger pertama yang mengunjungi desa ini merasa sangat gembira. Mereka menghabiskan sekitar dua sampai tiga hari untuk bersantai dengan nyaman dan tenang.Dengan meningkatnya promosi di internet, wisata santai di desa ini pun perlahan-lahan menjadi makin populer. Kelompok kedua yang tiba adalah karyawan dari perusahaan ternama yang sedang melakukan liburan akhir tahun. Semua orang mendapa

  • Tanpamu, Hidupku Makin Bersinar   Bab 18

    Darren yang tadinya masih bersikap tenang tiba-tiba menjadi gugup dan gelisah. Dia meraih lengan asistennya dan menghujaninya dengan pertanyaan, "Di mana dia? Di mana Becca? Cepat beri tahu aku!""Dia ada di sebuah desa dalam pegunungan di kawasan barat daya." Asisten itu sudah merasa mual akibat diguncang Darren. Darren langsung memasang tampang berseri-seri dan hendak berjalan keluar. Namun, beberapa pemegang saham segera menghentikannya.Tak disangka, Darren malah meninju orang yang paling dekat dengannya. Sekarang, satu-satunya hal yang dipedulikannya adalah Rebecca. Baginya, hal lain tidaklah penting.Darren meninggalkan Grup Hernanda dan bergegas melaju menuju bandara. Dia mengebut sepanjang jalan. Ketika sampai di persimpangan dan mencoba melewati lampu kuning, mobilnya ditabrak oleh truk yang juga menerobos lampu lalu lintas hingga terdorong ke pinggir jalan. Bodi Maybach-nya remuk dan kakinya terjepit oleh jok.Darren berusaha mati-matian untuk melepas sabuk pengaman dan mena

  • Tanpamu, Hidupku Makin Bersinar   Bab 17

    Setelah Patrick selesai berbicara, Rebecca pun tertegun untuk sejenak. Kemudian, dia menggeleng dan menghibur, "Pak Patrick, jangan menyalahkan diri. Masalahku itu nggak ada kaitannya denganmu. Meski itu bukan Cecilia, pasti akan ada orang lainnya."Hati Darren terlalu besar hingga mampu menampung Rebecca dan orang lain. Cinta Darren yang tidak cukup murni dan tidak cukup abadi."Baguslah kalau kamu nggak menyalahkanku. Mulai sekarang, jangan panggil aku Pak Patrick lagi. Panggil saja aku Patrick." Patrick berkata dengan berpura-pura santai, "Aku nggak mau jadi pengacara lagi. Aku mau terjun ke bidang sosial sepertimu. Mulai sekarang, aku akan jadi pengikutmu.""Kamu nggak perlu berbuat begitu. Keadaanku sekarang sangat baik," tolak Rebecca dengan halus."Aku tahu kamu sangat baik. Aku ingin belajar darimu dan berkontribusi." Patrick berpura-pura tidak mengerti penolakan Rebecca. Dia tersenyum, lalu mengambil buku pelajaran dari tangan Rebecca dan lanjut mengajari anak-anak.Patrick ju

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status