Siang ini akhirnya Rio menghirup kembali udara Lampung yang telah lama ia tinggalkan. Ia benar-benar bahagia karena saat ia tiba di bandara Radin Inten II internasional, Ayah dan Bundanya telah datang menjemputnya. Pelukan hangat Rio dapatkan kali ini dari kedua orangtuanya secara bergantian. Tidak pernah ia kira jika lebaran tahun ini, ia bisa mudik ke tempat ini.
"Sehat-sehat 'kan, Ri?"
Pertanyaan sang Ayah telah membuat Rio tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Alhamdulillah, Yah. Tinggal di Jakarta, aku jadi naik tiga kilogram."
Ari Gumilang memilih menganggukkan kepalanya dan kini ia mengajak istri dan anak sulungnya itu untuk menuju ke arah parkiran mobil.
Buugg....Rio menghempaskan tubuhnya di atas ranjang empuk yang ada di dalam kamarnya. Ia menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih bersih dengan pikiran yang terus melayang-layang memikirkan situasi hidupnya saat ini. Ia tidak habis pikir bagaimana sang Bunda bisa memiliki rencana gila untuk menjodohkan dirinya dengan Hafsa?Dirinya belum pernah bertemu apalagi berkenalan dengan perempuan itu. Lebih dari itu semua, Rio sudah merasa menemukan tambatan hatinya, yaitu Tri Retno Wahani. Satu-satunya wanita yang ingin ia nikahi dan ingin ia ajak hidup bersama-sama hingga maut memisahkan mereka. Tidak ada wanita lain yang mungkin bisa menggantikan posisi Retno di dalam hatinya. Lebih dari itu semua, Rio telah tahu bagaimana rasa Retno. Dengan Retno ia bisa merasakan arti dari surga dunia yang sebenarnya. Dengan R
Siang ini akhirnya Rio menghirup kembali udara Lampung yang telah lama ia tinggalkan. Ia benar-benar bahagia karena saat ia tiba di bandara Radin Inten II internasional, Ayah dan Bundanya telah datang menjemputnya. Pelukan hangat Rio dapatkan kali ini dari kedua orangtuanya secara bergantian. Tidak pernah ia kira jika lebaran tahun ini, ia bisa mudik ke tempat ini."Sehat-sehat 'kan, Ri?"Pertanyaan sang Ayah telah membuat Rio tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Alhamdulillah, Yah. Tinggal di Jakarta, aku jadi naik tiga kilogram."Ari Gumilang memilih menganggukkan kepalanya dan kini ia mengajak istri dan anak sulungnya itu untuk menuju ke arah parkiran mobil.
Manda menatap Rio yang duduk di hadapannya dengan tatapan lelah. Bagaimana tidak, demi Rio ia telah rela jauh-jauh datang ke cafe ini hanya untuk bertemu teman dekatnya ini. Rio yang mengatakan kepadanya ada sesuatu yang darurat membuat Manda sedikit was-was dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi saat ini."Ri, lo mau cerita apaan sih? Kalo lo diam aja begini, gue mau balik aja. Rumah gue jauh, mana sudah malam lagi.""Gue pusing, Man.""Kalo kepala lo pusing, minum parasetamol terus tidur. Bukan ngajak gue ketemu.""Serius gue, Man. Kemarin gue ketemu sama Papanya Retno."Deg'Jantung Manda se
Sudah dua hari ini Retno berada di Bali. Ia memilih untuk tinggal di rumah Wulandari karena itu merupakan permintaan Wulan. Sebagai anak yang rindu kasih sayang ibu kandungnya, tentu saja Retno tidak akan menolaknya.Dua hari ia tinggal di sini, dirinya cukup betah. Semua pekerjaannya di kantor, ia selesaikan secara daring dari rumah Wulan."Ret, kamu enggak sowan ke rumah orangtua pacar kamu lebaran ini?""Belum diajakin ke sana, Bu.""Lho, kok begitu? Bukannya ini momment yang bagus ya buat perkenalan pasangan ke keluarga.""Keluarganya juga di Sumatera. Kayanya terlalu jauh juga kalo ke sana. Apalagi ini musim mudik. Susah cari tiketnya, Bu. Kapan-kapan aja kalo sudah enggak musim liburan begini.""Ya sudah, kamu di sini saja. Nanti kita bikin opor, rendang sama sambal goreng krecek. Lagian dari dulu ibu juga cuma lebaran sendirian kalo enggak ada kamu di sini."Retno memilih menganggukkan kepalanya. Setelah dua hari tinggal di sini, akhirnya Retno tahu jika Wulan sudah dicoret dar
Rio menatap penampilannya di depan cermin dengan jantung yang terus berdegup kencang. Rasanya jantungnya seakan baru saja drumband. Entah kenapa ia merasa sebegitu groginya hanya karena akan bertemu dengan Hartono yang notabenenya adalah Papa Retno. Jelas ini bukan pertemuan pertama mereka tapi tetap saja situasi ini berhasil membuat telapak tangan Rio berkeringat dingin.Merasa sudah yakin dengan penampilan sederhananya namun masih sopan menurutnya, Rio segera keluar dari dalam kamar kostnya. Setiap langkah kakinya, dalam hati ia terus menerus berdoa, supaya semua berjalan baik. Karena Rio tidak bisa membohongi di salah satu sudut relung terdalam hatinya jika ia memiliki sebuah ketakutan yang tidak beralasan.Saat ia sampai di halaman kostnya, Rio bisa melihat mobil Alphard hitam telah menunggunya. Beberapa saat kemudian pintu penumpang belakang mobil Alphard itu terbuka dan Hartono menyuruh Rio untuk segera masuk ke dalam.Saat memasuki mobil ini dan duduk di samping Hartono, jantun
Karena sudah mendekati waktu libur lebaran, tentu saja Retno cukup kesulitan untuk mendapatkan tiket penerbangan ke Bali. Ia baru mendapatkan tiket penerbangan menuju ke Bali di H-10 Idul Fitri. Karena membutuhkan beberapa hari itu, akhirnya ia memilih datang ke rumah orangtuanya untuk meminta ijin kepada mereka, jika ia akan menghabiskan waktu libur hari raya idul Fitri tahun ini bersama Wulan di Bali.Sama seperti apa yang ia duga sebelum datang ke sini, reaksi Yuni seakan tidak suka saat mendengar rencananya, meskipun Yuni dan Hartono mengijinkan dirinya untuk ke Bali.Sore ini Retno memilih menghabiskan waktunya di teras belakang rumah orangtuanya bersama sang Papa. Ia tidak banyak berbicara dan justru sibuk mengamati berbagai macam ikan hias yang ada di kolam milik sang Papa."Bagaimana kabar Rio, Ret?"Pertanyaan yang meluncur dari bibir Hartono membuat Retno menolehkan kepalanya. Ia tersenyum kecil karena ada rasa bahagia yang muncul di dalam dirinya. Ia tidak menyangka jika Pa