Share

PART 6

last update Last Updated: 2022-09-22 19:15:28

Hari pertama dengan berbagai macam kegiatan yang Retno miliki membuat Rio cukup kaget juga. Ternyata benar kata Ayahnya jika tidak ada orang kaya yang duduk santai dan berleha-leha. Karena kini sampai pukul satu siang, ia telah selesai mengantarkan Retno ke butik, salon dan terkahir mereka akan menuju kesalah satu restoran bertema Castil di Jogja. Saat Rio membukakan pintu mobil untuk Retno dan Retno mengatakan terimakasih, berlalulah Retno dari hadapan Rio. Kini sebagai supir yang baik, ia akan menunggu Retno diparkiran. 

Didalam restoran, Retno sedang berhadapan dengan Handi, sang mantan suami. Ia harus bertemu dengan Handi karena mereka berdua memiliki bisnis yang sudah sepakat untuk tetap dikelola bersama. 

“Mas, Aku nggak bisa lama-lama. Intinya kamu mau bilang apa?”

“Bagaimana untuk rencana ekspansi bisnis kita kedaerah Gunung Kidul? Apakah jadi kita membuat resort dan restoran?”

“Kalo dananya cukup, silahkan. Aku nggak mau kalo kita harus berhutang pada bank. Ingat kejadian yang kemarin ribet juga, apalagi kita sudah bercerai.”

Handi hanya menganggukkan kepalanya. Ia mengingat ketika mereka bercerai dulu dan angsuran dibank untuk modal pembangunan restoran mereka belum lunas. Mau tidak mau Retno dan Handi harus tetap berhubungan karena mereka tidak mau menjual usaha mereka kepada pihak lain. 

Okay. Biarkan aku ambil dari tabunganku.”

Retno hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Ia menatap mantan suaminya yang sudah layak disebut sebagai sugar Daddy. Harta berlimpah, wajah cukup tampan diusia 40 tahunan, sayangnya sampai sekarang ia belum menikah juga. 

“Ret, bagaimana kabarmu?”

“Aku baik-baik saja. Kamu bagaimana, Mas?”

“Nggak jauh berbeda. Aku masih ditagih menantu dan cucu sama ibu.”

Retno hanya menggelengkan kepalanya. 

“Mas, apa kamu masih menyembunyikan fakta jika kamu memiliki varicocele*? walau sudah dioperasi."

*varicocele adalah varises yang terjadi di alat kelamin pria. 

Handi hanya menganggukkan kepalanya yang membuat Retno menghela nafas sambil geleng-geleng kepala. 

“Lebih baik kamu jujur biar calon istrimu kelak, agar ia tidak disalahkan karena tidak kunjung hamil.”

“Andai kamu dulu mau berusaha lebih lagi, Ret. Mungkin kita bisa mempertahankan pernikahan.”

Retno hanya tersenyum getir dihadapan Handi. 

“Mas, kamu sudah pernah bilang sama aku kalo kamu nggak bisa terima aku yang sudah pernah jajan sana sini, Sedangkan kamu dulu gimana? Waktu dokter vonis kamu memiliki varicocele yang ada kamu jadi insecure, nggak mau jamah aku. Padahal kamu tau aku ini nggak bisa kalo harus berhenti berhubungan badan apalagi lebih dari seminggu.”

“Menikah nggak cuma soal sex saja.”

“Ya, itu ada benarnya, Mas. Tapi buat aku menikah dan cinta saja tidak cukup tanpa hadirnya sex yang membara dalam pernikahan. Pernahkan kamu berfikir, gimana tersiksanya aku dulu? Hampir dua tahun kamu nggak jamah aku, aku harus memakai jasa gigolo lebih sakitnya lagi selama itu juga ibu mertuaku selalu menagih cucu. Uang memang kita nggak kekurangan, Mas, tapi kamu nggak mau bayi tabung. Bukankah itu hal yang egois?”

“Maafkan aku, Retno.”

Retno melipat tangannya di depan dada dan memandang Handi dalam-dalam. Ia melihat sosok laki-laki yang berbakti kepada orang tuanya namun sayangnya ia tidak bisa mengambil sikap. Sesuatu yang bagi Retno sangat membuatnya tersiksa dulu karena Handi tidak pernah membelanya di depan orangtuanya ataupun keluarga besarnya saat Retno menjadi bulan bulanan mereka tentang penerus nama keluarga. 

“Aku sudah memaafkan kamu, Mas. Kalo aku belum memaafkan kamu, aku nggak akan bisa bertemu dengan kamu berdua seperti ini.”

“Terimakasih, aku sadar kesalahanku dulu ketika menjadi suamimu dan kalo kita bisa bersama lagi kenapa tidak kita coba?"

“Bagai membaca novel yang sudah tau ujungnya akan seperti apa, Kenapa juga harus diulang kembali? Lagipula aku sudah cukup nyaman dengan status janda yang aku sandang sekarang, Mas. Aku permisi, Mas. Pekerjaanku masih banyak.”

Setelah mengatakan itu semua Retno bangkit berdiri dari kursi yang ia duduki dan segera berjalan keluar dari restoran. Ia menahan air matanya ketika berhadapan dengan Handi, namun kini saat ia mulai berjalan keluar dari restoran dan menuruni tangga di depan Restoran, air matanya menetes di pipi. Bagaimanapun juga pernah dianggap mandul, tidak subur dan wanita tidak sempurna, namun pada kenyataannya justru bukan ia yang memiliki masalah, tetapi Handi. Saat sudah mengetahui semuanya bukannya Handi jujur kepada keluarganya. Ia memilih diam dan membiarkan Retno tetap dipandang sebagai wanita yang tidak sempurna dimata keluarganya.

Rio yang melihat Retno berjalan ke arah mobilnya diparkir langsung biru buru membukakan pintu untuk Retno. Wajah Retno ketika memasuki kursi penumpang belakang terlihat sendu. Berbeda dengan Retno yang ia lihat sejak pertama kali bertemu bahkan tadi sebelum memasuki restoran. Rio bertanya tanya dalam hati apa yang terjadi pada sang majikan ketika ia berada di dalam restoran? Ingin bertanya namun ia sadar diri. Ia hanya supir, tugasnya hanya mengantsrkan Retno ketempat yang ia ingin tuju, bukan untuk sok akrab dan sok perhatian kenapa juga Retno menangis. 

“Rio, antar saya ketempat dimana saya bisa melepas beban.”

“Maaf, Tante, tempatnya dimana?”

“Terserah kamu.”

Buset…

Rio tidak tahu harus mengajak Retno kemana. Tidak mungkin juga ia mengajak Retno yang berpenampilan anggun, feminim dan wanita sekali ini ke gunung dengan menggunakan high heels. Segera saja Rio melajukan mobil menuju ke arah bukit paralayang. Tempat yang menurutnya cukup tenang dan memiliki pemandangan bagus jika sore menjelang. 

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tante Retno, I Love You    PART 108

    "Sebenarnya beberapa waktu lalu Kaelie menawari aku untuk menjadi pacar dia selama empat bulan."Mata Retno langsung membelalak ketika mendengar penuturan Rio ini. Perempuan gila mana yang melakukan hal gila semacam ini? Baiklah, ia bisa mengerti jika yang Kaelie tawari adalah gigolo atau laki-laki yang benar-benar mau memainkan cerita setingan dengan dirinya di depan media, tapi ini Rio, laki-laki biasa yang tidak tahu dunia aneh-aneh semacam itu.Retno mencoba menutup bibirnya rapat- walau ia ingin protes. Toh, ia sudah berjanji kepada Rio untuk mendengarkan semuanya hingga selesai tanpa memotongnya."Imbalannya jika aku mau menerima semua tawaran itu adalah uang lima ratus juta."Satu detik ...

  • Tante Retno, I Love You    PART 107

    Retno duduk di atas ranjang tempat tidurnya sambil memikirkan perdebatannya dengan Mikha yang baru saja terjadi pagi ini. Rasanya ingin dirinya tidak percaya dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi, sayangnya tidak bisa. Saat ini yang ada mau tidak mau hanya pernyataan Mikha yang masih masuk di akal logikanya."Mikha, coba kamu ceritakan apa yang sebenarnya Tante tidak ketahui sampai saat ini?""Masa Tante Retno enggak tahu tentang semua ini?""Maka dari itu, Tante tanya sama kamu. Cuma kamu yang Tante harapkan untuk bisa jujur tentang semuanya tanpa ada yang ditutupi lagi.""Okay, aku akan kasih tahu semuanya."Kini Retno memilih diam dan menunggu k

  • Tante Retno, I Love You    PART 106

    Ceklek.....Retno kembali menoleh ke arah pintu kamarnya. Ia cukup terkejut melihat Mikha yang masuk ke ruangan ini bersama sahabatnya. Cepat-cepat Retno mengakhiri sambungan video call-nya bersama Wulan."Pagi, Tante Retno," sapa Maureen ramah sambil berjalan mendekati Retno."Pagi, Reen. Kapan kalian sampai di Jogja?""Baru aja. Gimana keadaan Tante?""Alhamdulillah, sudah lebih baik."Walau ia menjawab pertanyaan Maureen, namun mata Retno sudah fokus mengikuti ke mana Mikha memilih duduk tanpa harus menyapanya. Akhirnya Retno mencoba bertanya kepada Maureen dengan gerakan bibir tanpa adan

  • Tante Retno, I Love You    PART 105

    "Sumpah, Mik... lo ngeselin banget jadi orang. Masih jam empat pagi dan lo minta kita balik ke Jogja. Siangan dikit kenapa? Kupon breakfast kita mubazir.""Kasian Tante Retno di rumah sakit sendirian, Reen.""Alhamdulillah, akhirnya sifat keras dan sulit lo ini berkurang juga. Gimanapun juga Tante Retno itu sudah seperti Mama buat lo daripada emak kandung lo sendiri.""Iya, Lo benar juga. Tante Retno sudah seperti pengganti Mama gue sejak gue bayi. Sekarang gue malah enggak tega andai Tante Retno tahu kenyataan yang sebenarnya.""Perihal apa?""Tuntutannya Eyang ke Mas Rio. Karena Tante Retno pacarannya udah kelewat batas, Eyang maunya Mas Rio segera m

  • Tante Retno, I Love You    PART 104

    Malam ini Rio terbangun ketika ia mendengar suara deringan handphone miliknya. Ketika ia akan mengambil handphone untuk melihat siapa yang menelepon dirinya, tetapi yang ada justru telepon itu sudah ditutup begitu saja. Kini Rio mengucek kedua matanya dan ia menguap. Ternyata yang baru saja meneleponnya adalah Kaelie.Rio melirik ke arah jam dinding yang ada di dekat sudut kamar kostnya. Matanya membelalak lebar ketika melihat ini sudah pukul dua belas malam. Cepat-cepat Rio bangun dan menuju ke kamar mandi. Ia basuh wajahnya agar tidak mengantuk. Setelah itu ia pipis terlebih dahulu daripada nanti ia harus mencari SPBU nanti. Belum tentu juga ia akan menemukan SPBU yang buka 24 jam jika tidak melewati tol.Selesai melakukan apa yang ingin dia lakukan, Rio segera keluar dari dalam kamar mandi. Ia buka handphone miliknya dan i

  • Tante Retno, I Love You    PART 103

    Siang ini Rio duduk di hadapan Kaelie. Ada rasa sedikit gugup dan bingung bagaimana ia harus alih profesi menjadi "mucikari" dadakan saat ini. Ia tidak pernah mengiklankan barang selain jasa fotonya, tapi kini ia harus mengiklankan sosok Nico kepada Kaelie. Berkali-kali di dalam hatinya, Rio mengatakan kata maaf di kepada Nico. Semua ini terpaksa ia lakukan demi masa depan hubungannya dengan Retno.Kaelie yang melihat Rio diam saja sejak tadi hanya bisa tersenyum. Ia tahu kenapa Rio seperti ini. Tapi toh ia mencoba memilih untuk menunggu, 'kan Rio yang mengajaknya untuk bertemu, bukan dirinya. Jadi ia sebaiknya mendengarkan apa yang akan Rio sampaikan kepadanya."Kae?" Panggil Rio setelah sebentar lagi akan terjadi lebaran gajah saking sudah lamanya mereka sama-sama diam. Mendengar panggilan ini, akhirnya Kaelie menghela napa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status