Share

PART 7

Penulis: Kristiana0909
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-22 19:15:35

Retno memandang bukit Paralayang yang sore ini terlihat indah dengan matahari berwarna oranye yang sudah mulai kembali ke peraduannya. Disekitarnya ia melihat para muda mudi sedang duduk bersama pasangannya. 

“Tante, kita disini aja ya?” Kata Rio yang membuat Retno menoleh kepadanya. 

“Iya.” 

Retno melihat Rio mulai duduk disampingnya dan ia masih berdiri karena tidak ada kursi disekitarnya. Apalagi ia menggunakan dress yang sepertinya akan kurang nyaman jika digunakan untuk duduk lesehan. 

“Tante, duduk dong," kata Rio sambil menepuk pelan konblok disampingnya. 

Retno hanya nyengir, seolah sadar dengan apa yang ditakutkan Retno yaitu kotor pada dressnya, segera Rio melepas sepatu new balance board yang ia kenakan. Kemudian mendekatkan dua sepatu itu. 

“Tante Retno, sini duduk pakai alas sepatu aku.”

Mencoba menghargai apa yang Rio lakukan untuknya, Retno mencoba duduk diatas sepatu itu walau tidak terlalu nyaman. Mereka duduk berdampingan dan saling diam, tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Retno menutup matanya ketika merasakan semilir angin membelai wajah serta rambutnya. Kini pikirannya melayang kepada keadaannya kali ini. Apakah wajar seorang majikan pergi berdua dengan supirnya untuk melihat salah satu keindahan alam disore hari. Bahkan Retno tidak pernah meminta kepada supirnya yang dahulu untuk mengantarnya menyepi dan merenungi nasib. 

Dirinya pernah mencoba untuk menarik perhatian Wisnuaji yang notabennya adalah duda, namun seorang Wisnuaji Widiatmaja tidak pernah meliriknya barang beberapa detik saja. Kini Retno mengetahui alasannya, karena ternyata wanita yang Wisnuaji cari untuk mendampinginya adalah wanita yang bisa menyanyangi dan mencintai anak, menantu, ibu bahkan cucunya sepenuh hati. Belum tentu ia bisa menjadi Nayla Samira Huri jika ingin menjadi pendamping Wisnuaji. 

Rio memandang Retno yang sedang menutup matanya dan air matanya menetes membasahi pipinya. Ingin ia menghapus air mata Retno, namun ia tidak mau disebut lancang. 

“Ya Tuhan, sempurna sekali ciptaanmu,” gumam Rio dalam hati. 

Rio masih memandangi Retno dalam diam hingga akhirnya Retno membuka matanya dan melihat bahwa Rio sedang memandang dirinya sambil menempatkan kedua tangannya pada lutut dan menyandarkan kepalanya diatasnya. Baru Retno sadari jika Rio cukup tampan dan wajahnya memiliki kharisma yang akan membuat wanita bertekuk lutut kepadanya. 

“Kamu kenapa lihatin Tante begitu?” Tanya Retno yang membuat Rio tersentak dan kaget. Ia akhirnya menarik kepalanya untuk tegak dan merubah posisi duduknya menjadi bersila. 

“Tante cantik, tapi kenapa Tante seperti punya banyak beban pikiran?”

Retno hanya tersenyum dan mengalihkan tatapannya ke arah sunset indah sore ini. 

“Sebagai seorang Janda berusia 39 tahun yang hidup tanpa anak dan memiliki kecenderungan hiperseks seperti Tante ini, hidup sendiri bukanlah hal yang menyenangkan, Rio. Terlebih tuntutan keluarga untuk segera menikah kembali masih sering Tante dapatkan.”

Rio mengangkat kedua alisnya karena kaget dengan jawaban Retno. Hiperseks? Hanya itu yang masuk ke kepala Rio saat ini, kata-kata Retno yang lain hanya masuk telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Pikiran Rio sedang berkelana tentang bagaimana Retno bisa memvonis dirinya sendiri sebagai seorang hiperseks? 

“Sampai Tante kadang harus jajan hanya untuk mendapatkan klimaks karena main dengan berbagai macam alat bantu sex itu berbeda sensasinya dengan main sama yang asli."

Jajan? Jajan yang dimaksud Retno tentu saja Rio tau. Kini Rio hanya bisa menganga mendengar perkataan Retno. Tidak takutkan Retno dengan penyakit kelamin atau mungkin HIV AIDS karena berganti ganti pasangan. 

“Tante nggak takut sama resikonya?” Akhirnya pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Rio tanpa ia sadari sebelumnya. 

Retno hanya tertawa kecil di sebelah Rio. 

“Biasanya Tante selektif milihnya. Nggak asal Ri. Ada kenalan yang biasanya ngasih berondong-berondong berkualitas gitu, memang sih harganya lebih mahal. Kadang juga Tante diajakin swing couple, gangbang atau threesome,” kata Retno dan setelahnya ia tertawa getir. Persetan jika Rio akan ilfeel atau mungkin jijik kepadanya. Namun inilah dirinya. 

Threesome? Swing couple?" Bikini Rio telah membeo mengulang perkataan Retno.

Yes. Sensasinya berbeda.”

Kepala Rio mendadak pusing mendengar pengakuan Retno. Ia tidak pernah menyangka kehidupan Retno segila ini. Baginya kost Las Vegas saja sudah gila, apalagi kehidupan Retno ini, ia kira kehidupan seperti ini hanya ada dalam drama atau novel saja, siapa sangka ada di dunia nyata. 

“Tante nggak ada keinginan merubah semuanya? Ngeri nggak sih, Tan?”

“Ngeri, tapi gimana lagi? Tante kan nggak punya pasangan sedangkan kebutuhan batin nggak bisa puasa lama juga.”

Tiba-tiba muncullah sebuah ide dikepala Rio.

“Tan, Tante pingin nyoba kegiatan yang bisa bikin Tante nggak fokus sama kaya gitu lagi nggak?”

“Ya pingin sih, dulu pernah ke psikolog juga biar nggak jadi ketergantungan terus sama sex tapi Tante aja yang lama-lama males.”

“Pernah hiking?”

Hiking?”

“Iya Tante. Sifat asli seseorang atau egonya akan terlihat ketika ia mendaki gunungm yang egois, yang nggak sabaran atau rasa kesetiakawanan, serta kemanusiaan juga kelihatan.”

“Duh, apa Tante masih bisa sampai puncak?”

Kini Rio tertawa di sebelah Retno. Retno melihat bagaimana menawannya wajah Rio ketika ia tertawa. 

“Tujuan orang mendaki itu kembali pulang kerumah, Tante. Bukan puncak. Puncak cuma bonus dan nggak akan pergi kemana-mana.”

“Tante belum pernah sih, kamu sering naik gunung?”

“Hmm, lumayan juga sih, Tante. Apalagi kalo ada yang minta temani dan gratisan. Makin semangat naik.”

“Gunung apa yang pernah kamu naiki?"

“Hampir semua gunung di pulau Jawa sudah semua. Sumatra juga sudah, karena orang tua aku transmigrasi kesana dulu.”

Retno dan Rio terus mengobrol hingga matahari terbenam dengan sempurna. Saat cahaya sudah mulai meredup Rio mengajak Retno turun kebawah dengan menuntunnya pelan-pelan. Entah kenapa ada perasaan haru dan bahagia yang Retno rasakan di dalam hatinya. Ia tidak pernah diperlakukan semanis ini selain saat berada di atas ranjang oleh seorang pria. Satu-satunya yang pernah manis kepadanya adalah Handi dulu sebelum mereka menikah, namun setelah menikah lebih dari dua tahun, semuanya telah berubah. Pernikahan mereka hanya sebatas diatas kertas saja. 

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tante Retno, I Love You    PART 108

    "Sebenarnya beberapa waktu lalu Kaelie menawari aku untuk menjadi pacar dia selama empat bulan."Mata Retno langsung membelalak ketika mendengar penuturan Rio ini. Perempuan gila mana yang melakukan hal gila semacam ini? Baiklah, ia bisa mengerti jika yang Kaelie tawari adalah gigolo atau laki-laki yang benar-benar mau memainkan cerita setingan dengan dirinya di depan media, tapi ini Rio, laki-laki biasa yang tidak tahu dunia aneh-aneh semacam itu.Retno mencoba menutup bibirnya rapat- walau ia ingin protes. Toh, ia sudah berjanji kepada Rio untuk mendengarkan semuanya hingga selesai tanpa memotongnya."Imbalannya jika aku mau menerima semua tawaran itu adalah uang lima ratus juta."Satu detik ...

  • Tante Retno, I Love You    PART 107

    Retno duduk di atas ranjang tempat tidurnya sambil memikirkan perdebatannya dengan Mikha yang baru saja terjadi pagi ini. Rasanya ingin dirinya tidak percaya dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi, sayangnya tidak bisa. Saat ini yang ada mau tidak mau hanya pernyataan Mikha yang masih masuk di akal logikanya."Mikha, coba kamu ceritakan apa yang sebenarnya Tante tidak ketahui sampai saat ini?""Masa Tante Retno enggak tahu tentang semua ini?""Maka dari itu, Tante tanya sama kamu. Cuma kamu yang Tante harapkan untuk bisa jujur tentang semuanya tanpa ada yang ditutupi lagi.""Okay, aku akan kasih tahu semuanya."Kini Retno memilih diam dan menunggu k

  • Tante Retno, I Love You    PART 106

    Ceklek.....Retno kembali menoleh ke arah pintu kamarnya. Ia cukup terkejut melihat Mikha yang masuk ke ruangan ini bersama sahabatnya. Cepat-cepat Retno mengakhiri sambungan video call-nya bersama Wulan."Pagi, Tante Retno," sapa Maureen ramah sambil berjalan mendekati Retno."Pagi, Reen. Kapan kalian sampai di Jogja?""Baru aja. Gimana keadaan Tante?""Alhamdulillah, sudah lebih baik."Walau ia menjawab pertanyaan Maureen, namun mata Retno sudah fokus mengikuti ke mana Mikha memilih duduk tanpa harus menyapanya. Akhirnya Retno mencoba bertanya kepada Maureen dengan gerakan bibir tanpa adan

  • Tante Retno, I Love You    PART 105

    "Sumpah, Mik... lo ngeselin banget jadi orang. Masih jam empat pagi dan lo minta kita balik ke Jogja. Siangan dikit kenapa? Kupon breakfast kita mubazir.""Kasian Tante Retno di rumah sakit sendirian, Reen.""Alhamdulillah, akhirnya sifat keras dan sulit lo ini berkurang juga. Gimanapun juga Tante Retno itu sudah seperti Mama buat lo daripada emak kandung lo sendiri.""Iya, Lo benar juga. Tante Retno sudah seperti pengganti Mama gue sejak gue bayi. Sekarang gue malah enggak tega andai Tante Retno tahu kenyataan yang sebenarnya.""Perihal apa?""Tuntutannya Eyang ke Mas Rio. Karena Tante Retno pacarannya udah kelewat batas, Eyang maunya Mas Rio segera m

  • Tante Retno, I Love You    PART 104

    Malam ini Rio terbangun ketika ia mendengar suara deringan handphone miliknya. Ketika ia akan mengambil handphone untuk melihat siapa yang menelepon dirinya, tetapi yang ada justru telepon itu sudah ditutup begitu saja. Kini Rio mengucek kedua matanya dan ia menguap. Ternyata yang baru saja meneleponnya adalah Kaelie.Rio melirik ke arah jam dinding yang ada di dekat sudut kamar kostnya. Matanya membelalak lebar ketika melihat ini sudah pukul dua belas malam. Cepat-cepat Rio bangun dan menuju ke kamar mandi. Ia basuh wajahnya agar tidak mengantuk. Setelah itu ia pipis terlebih dahulu daripada nanti ia harus mencari SPBU nanti. Belum tentu juga ia akan menemukan SPBU yang buka 24 jam jika tidak melewati tol.Selesai melakukan apa yang ingin dia lakukan, Rio segera keluar dari dalam kamar mandi. Ia buka handphone miliknya dan i

  • Tante Retno, I Love You    PART 103

    Siang ini Rio duduk di hadapan Kaelie. Ada rasa sedikit gugup dan bingung bagaimana ia harus alih profesi menjadi "mucikari" dadakan saat ini. Ia tidak pernah mengiklankan barang selain jasa fotonya, tapi kini ia harus mengiklankan sosok Nico kepada Kaelie. Berkali-kali di dalam hatinya, Rio mengatakan kata maaf di kepada Nico. Semua ini terpaksa ia lakukan demi masa depan hubungannya dengan Retno.Kaelie yang melihat Rio diam saja sejak tadi hanya bisa tersenyum. Ia tahu kenapa Rio seperti ini. Tapi toh ia mencoba memilih untuk menunggu, 'kan Rio yang mengajaknya untuk bertemu, bukan dirinya. Jadi ia sebaiknya mendengarkan apa yang akan Rio sampaikan kepadanya."Kae?" Panggil Rio setelah sebentar lagi akan terjadi lebaran gajah saking sudah lamanya mereka sama-sama diam. Mendengar panggilan ini, akhirnya Kaelie menghela napa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status