Share

Bab 42 Season 1

Penulis: Yuri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-25 18:06:52
"Kau sudah merasa lebih baik, Verlyn?!" tanya Villian setelah Kayn dan Verlyn sampai di meja makan.

Verlyn mengangguk semangat. "Aku sudah merasa lebih baik, Ibu! Berkat Kayn yang menjagaku sepanjang malam," jawabnya sembari tersenyum.

Kayn langsung duduk di kursinya dan mulai menyantap sarapannya.

"Terima kasih ya, Kayn," lanjut Verlyn lembut sembari duduk.

Kayn mengangguk pelan. "Lain kali, bilang padaku kalau kau mulai merasa tidak nyaman. Jangan diam saja seperti kemarin," balasnya sambil menoleh ke arah Verlyn.

"Baiklah, kalau itu perintah dari Kayn!" sahut Verlyn senang.

‘Walau hanya akting, aku berharap bisa selamanya melihat sikap Kayn yang seperti ini padaku…’ batin Verlyn sambil tersenyum.

Villian tersenyum kecil menatap keduanya, lalu menyenggol lengan Khalix di sebelahnya. Khalix menoleh saat Villian menatap tajam ke arahnya.

"Cepat lakukan sesuai rencana," ujar Villian pelan.

Khalix mengangguk cepat dan berdeham. "Kayn, kau sudah bekerja keras menjaga Verlyn semal
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 160 Season 2

    Setelah menembus pekatnya hutan, mereka akhirnya tiba di sebuah area lapang yang dikelilingi pohon-pohon besar nan rindang. Malam menurunkan sunyinya. Cahaya bulan menyusup malu-malu lewat celah daun, menemani suara jangkrik dan desir angin sebagai latar. Dua tenda besar berdiri di bawah naungan pohon, dibangun dengan cekatan oleh Wallace sebelum ia sendiri merebahkan tubuh di kereta kuda. Cherryn sudah lebih dulu tertidur dalam tenda. Sementara itu, Verlyn memilih tetap di luar, duduk bersandar pada batang pohon, membiarkan tubuhnya menyesap udara malam. Ia menutup mata, menarik napas panjang. Dingin kayu di punggungnya terasa menenangkan, sampai ia merasakan sesuatu, seperti kehadiran. Saat membuka mata dan menoleh, Kayn sudah duduk di sampingnya, diam-diam. "Kau belum tidur, Kayn?" Kayn menggeleng, menatap balik. "Kau juga belum." Verlyn tersenyum kecil. Ia kembali menatap langit—malam itu bersih, bintang bertaburan di atas kepala. "Aku tidak bisa tidur karena terus me

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 159 Season 2

    Langit sore mulai bergradasi, biru lembut yang disusupi warna jingga. Angin menerpa pelan wajah Ace yang berdiri di balkon, tatapannya kosong menembus langit yang perlahan meredup. Ia menarik napas panjang, terasa berat. "Sudah seharian..." gumamnya pelan, jari-jarinya mencengkeram erat besi balkon. "Ayah bahkan belum menyentuh makanannya, apalagi melangkah keluar dari ruang kerjanya." Langkah pelan terdengar di belakangnya. "Ace..." panggil Selvania. Ace berbalik. Selvania berdiri dengan tubuh sedikit membungkuk, kedua tangannya saling menggenggam di depan dada, gelisah. Rambut kuning keemasannya tergerai acak karena angin, wajahnya mencemaskan banyak hal yang tak bisa diucapkan sekaligus. "Ayah belum keluar dari ruang kerjanya, sejak pagi. Dan sekarang sudah hampir menjelang malam," katanya pelan, seperti sedang mengukur keberanian dalam setiap kata. "Sarapan pun tidak disentuh. Apalagi setelah mendengar kabar Verlyn." Kepalanya menunduk, suara terakhir itu nyaris tak ter

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 158 Season 2

    Jersey City, Kediaman Kaze. "Ace, apa kita benar-benar tidak bisa melakukan apa pun lagi untuk menghentikan Ibu?" Suara Selvania terdengar pelan, seperti gumaman yang takut terdengar oleh dinding. Ace tak langsung menjawab. Ia tetap duduk di sofa, tatapannya kosong pada layar ponsel yang tak benar-benar ia baca. Helaan napas panjang akhirnya lolos dari bibirnya, diikuti gelengan kepala yang pelan namun berat. "Aku juga berharap begitu, Nia. Kukira Ibu akan tetap tinggal di sini selama Verlyn di vila. Tapi, dia sendiri yang memilih pergi, bahkan tanpa..." Kalimatnya terputus oleh cengkeraman tiba-tiba di kepalanya. Wajahnya menegang. Selvania buru-buru beringsut mendekat, meraih cangkir teh yang masih mengepulkan uap dari meja dan menyodorkannya pada Ace. "Minum dulu," ucapnya lembut. Ace menerimanya tanpa protes, meneguk sedikit, lalu memejamkan mata. Tangannya tetap gemetar. "Kau harus istirahat, Ace. Kalau terus begini, kita bahkan tak bisa berdiri membantu Ayah besok,"

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 157 Season 2

    Hari Keberangkatan menuju Kota. "Sudah siap, Verlyn? Kayn?" suara lembut Cherryn memecah kesunyian pagi itu. Verlyn dan Kayn saling melirik sebentar sebelum mengangguk mantap. Keduanya mengenakan tas gunung besar di punggung, dan masing-masing membawa kantong plastik sedang yang berisi bekal perjalanan mereka menuju kota. Hari itu terasa berbeda, udara sejuk Fandaria menyisakan kesan damai sekaligus berat di dada mereka. Mereka melangkah keluar satu per satu, menuruni anak tangga rumah Cherryn dengan perlahan. Begitu kaki mereka menyentuh tanah, pandangan mereka disambut kerumunan warga desa yang telah berkumpul sejak pagi. Beberapa ibu menenteng keranjang anyaman berisi buah-buahan, sementara anak-anak berdiri berbaris rapi di sisi jalan kecil yang menuju ke gerbang desa. Wajah-wajah itu dipenuhi harapan dan doa. Seorang anak kecil menarik jaket Verlyn pelan dari sisi kanan. Gerakan kecil itu membuat Verlyn menunduk. Ia tersenyum begitu mendapati sosok Kila berdiri di san

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 156 Season 2

    "Jadi, kau merasa kalung liontinmu itu menghilang setelah terjatuh ke sungai?" tanya Cherryn lembut, setelah mendengarkan cerita Verlyn tanpa memotong sepatah kata pun. Verlyn mengangguk pelan, tatapannya menunduk dalam rasa bersalah yang begitu dalam. "Aku berpikir begitu, Nek. Karena aku dan yang lain sudah mencari ke mana-mana tapi tetap tidak menemukannya di rerumputan tepi sungai." Ia menunduk makin dalam, jari-jarinya sibuk memainkan ujung lengan bajunya. Suaranya lirih, nyaris tenggelam dalam kepedihan yang ia tahan. "Aku minta maaf. Karena keteledoranku sendiri, kalung liontin itu yang sangat berharga malah menghilang begitu saja." Cherryn hanya tersenyum tipis, menyeruput teh hangatnya dengan tenang, lalu menghela napas panjang seolah menimbang sesuatu dalam pikirannya. "Dugaanmu tidak sepenuhnya salah, Verlyn," ujarnya. "Tapi kalung liontin itu tidak benar-benar menghilang. Dan ia juga tidak tenggelam ke dasar sungai." Perkataan itu membuat Verlyn dan Kayn sontak m

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 155 Season 2

    "Nenek belum tidur, kan?!" seru Verlyn dengan napas terengah saat ia akhirnya tiba di depan rumah Cherryn. Keringat menetes dari pelipisnya, dan rambutnya berantakan akibat angin malam yang sempat menerpa sepanjang perjalanan. "Aku nggak tahu pasti," jawab Kayn sambil melirik sekilas ke arah ikan berwarna perak berkilau di genggaman tangan Verlyn yang tampak sangat hidup meski tanpa air. "Biasanya Nenek sudah masuk kamar kalau kita pulang larut seperti ini." Kayn menatap wajah Verlyn yang penuh harap. Ia tahu seberapa besar harapan Verlyn untuk menyelamatkan anak itu. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata pelan namun tegas, "Sebaiknya kita masuk dan beri tahu Nenek sekarang juga, sebelum terlambat." Verlyn mengangguk cepat dan segera menaiki anak tangga kayu menuju pintu rumah, diikuti oleh Kayn yang terus memerhatikan keadaan sekitar dengan waspada. Begitu mereka membuka pintu, suara engsel yang berdecit pelan terdengar, lalu muncul sosok Cherryn dari balik lorong, bar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status