Home / Romansa / Tawanan Mafia Blackwood / Bab 33 - Kau Milikku Sampai Mati

Share

Bab 33 - Kau Milikku Sampai Mati

last update Last Updated: 2025-07-31 08:00:54

Damian menatapnya dalam, senyum tipis terbit di bibirnya. “Kita akan bicara.” Jemarinya turun ke rahang Aurora, membelainya dengan lembut tapi mendominasi. “Setelah aku pastikan kau aman… dan aku mengingatkanmu satu hal kau milikku.”

Damian mendorong Aurora ke ranjang dengan gerakan cepat, tubuhnya melayang dan jatuh di atas sprei putih. Napas Aurora memburu, dadanya naik-turun liar, sementara Damian berdiri di tepi ranjang, menatapnya seperti predator yang baru saja mengurung mangsa di sudut.

“Aku udah bilang…” suaranya rendah, nyaris geraman. Jemarinya menarik dasi dari leher, menariknya dengan kasar sampai terlepas. “Kalau aku kehilangan kendali… kau satu-satunya yang harus nerima semuanya.”

Aurora menggigit bibir, tubuhnya panas karena tatapan itu. Damian naik ke ranjang, lututnya menekan kasur di antara kaki Aurora. Bathrobe tipis sudah jatuh entah ke mana, menyisakan kulit pucat yang membuat darahnya mendidih.

Damian mencengkeram kedua perge
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 38 – Di Meja Kayu, tempat bercinta

    Mentari baru muncul setengah ketika Damian dan Aurora turun ke dapur cuma pakai kemeja putih tipis dan celana pendek. Tapi bukan sarapan yang mereka cari. Aurora duduk di meja kayu, kakinya bersilang… bibir masih merah bekas gigitan semalam. Damian mendekat dari belakang, tangannya langsung menyusup ke dalam baju. “Kau menggoda aku, sayang?” bisiknya di leher Aurora. Aurora hanya tersenyum nakal. “Aku haus… tapi bukan air putih.” DAMN. Damian langsung angkat tubuhnya, taruh ke atas meja makan ngebuka kancing baju Aurora satu per satu dengan gigi. “Astaga Damian!” Tapi Aurora gak menolak. Malah mengangkat kedua paha di ujung meja, tangannya menarik rambut pria itu makin dekat ke dadanya. Damian mulai dari leher. Ciuman panas. Lalu turun ke tulang selangka. Gigit sedikit. Napasnya makin berat. Tangannya menjelajah tiap inci tubuh Aurora. Tapi

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 37 - Luka yang terobati oleh cinta

    Kamar itu remang. Hujan belum berhenti di luar.Aurora duduk di pinggir ranjang Damian. Damian menatap keluar jendela, tak bicara sepatah kata pun sejak video itu.Tangannya mengepal. Napasnya berat.Aurora berdiri, mendekat pelan, lalu duduk di belakangnya.Ia menyentuh bahu pria itu. “Damian….”“Kalau dia bukan ayahku,” gumam Damian lirih, “siapa aku?”Aurora memeluknya dari belakang, menyandarkan dagunya di pundak telanjang Damian. “Kau adalah laki-laki yang kupilih. Bukan karena nama. Tapi karena hatimu.”Damian menoleh. Wajahnya pucat, tapi mata itu terbakar campuran luka dan gairah.“Jangan bilang kau memilihku kalau akhirnya akan pergi.”Aurora menggenggam wajahnya, dan mencium bibir pria itu dalam, pelan, lalu makin kuat. Ciuman itu mengandung luka. Ciuman itu minta dimengerti.Damian membalas. Tangannya meremas pinggang Aurora. Tubuh wanita itu ditarik ke atas pangkuannya.“Peluk a

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 36 - Hah.. Ibu Damian?

    Langit pagi mendung. Sisa-sisa pertempuran semalam masih terasa di udara bau darah, mesiu, dan pengkhianatan masih mengambang, seolah tak mau pergi.Damian berdiri di balkon lantai atas mansion Blackwood yang kini kembali dikuasainya. Setelah malam panjang yang penuh darah dan kehilangan, dia akhirnya memegang kendali penuh. Tapi perang belum selesai. Belum, selama Alex anak tiri dari pernikahan kedua sang ayah masih bernafas.Lima tahun lalu, Alex sudah menunjukkan ambisinya. Saat Damian masih mempercayainya sebagai saudara, pria itu justru menjebaknya dalam kobaran api berusaha membakar Damian hidup-hidup, demi menghilangkan satu-satunya penerus sah keluarga Blackwood. Damian selamat... tapi luka itu tetap ada, membekas di tubuh dan jiwanya.Valente, ayah Aurora, tahu sejak saat itu bahwa Alex bukan sekadar ancaman biasa. Ancaman itu begitu nyata, sampai ia rela mengorbankan Damian demi menyelamatkan putrinya. Saat semua orang mengira Dami

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 35 – Dermaga Berdarah

    Langit malam menutup markas dengan selimut kelam. Angin berembus dari ventilasi bawah tanah, membawa hawa dingin bercampur aroma mesiu dan besi. Dermaga sudah ditandai di peta. Target jelas. Waktu serang: 02.30. Damian berdiri di ruang persenjataan. Tangan kirinya memasukkan peluru ke magasin senjata laras panjang, sementara tangan kanannya menyusun pistol cadangan dan pisau ke dalam sabuk tempur. Wajahnya tenang, tapi sorot matanya seperti badai yang dipendam terlalu lama. Aurora masuk tanpa suara, mengenakan jaket kulit gelap, rambutnya dikepang rapi ke belakang. Bukan gaun mahal. Bukan lipstik atau heels. Hanya senjata yang menggantung di paha, dan mata yang menyala penuh tekad. “Armor ini berat juga, ya,” gumamnya pelan, menatap pelindung dada yang dikenakannya. Damian menoleh. Hanya satu detik. Tapi cukup untuk membuat napasnya tertahan. “Kau masih bisa mundur.” Aurora menggeleng, melangkah pelan mengham

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 34 - Nyonya Blackwood

    Bab 34 - Nyonya BlackwoodSuara letusan pistol menggema di ruang tembak bawah tanah, bercampur dengan aroma mesiu yang menusuk. Aurora berdiri tegak di balik garis kuning, rambutnya dikuncir tinggi, tubuhnya dibalut kaos hitam ketat yang menonjolkan lekuk tubuhnya. Jemarinya melingkari gagang pistol, kokoh berbeda jauh dari imej wanita rapuh , anggun yang selama ini ditampilkan.DOR!Peluru menembus lingkaran merah di tengah target. Tepat di jantung.Adrian bersiul pelan dari belakang, menyilangkan tangan di dada. “Bagus. Sudah berapa tahun kau tidak pegang senjata, Aurora?”Aurora menghela napas, menurunkan pistol, matanya menatap lurus ke depan. “Lima tahun… sejak malam itu.”Seketika, potongan ingatan menyerbu. Aroma darah yang kental. Suara tembakan di koridor panjang. Ayahnya, Valente, menariknya dari hujan peluru sambil berteriak, “Fokus pada target, Aurora! Mata dan napas harus seirama!”Lalu… suara Damian jatuh. Darah

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 33 - Perang Dimulai

    Sinar matahari menembus tirai tipis, menimpa sprei yang kusut dan lembab oleh jejak yang liar. Aurora menggeliat pelan, tubuhnya perih, tapi rasa itu anehnya membuatnya tersenyum samar. Damian duduk di ujung ranjang, hanya mengenakan celana hitam longgar. Rambutnya sedikit basah, sisa mandi, tapi sorot matanya tetap ganas. Ia mengikat jam tangan dengan tenang, seolah malam dan pagi brutal tadi hanyalah pemanasan perang. Aurora menarik selimut menutupi dada, pipinya memanas saat melihat goresan merah di kulitnya sendiri. Luka cinta. Luka kepemilikan. “Berapa kali kau bilang… cukup?” gumamnya lirih. Damian menoleh, senyum tipis melengkung di bibirnya. “Sampai kau lupa semua nama selain namaku.” Ia berdiri, berjalan mendekat, jemarinya mengusap pipi Aurora lembut kontras dengan apa yang dilakukannya m. “Dan lihat kau sekarang… masih hidup.” Aurora mendengus kecil, tapi sudut bibirnya tak bisa menahan senyum. Ia menar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status