Home / Romansa / Tawanan Mafia Blackwood / Bab 42 – Jejak di Balik Kabut

Share

Bab 42 – Jejak di Balik Kabut

last update Last Updated: 2025-08-02 12:00:08

Pagi di Loraine Hill datang dengan kabut tipis yang menggantung di antara pohon pinus, membuat suasana pondok terasa seperti adegan dari mimpi yang belum usai. Damian membuka jendela, membiarkan udara dingin masuk dan membelai kulit telanjangnya. Di balik punggungnya, Aurora masih bergelung dalam selimut, matanya setengah terbuka.

“Udah pagi banget?” gumam Aurora malas.

Damian menoleh dan tersenyum tipis. “Jam tujuh. Tapi kabutnya masih tebal. Cocok buat nyari kebenaran yang ngumpet.”

Aurora bangkit, rambutnya berantakan, wajahnya tanpa makeup, tapi justru di saat seperti ini Damian merasa dia terlihat paling nyata. Paling… indah.

Setelah sarapan singkat dan kopi panas, mereka duduk di ruang tengah pondok, membuka koper tua berisi dokumen pribadi Damian. Di sanalah mereka menemukan sebuah buku catatan lusuh, milik Velia.

“Velia Blackwood”

Tertulis dengan tinta hitam dan tulisan tangan yang khas tega
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 44 - Jejak Aroma Masa Lalu

    Langit Venezia berwarna jingga saat perahu kecil mereka melaju perlahan melewati kanal-kanal yang memantulkan cahaya matahari senja. Damian duduk diam, sorot matanya tajam menembus riak air. Aurora bersandar di bahunya, mencoba menikmati ketenangan sesaat sebelum badai. Mereka telah menempuh perjalanan jauh dari Lorraine Hill, dan kini, petunjuk baru membawa mereka ke toko parfum tersembunyi di sebuah gang sempit yang tak tercatat di peta. Toko itu kecil dan antik, penuh dengan botol-botol kaca berisi cairan berbagai warna. Seorang wanita tua berdiri di balik meja kayu, mengenakan gaun hitam dan kalung liontin berbentuk jam pasir. Matanya keruh, namun tajam, seperti menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang seharusnya. "Kalian mencari Velia," ucapnya tanpa ragu, bahkan sebelum Damian sempat bicara. Aurora tertegun. "Bagaimana Anda tahu?" "Dia meninggalkan jejak di sini. Aroma khas yang hanya bisa diracik s

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 43 - “Nafasmu Hangat, Tapi Aku Lebih Panas”

    Pesawat jet pribadi Damian mendarat mulus di sebuah landasan kecil di luar Nice, Prancis Selatan. Dari balik kaca jendela, hamparan kebun anggur dan barisan rumah batu tua tampak seperti lukisan. Namun, Damian tahu... keindahan ini cuma ilusi. Di balik lanskap damai, ada sejarah kelam yang belum sepenuhnya terkubur. Aurora merapatkan jaketnya saat angin pantai menyentuh kulitnya. Ia menatap Damian yang sedang bicara dengan salah satu bodyguard-nya dalam bahasa Prancis. "Ini tempat yang pernah jadi markas ayahmu?" tanya Aurora pelan, begitu mereka naik ke mobil yang sudah menunggu. Damian mengangguk tanpa menoleh. “Tapi sekarang sudah jadi milik kelompok baru. Dulu namanya Château Sombre. Kastil gelap. Sekarang nggak tahu lagi apa mereka masih menyebutnya begitu.” Mobil melaju ke arah pedesaan. Semakin jauh dari kota, sinyal ponsel mereka mulai menghilang. Jalan makin sepi. Hanya suara ban menabrak kerikil dan desir angin me

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 42 – Jejak di Balik Kabut

    Pagi di Loraine Hill datang dengan kabut tipis yang menggantung di antara pohon pinus, membuat suasana pondok terasa seperti adegan dari mimpi yang belum usai. Damian membuka jendela, membiarkan udara dingin masuk dan membelai kulit telanjangnya. Di balik punggungnya, Aurora masih bergelung dalam selimut, matanya setengah terbuka. “Udah pagi banget?” gumam Aurora malas. Damian menoleh dan tersenyum tipis. “Jam tujuh. Tapi kabutnya masih tebal. Cocok buat nyari kebenaran yang ngumpet.” Aurora bangkit, rambutnya berantakan, wajahnya tanpa makeup, tapi justru di saat seperti ini Damian merasa dia terlihat paling nyata. Paling… indah. Setelah sarapan singkat dan kopi panas, mereka duduk di ruang tengah pondok, membuka koper tua berisi dokumen pribadi Damian. Di sanalah mereka menemukan sebuah buku catatan lusuh, milik Velia. “Velia Blackwood” Tertulis dengan tinta hitam dan tulisan tangan yang khas tega

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 41 - Lorraine Hill

    Kabut tipis menyelimuti lereng-lereng Loraine Hill, seperti tirai halus yang menutupi rahasia masa lalu. Mobil sport hitam Damian meluncur pelan di jalanan basah. Di sampingnya, Aurora duduk diam, membiarkan jari-jarinya digenggam oleh pria yang kini tak lagi hanya milik dunia hitam tapi juga miliknya. "Aku masih belum percaya kita akan tinggal di pondok," gumam Aurora, menatap pemandangan luar jendela. Damian meliriknya, lalu tersenyum samar. "Pondok, versi mafia." Saat mobil melewati gerbang besi yang nyaris tertelan tumbuhan liar, mata Aurora membesar. Di balik belokan terakhir, sebuah vila dua lantai berdiri megah di tengah perbukitan. Dinding kacanya memantulkan cahaya pagi. Kolam renang mengambang seperti menyatu dengan lembah hijau yang luas. Angin membawa aroma lavender liar yang tumbuh di taman sekitar bangunan. "Apa... ini?" tanya Aurora terperangah. Damian memarkir mobil, lalu membuka pintu untukny

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 40 - Rahasia Keluarga Blackwood

    Hujan gerimis menyapu kaca mobil saat Damian duduk diam di kursi belakang, tatapannya kosong tapi penuh badai. Aurora menggenggam tangannya erat, seolah takut kalau pria itu akan hancur dalam diam.Video rekaman itu masih terputar dalam pikirannya. Wajah perempuan tua yang pucat, yang selama ini ia kira sudah mati saat melahirkannya, muncul dengan suara yang gemetar:“Anak ini… bukan anak Gabriel. Dia anak lelaki lain. Tapi aku harus bohong, demi hidupku.”Sialan.Satu kata itu terngiang di kepalanya. Bukan karena benci… tapi karena semua yang dia percaya hancur dalam satu detik. Dan yang paling menyakitkan, bukan kematian, tapi kebohongan yang diwariskan.“Aku akan cari dia,” gumam Damian dingin. “Kalau dia masih hidup, aku mau dengar langsung dari mulutnya.”Aurora menatap pria itu dengan pandangan sendu. “Kita ke rumah Valente dulu. Ayahku sahabat ayahmu. Dia pasti tahu.”Damian mengangguk. Mobil berbelok ke arah luar

  • Tawanan Mafia Blackwood   Bab 39 - Akhir pagi dengan nafsu liar

    Damian udah gak waras.Tubuhnya gemetar, keringat dingin meleleh di leher.Tangannya masih diborgol ke headboard ranjang tapi itu bukan karena dia ditangkap.Dia minta sendiri.Aurora naik di atasnya, duduk manis, tapi gerakannya licik.“Ngaku,” bisik Aurora sambil goyang pinggul pelan.“Siapa yang paling kamu takutin di rumah ini?”Damian mengerang, kepala nempel ke bantal.“Kamu… sialan ahh… kamu tuh… penyiksa sayanggg…”Aurora senyum, lalu mencubit putingnya.“Aku nanya siapa.”“KAMU! Ya ampun Aurora please… lepasin aku… aku mau peluk kamu…”“NO,” Aurora turun ke lehernya, gigit kecil, lalu bisik,“Peluk bisa nanti… Sekarang aku cuma butuh kau nikmati dan mohon ampun sambil nangis.”DAMNDamian disuruh mengangkat kedua kaki duduk di kursi bar.Aurora jongkok, tangan narik ikat pinggang suaminya, pelan-pelan.“Jangan gerak.”Damian cuma bisa geleng-geleng, satu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status