Share

BAB 5

"Aku takut terasa sakit, Tuan," ucap Lunar setelah melepas ciuman itu.

 "Itu hanya sebentar, Sayang. Setelahnya kau akan merasakan sensasi yang begitu nikmat. Tahan, ya? Aku akan memasukkannya secara perlahan." balas Lucas, lalu membimbing juniornya ke arah liang kewanitaan Lunar. Di sana, ia mencoba menggesek-gesekkannya sebelum membenamkan benda itu.

Terlihat Lunar mengerang, mendesah serta merintih menikmati setiap gesekan demi gesekan.

 "Tahan, Sayang. Ahhh ... sempit sekali. Baiklah, aku coba kembali. Aaahh ... akhirnya," Lucas tertawa senang saat juniornya telah masuk ke vagina Lunar.

 "Sakit Tuan. Ini perih sekali," rintih Lunar tak dapat menahannya.

Rasanya ada sesuatu yang telah robek dan membuat miliknya terasa perih.

 "Tahan, Sayang. Aku mainkan secara pelan."

Lucas mendorong benda itu lebih dalam dan bergerak naik turun mengikuti irama permainan itu. Kenikmatan mana lagi yang kau dustakan? Ini merupakan kenikmatan yang amat luar biasa dan baru pertama kali ia rasakan. Begitu juga juga dengan Lunar, sedari tadi ia hanya bisa menikmati setiap gerakan yang diberikan oleh Lucas. Tubuh mereka sama-sama bergetar saat telah mencapai puncak. Cairan bening itu keluar perlahan dari liang kewanitaannya. Sementara, Lucas dengan cepat mengeluarkan juniornya, lalu mulai memainkan lidahnya di vagina Lunar.

 "Ahhh. Terus, Tuan, ini sangat nikmat. Aku menyukainya, oohh ...."

Mendengar setiap desahan demi desahan yang keluar dari mulut gadis itu membuat Lucas semakin beringas. Ia sudah tak dapat menahan hasratnya yang kian menggebu-gebu. Entah berapa ronde mereka melakukan ONS itu, yang jelas permainan itu membuat Lunar hampir kehilangan energi. Tubuhnya terasa kaku dan sakit. Pada vaginanya, Lunar dapat merasakan seperti ada yang lecet. Ia pun hingga kesusahan untuk berjalan. Melihat bercak darah di atas seprei membuat Lunar ingin menangis. Itu artinya, ia telah kehilangan keperawanannya yang telah direnggut oleh Lucas.

 "Kau tidak apa-apa?" tanya Lucas saat melihat Lunar kesusahan berjalan.

 "Tidak. Mungkin setelah mandi rasa sakit ini akan menghilang," jawab Lunar sambil meraih handuk dan menuju kamar mandi.

 "Baiklah, jangan terlalu lama mandinya,"

 "Baik, Tuan."

Sambil menunggu Lunar selesai mandi, Lucas membereskan ranjang yang tampak berantakan. Ia tersenyum saat melihat sebuah bercak darah di sana. Ia pun merasa bersyukur bisa menikmati keperawanan Lunar. Bukan hanya menikmati saja, bahkan ia telah merenggutnya lebih dulu.

Drrrtt! Drrrtt!

Smartphonenya tampak berdering dengan kerasnya. Lucas mengambilnya di atas nakas dan melihat, Jenny, adiknya yang memanggil. Dengan segera pria itu menjawab panggilan adiknya.

 "Kakak, kau di mana? Apa kau tidak rindu padaku?" terdengar suara Jenny di dalam smartphone.

 "Aku di hotel, apa kau sudah kembali dari Indonesia, Jenny?" balas Lucas pada adiknya.

 "Iya, kakak. Aku baru saja sampai. Dan melihat rumah kosong, makanya aku menelpon kakak. Apa kakak tidak rindu padaku? Apa kakak tidak ingin menemuiku?"

 "Baiklah, Jenny. Aku akan menemuimu. Tapi, kita jangan bertemu di rumah, aku tidak ingin Grace melihatnya,"

 "Tenanglah, kak. Kakak Grace tak ada di rumah,"

 "Meskipun begitu, kita harus bertemu di suatu tempat. Aku tidak ingin melihat wajahnya,"

 "Baik, kak,"

 "Kau bersiap saja, aku akan mengirimkan lokasi untuk bertemu,"

 "Okey."

Setelah panggilan berakhir, Lucas menarik napas dalam lalu membuangnya. Ia juga tidak sabar untuk bertemu dengan adik satu-satunya itu yang sudah lama terpisah. Karena Jenny melanjutkan kuliahnya mengejar gelar master, ia memilih untuk menyelesaikan kuliahnya di Indonesia, tepatnya di Jakarta. Karena, dengan begitu ia pun dapat dengan leluasa pergi ke mana pun tanpa gangguan sang kakak.

 "Tuan, mandilah. Aku sudah selesai," ucap Lunar saat kembali dari kamar mandi.

 "Baiklah." Lucas menatap wanita di depannya yang hanya mengenakan kimono. Ia tampak sudah tak bergairah untuk melakukannya lagi. Ia hanya mengecup kening Lunar dan bergegas pergi.

***

Kini mereka berdua tengah menikmati sarapan. Tak ada perbincangan di antara mereka berdua. Hingga akhirnya Lucas membuka percakapan.

 "Ehemm. Aku akan keluar setelah ini. Kuharap kau jangan ke mana-mana," ucap Lucas setelahnya meneguk segelas air susu.

 "Tuan mau ke mana?" tanya Lunar penasaran.

 "Aku akan menemui adikku,"

 "Ohh. Kau punya adik?"

 "Ya, dia baru saja kembali dari Indonesia. Sudah satu tahun kami tidak bertemu, aku sangat merindukannya,"

 "Oh. Apa adikmu sedang belajar?"

 "Benar. Yasudah, aku harus pergi,"

 "Baiklah, dia pasti sudah menunggumu,"

 "Kau jangan ke mana-mana gadisku, aku akan kembali,"

 "Ah, baiklah. Aku akan menunggumu, Tuan."

Seperginya Lucas, Lunar hanya bisa terdiam. Ia melihat sekeliling ruangan tampak hampa dan senyap. Di sisi lain, ia sangat merindukan ibunya di tanah air. Tapi, bagaimana bisa ia bebas dari Lucas? Sedangkan, pria itu telah membelinya dan tak mungkin membiarkannya pergi begitu saja.

Di sela-sela waktunya, hanya ia habiskan untuk menonton. Tak ada hiburan lain selain menonton televisi. Lunar tampak jenuh dan ia ingin bebas. Tapi bagaimana?

Tokk! Tokk!

 Lunar tertegun saat menyadari pintu kamar diketuk. Ia pun bergegas membukanya. Di sana ia dapat melihat dengan jelas seorang wanita cantik seusia dengannya. Wanita itu menyunggingkan senyum angkuhnya. Matanya terlihat mengedarkan ke seluruh ruang kamar.

 "Anda siapa? Dan ada perlu apa?" tanya Lunar dengan sopan.

Wanita itu menatap sinis ke arah Lunar. Memang, wajahnya cantik dengan bibir semerah cabe. Tapi, jika dibandingkan dengan Lunar, ia pun tak kalah cantik dari wanita itu.

 "Di mana, Lucas?" tanya wanita itu membuat Lunar semakin penasaran. Siapa wanita itu?

 "Tuan Lucas tidak ada di sini. Beliau baru saja pergi. Memang anda siapa?"

 "Kau tidak tau siapa aku?!"

 "Tidak Nyonya, saya tidak tau siapa anda. Bukankah kita baru bertemu,"

 "Hah! Kau itu sebenarnya ada hubungan apa dengan Lucas. Kenapa kau tinggal di kamarnya?"

 "Maaf Nyonya, itu urusan pribadi saya,"

 "Dasar! Apa kau tidak tau siapa aku? Aku istrinya, dan aku berhak tau hubungan kalian, paham?"

Seketika Lunar terbelalak dan tak menyangka jika Lucas benar sudah memiliki istri. Tapi, kenapa pria itu tak mau berkata jujur padanya? Lunar merasa kecewa, ia merasa dirinya telah disakiti kembali oleh seorang pria.

 "Oh? Kau baru tau. Apa sebelumnya Lucas tidak pernah mengatakan kalau dia sudah mempunyai istri?"

Lunar menggeleng berat. Ia sudah kehabisan kata-kata saat mendengar penjelasan wanita di depannya.

 "Mulai sekarang, kau harus pergi dari sini! Apa kau tidak merasa kasihan padaku? Kau telah merebut suami orang?!"

 "Maafkan aku, Nyonya. Aku ...."

 "Jangan banyak bicara, sekarang juga kau pergi dari sini!"

 "B-baik, aku akan pergi sekarang."

Lunar tak dapat berbuat apa-apa lagi, ia tampaknya memang harus segera pergi dan meninggalkan Lucas. Jika bukan karena ancaman Lucas sejak awal, ia sudah memilih untuk pergi dari tempat itu. Perasaannya hancur berkeping-keping, saat menyadari nasib buruk yang ia terima. Setelah dikhianati oleh suami, kini ia harus merasakan kepedihan kembali untuk kedua kalinya.

 "Mungkin ini jalan terbaikku, aku memang harus pergi."

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status