Langkah Sesil terhenti melihat seorang wanita yang menghambur dalam pelukan Saga ketika kedua kakinya sudah menginjak lantai satu. Dan menyadari pasangan yang sepertinya tengah melepas rindu itu, Sesil hendak kembali ke kamar di lantai satu, tapi ancaman Saga yang akan mengurungnya di kamar jika ia terlambat turun, membuatnya berdiri seperti orang bodoh di belakang mereka.
Sesil tak tahu siapa wanita itu, tapi tiba-tiba merasa sangat kesal dengan gerakan tak tahu malu ketika wanita itu dengan sengaja menempelkan dada pada lengan Saga. Dan merasa sangat panas karena Saga membiarkan perlakuan murahan itu. Penampilan wanita itu amat sangat memenuhi selera Saga. Dari model rambut, pakaian, bentuk tubuh. Semua berharga sangat mahal. Begitupun dua buah dada yang tampak tumpah di belahan kemeja dan rok pensil dengan belahan yang terlalu tinggi itu. Sesil merasa sangat geram tanpa alasan.
“Apa yang kaulihat?!” bentak wanita itu galak ketika Sesil ketahuan mencuri p
Sekali lagi Cassie mematut wajahnya di depan cermin. Memastikan riasannya seperti yang ia inginkan, memastikan anting di telinganya terpasang erat, memastikan tidak ada helaian rambutnya yang mencuat tidak tepat pada tempat seharusnya, dan terakhir lipstik di bibirnya yang tergores. Saga sangat menyukai warna merah dengan kesan mengkilap. Lebih sensual dan menggoda. Ia tak pernah menyerah mendapatkan perhatian pria itu meskipun apa yang akan ia dapatkan tak akan lebih banyak dari sebelum-sebelumnya.Cassie berdiri, membenarkan ujung gaunnya yang selutut, tanpa lengan, dan warna merah yang memamerkan setengah kulit di punggungnya. Kepalanya berputar menatap jendela kamar tamu itu dengan hatinya ceria. Sungguh pagi yang sempurna.Tak sampai dua menit, ia sudah berdiri di ujung tangga lantai dua. Berbelok ke sebelah kiri menuju satu-satunya pintu ganda di sana. Namun, langkahnya terhenti dan wajahnya seketika mengeras ketika pintu itu tertarik membuka dan seor
Sesil menggenggam satu tangannya dengan tangan yang lain, berusaha menghentikan getar yang menjalari setiap jemarinya. Matanya terpejam, ketika kalimat ancaman Cassie kembali bergema di kepalanya.‘Aku akan menunggu dan bersabar sebelum kau membuangnya untuk melampiaskan kemarahanku. Kali ini, aku tak akan menahan diriku, Saga. Aku akan memastikannya mendapatkan neraka terburuk yang belum pernah ada dalam mimpi buruknya sekali pun.’Siapa sebenarnya Cassie selain sebagai kekasih Saga? Apakah wanita itu juga sama kejamnya dengan Saga? Mengingat betapa sadisnya wanita itu memperlakukannya ketika menjumpai dirinya keluar dari kamar Saga, tentu wanita itu mampu melakukan lebih dari sekedar jambakan, bukan? Kemurkaan dan kekejiannya begitu jelas di setiap sudut wajahnya. Terutama ketika Saga yang membebaskannya dari cengkeraman wanita itu. Kecemburuan wanita itu terlihat berapi-api. Seolah mampu membakarnya hidup-hidup.Tubuh Sesil bergidik memba
Sesil menatap kalender kertas yang terpajang di meja riasnya dengan gundah meskipun kepanikannya yang naik dengan drastis perlahan menurun saat ia mengatur napas seteratur mungkin. Tuhan tak akan sekejam itu padanya, kan?Sejak Saga menyentuhnya, pria itu memang tak pernah melewatkan untuk menidurinya. Kecuali saat ia di rumah sakit. Pria itu tak pernah menggunakan pengaman dan ia tak memakai alat kontrasepsi apa pun. Kemungkinan dirinya hamil tentu hampir seratus persen. Atau bahkan saat ini ia sedang mengandung anak pria brengsek itu. Sesil menggelengkan kepalanya dengan keras. Menolak semua kemungkinan itu jauh-jauh dari kepalanya, tapi kepalanya kembali dibuat pusing saat memikirkan alasan Saga yang bertekad membuatnya hamil. Seseorang tanpa belas kasihan seperti Saga bukanlah tipe kebapakan. Insting pria itu hanya bekerja saat membunuh musuhnya. Juga saat menelanjangi wanita, tambah Sesil dengan sinis.Pintu kamar yang tiba-tiba terbuka membuat Sesil tersentak dan
“Masih terlalu dini untuk mengetes kehamilan di perkiraan usia kandungan yang baru mencapai dua minggu. USG dan alat tes kehamilan hasilnya negatif. Jadi ...”“Jadi dia tidak hamil?” Saga menggedor meja dengan tatapan garangnya.Tubuh Sesil tersentak dan menjauh dari Saga sejauh mungkin meski tetap menjaga pantatnya masih tertempel di kursi. Aura panas Saga tak hanya menggoyahkan ketenangan bercampur kelegaan akan hasil tes yang dinyatakan sang dokter. Tetapi juga menciutkan nyali dokter yang duduk di seberang meja hingga bolpoin yang dipegang terlepas dan jatuh ke lantai.“Kami belum bisa memastikannya secara pasti karena perkiraan usia kehamilan yang masih dini dan belum bisa terdeteksi,” jawab dokter itu sambil beberapa kali menelan ludah dan bersikap setenang mungkin di bawah dominasi Saga.“Aku ingi tes lainnya yang lebih akurat. Tes apa pun itu yang menunjukkan hasil yang sebenarnya. Tes yang bisa mendeteksi
Sesil berdiri bersandar di pagar balkon sambil menyesap jus jeruknya. Cuaca sedikit panas mendekati jam sepuluh siang dan ia terlalu bosan menghabiskan waktu di perpustakaan seperti biasanya. Matanya menyipit memperhatikan mobil Cassie yang melaju menuju gerbang. Selama dua hari wanita itu tinggal di rumah ini, dan tanpa sengaja mengamati wanita itu yang keluar masuk rumah Saga tanpa pengawasan yang ketat seperti kendaraan-kendaraan lainnya. Merasa iri karena wanita itu sangat leluasa melewati gerbang penjagaan yang dijaga sangat ketat sedangkan dirinya terkurung dengan sangat menyedihkan di kamar Saga yang membuat hatinya terasa pengap.Esok paginya, ia terbangun sendirian di ranjang. Saga pasti ada urusan mendadak di luar rumah karena pria itu tak muncul hingga ia menyelesaikan makan paginya di meja makan seorang diri.“Suruh seseorang menyiapkan mobilku. Aku akan keluar dalam sepuluh menit.” Suara Cassie dari arah ruang tamu menghentikan niat Sesil mengi
Wanita iblis! Sesil membatin ketika dirinya dipaksa berdiri di antara kedua pengawal yang menyeretnya melewati lorong yang gelap masuk ke dalam ruangan dengan kaca gelap hampir di seluruh ruangan, tanpa sedikit pun belas kasihan dengan mulut tertutup lakban karena ia tak berhenti berteriak meminta tolong dan menyumpahi siapa saja yang terlibat dengan penculikannya. Ya, ia memang berniat kabur dari rumah Saga, dan rentetan kejadian ini berada di luar kehendaknya. Cassie memang berniat menculiknya.“Percayalah, Sesil. Saat aku mati, hanya kaulah yang kukhawatirkan. Cassie tak pernah ramah pada wanita-wanita yang kutiduri. Minimal aku tak membuangmu ke tempat pelacuran dan membiarkanmu dinikmati beberapa pria hidung belang di saat yang bersamaan.”Sesil menelan ludahnya. “Apa semua wanitamu berakhir seperti itu?”“Hmm, hanya beberapa yang cukup beruntung.”Sudut mata Sesil mulai basah me
“Kemarilah, Sesil. Kau tak ingin mantan tunanganmu terluka, bukan?” Saga menepuk pahanya sekali lalu terangkat menyambut Sesil meskipun tahu Sesil tak akan mendatanginya dengan sukarela. Atau tidak semudah itu.Wajah Dirga mengeras, menarik lengan Sesil dan menyembunyikan wanita itu di belakang tubuhnya. Dagunya terdongak menantang ke arah Saga. “Aku tak tahu di balik kekuatan dan kekuasaanmu yang begitu besar, ternyata kau hanyalah pria picik yang memanfaatkan wanita lemah untuk kemenanganmu, Saga.”“Aku hanya sedikit serius dengan keluargaku. Permainan kita? Kau yang memulainya, aku hanya sedikit menyelesaikannya dengan lebih cepat dan cara yang paling efisien.”Dirga terpaku selama beberapa detik, memang dirinyalah yang mengusik bisnis Saga lebih dulu. Mengacaukan kartel bisnis Saga hingga merugi puluhan milyar –meskipun nilai itu hanya remahan-. Tetapi, laporan-laporan yang ia lemparkan kepada pihak berwajib lebih me
Kedua pengawal yang menahan Sesil melepaskan cekalan mereka begitu mendapatkan isyarat tangan dari Saga. Sesil menghambur ke arah Dirga, membantu pria itu bangkit terduduk. “Maafkan aku, Dirga.”“Apa kau sudah gila?!” maki Dirga di antara darah yang membasahi bibirnya. Kali ini mencoba bangkit berdiri dengan satu tangan karena tangannya yang lain memegang tulang rusuk yang sepertinya sudah patah dengan sedikit bantuan Sesil.“Bisakah aku mendengar penawaranmu sekali lagi, Sesil?” Saga menggaruk bawah telinganya yang tak gatal. “Mungkin aku akan tertarik.”Sesil melepas pegangannya pada Dirga dan membalikkan tubuhnya menghadapi kearogansian Saga. “Aku akan ikut denganmu dengan syarat kau membebaskan Dirga.” Sesil memperjelas pernyataannya. Kedua tangannya terangkat menghalangi jika sewaktu-waktu Saga berniat menerjang Dirga meskipun tindakannya terlihat begitu tolol. Kekuatannya sama sekali bukan tanding