Share

Bab 24

Penulis: Frands
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-05 22:47:58

“Kau tak perlu merasa bersalah, Tuan Putri.” Wirya menepuk pundak Dewi Kirani dengan lembut. “Dalam hidup ini, keputusan yang benar bisa dianggap salah begitu juga sebaliknya.”

Dewi Kirani yang semula menunduk, mulai mengangkat kepalanya. Wirya memeluk tubuh Dewi Kirani yang masih gemetar.

“Lakukan apa yang kamu mau jika itu memang kau anggap benar, Tuan Putri.” Lanjut Wirya, tangannya membelai rambut Dewi Kirani perlahan.

Sang Putri terhanyut dalam dekapan pria yang berprofesi sebagai jaksa. “Wirya...”

Wirya melepaskan pelukannya dan memandang wajah Dewi Kirani yang tersisa bekas aliran air mata di pipi. “Ada apa, Tuan Putri?” Suara Wirya lirih nan lembut.

Dewi Kirani duduk di tepi ranjang, jari-jarinya yang halus mencengkeram lipatan gaun merahnya. Matanya—besar dan gelap—menatap lantai, seolah-olah mencari keberanian dari dewa bumi. “Bisakah kau membuatku hamil?”

Wirya berbalik menuju ambang pintu, tangannya kembali berkeringat.

“Kita… kita tidak harus melakukan ini,” kata
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tawanan yang Menawan   Bab 32

    Maya menelan ludah, matanya berbinar. “Apa... apa yang kau inginkan?” Wirya tersenyum—senyum tanpa kegembiraan. “Katakan pada mereka di luar bahwa pemeriksaan sudah selesai. Dan hasilnya... positif.” Maya menggeleng, wajahnya memerah. “Tapi Baginda Ratu akan—“ “Kau ingin melihatnya, bukan?” Wirya memotong, suaranya tiba-tiba berubah menjadi bisikan yang dalam. Matanya menangkap tatapan penasaran Maya yang sesaat terlalu lama tertuju di bagian bawah tubuhnya. Dewi Kirani menahan napas di sudut ruangan, matanya berbinar penuh pertanyaan. Dengan gerakan lambat, Wirya melepas ikatan di pinggangnya. “Aku tahu kau penasaran,” bisiknya, melihat Maya yang tiba-tiba kesulitan menelan ludah. “Semua wanita di istana ini pasti penasaran.” Maya tidak bisa mengalihkan pandangannya ketika kain linen mulai melorot— “Baiklah!” serunya tiba-tiba, tangannya terangkat untuk menahan. “A-Aku... aku akan katakan apa yang kau mau.” Wirya berhenti, senyumnya semakin lebar. “Pintar.” Di lua

  • Tawanan yang Menawan   Bab 31

    Wirya tiba-tiba maju ke depan. “Mohon izin, Yang Mulia,” suaranya menggelegar di seluruh ruangan, membuat semua mata tertuju padanya. Ratu Arunya mengangkat alis. “Ada apa, Wirya?” Wirya membungkuk rendah, tapi suaranya tetap tegas. “Bukankah lebih pantas pemeriksaan semacam ini dilakukan di ruang tertutup? Agar tidak mempermalukan sang Putri di hadapan banyak orang.” Perdana Menteri Adiwidya tersenyum sinis. “Kau berani memberi tahu kami tentang tata krama istana?” “Bukan tata krama yang kupikirkan,” jawab Wirya, matanya berbinar licik, “tapi bukti yang lebih meyakinkan. Jika Yang Mulia menghendaki kepastian mutlak, izinkan aku juga diperiksa.” Suasana aula mendadak hening. “Kau?” Panglima Amita tertawa kasar. “Apa hubungannya pemeriksaanmu dengan kesucian sang Putri?” Wirya tak gentar. “Ada tanda-tanda fisik pada pria setelah berhubungan intim. Seorang tabib yang terampil pasti bisa mengetahuinya.” Ia menatap langsung ke mata Ratu. “Bukankah Yang Mulia ingin bukti ya

  • Tawanan yang Menawan   Bab 30

    Namun Perut Wirya mulai berdenyut-denyut oleh efek ramuan Lara Waktu yang pernah diberikan oleh Kerajaan agar Wirya tidak melawanKaki langkah ringan mendekat. "Tuan..." Suara itu membuat Wirya menoleh. Seorang dayang muda berdiri dengan mangkuk tembikar kecil di tangannya. Asap hangat mengepul dari cairan kehijauan di dalamnya. "Dayang Sari," Wirya mengenali gadis muda yang sering mengantarkan makanan kepadanya."Ramuan penawar," bisiknya, matanya menunduk tak berani menatap Wirya. "Anda harus segera meminumnya." Wirya menerima mangkuk itu, hidungnya mengerut mencium aroma pahit yang menyengat. Tanpa ragu, ia menenggaknya sekaligus. Cairan itu terasa seperti api menyusuri kerongkongannya. "Terima kasih, Sari." Ujar Wirya sambil mengembalikan mangkuk. Dayang Sari tersenyum kecil. "Tuan harus bersiap karena Yang Mulia Ratu sudah menunggu."Perlahan, rasa panas di perutnya mereda. Otot-otot yang tegang mulai mengendur. Wirya mengangguk, tapi dayang itu sudah berbalik pergi,

  • Tawanan yang Menawan   Bab 29

    Ketukan keras di pintu membuat mereka membeku. “Tuan Putri Kirani,” suara Perdana Menteri Adiwidya yang berat menggema dari balik pintu, “Sarapan pagi telah disiapkan di Paviliun Timur. Ibu Ratu meminta kehadiran Tuan Putri segera.” Dewi Kirani menghela napas, wajahnya memerah. “Aku... aku sedang tidak enak badan, Bibi Adiwidya. Tolong sampaikan permohonan maafku pada Ibunda Ratu.” Suara Adiwidya terdengar skeptis. “Tapi Putri Kirani, tabib istana juga sudah menunggu untuk pemeriksaan lanjutan...” Mata Wirya dan Kirani bertemu dalam kepanikan. *Pemeriksaan? Sekarang?* “Sebentar lagi, Bibi!” seru Kirani sambil buru-buru merapikan gaunnya yang kusut. “Aku butuh waktu untuk bersiap.” “Bolehkah aku masuk membantu Putri?” Kreek!Pintu terbuka tiba-tiba meski tanpa persetujuan Dewi Kirani.Perdana Menteri Adiwidya yang biasanya penuh wibawa kini terpaku di ambang pintu. Matanya yang tajam langsung menangkap sosok Wirya bertelanjang dada dengan otot-otot yang masih berkilat o

  • Tawanan yang Menawan   Bab 28

    Wirya membaringkan tubuh Dewi Kirani di atas ranjang. Bersiap menerobos kesucian wanita tercantik di Wanawaron.“Aku akan memasukkan ini ke situ.” Ujar Wirya yang berlutut di bawah tubuh Dewi Kirani.Tangannya menuntun barang miliknya menuju ke arah lembah suci Dewi Kirani yang menggoda.“Uuhhh..”Dewi Kirani melenguh, tubuhnya menggeliat saat ujung barang Wirya menempel pada lembahnya.Hanya butuh sedikit dorongan saja, Wirya akan memegang kendali atas tubuh Dewi Kirani.Dok.. Dok.. Dok...Ketukan keras menggema di pintu kamar, memecah keheningan fajar. Suara Ratu Arunya yang tegas merambat melalui kayu yang kokoh. “Kirani. Wirya. Sudah lewat fajar. Aku ingin laporan kemajuan.” Wirya dan Dewi Kirani saling bertukar pandang. Ranjang masih berantakan, pakaian berserakan di lantai, udara kamar terasa hangat dan berat oleh keintiman yang terputus tiba-tiba. Dewi Kirani menggenggam lengan Wirya, kukunya nyaris mencakar kulit pria itu. “Itu suara ibunda,” bisiknya gemetar. W

  • Tawanan yang Menawan   Bab 27

    Napas Wirya tersendat saat tubuh Kirani yang hangat menempel padanya. “Karena... karena melakukan hal seperti itu tidak boleh dengan paksaan. Kita harus saling menginginkan.” “Saling menginginkan,” ulang Kirani perlahan, seperti mencoba kata baru. Lalu tiba-tiba matanya berbinar. “Jadi ini yang kau maksud tadi? Tentang... jatuh cinta?” Wirya tidak menjawab. Tapi tangan yang mengelus rambut Kirani dengan lembut sudah cukup sebagai jawaban. Dewi Kirani kembali mengerutkan kening kecil saat wajahnya terbenam di bahu Wirya. “Wirya,” bisiknya dengan suara penuh rasa ingin tahu, “kalau begini terus... apakah bisa membuatku hamil?” Wirya tersedak, hampir terbatuk. “Te–tentu tidak! Bukan begini caranya!” Dewi Kirani mengangkat kepalanya, mata lebar penuh pertanyaan. “Tapi kan kita harus membuat anak? Kata Ibunda Ratu—“ “Shhh!” Wirya dengan cepat meletakkan jari di bibir Dewi Kirani yang mungil, wajahnya merah padam. “Itu... itu proses yang berbeda. Aku tadi kan sudah bilang kalau

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status