Share

3. Jodoh Rara

"What?"

Mata Rara terbelalak mendengar penuturan Loli, ia bergegas menuju ruangan guru.

Tak disangka memang benar Fatir ada di ruangan Aslan. Dari celah jendela Rara dapat melihat mimik wajah marah ayahnya.

Mampus lo, Ra!

Belum juga 24 jam dia berjanji sudah melanggarnya. Walau dia sudah tahu hukumannya harus menikah bersama Rama, whatever lah.. Rara merasa tetap tenang, dia yakin Rama tidak keberatan, lagi pula mereka sudah bersahabat sejak kecil.

"Ra, kira-kira kali apa lagi salah lo?" bisik Loli. Rara memutar kepalanya setengah menatap Loli, kemudian ia perlahan jalan depan pintu, dia yakin mereka bicara suatu yang penting. Ini tak bisa dilewatkan! "Eh.. Bego lo ngapain dekat situ, ketahuan aja ntar habis lo." Peringat Loli.

Namun Rara tak mau mendengar, dia tetap menyelinap depan pintu agar lebih jelas mendengar pembicaraan mereka.

"Sekali lagi maaf, bukan maksud saya untuk menghukum Rara. Tapi Rara udah keterlaluan." Ucap Aslan.

Keterlaluan apa? Perasaan gua nggak melakukan kesalahan. Awas aja lo Aslan!

Rutuknya kesal dalam hati.

"Aslan, om rasa ini sudah waktunya kamu dan Rara melaksanakan janji itu. Jadi om minta kamu pikirkan lagi, hanya kamu bisa membuat Rara berubah." Rara memutar bola matanya berpikir.

Apa coba maksud ayahnya, Rara benar-benar tak mengerti.

"Sekali lagi maaf om. Bukan maksud saya menolak, tapi Rara itu murid saya. Kasian Rara nanti dicemoh temannya."

Punya hati juga dia?

"Masalah itu akan jadi urusan om. Rara juga udah setuju, sekarang giliran kamu. Dan masalah kesalahan Rara menabrak di parkiran, om akan minta Rara tanggungjawab."

Apa.. Apa.. Gua nggak salah dengar, gua nabrak. Siapa? Jadi waktu gue mundur bukan tong sampah, mampus gua kena omel lagi.

Sekarang Rara yakin Fatir ayahnya akan menagih janji baru beberapa jam ia buat. Masa iya dia harus menikah usia masih muda. Baru juga ia menginjak 17 tahun.

"Saya benar-benar nggak bisa, om. Rara itu sulit diatur, om lihat sendiri kan." Fatir memijat pelipisnya frustasi. Punya anak cewek satu-satunya, malah tukang buat onar.

"Om percaya kamu bisa, Aslan. Jujur om pusing menghadapi Rara, tiap hari ada aja tingkahnya. Usia om juga tidak muda lagi, jadi tolong pikirkan lagi." Aslan mengangguk ragu.

"Nanti saya coba pikirkan lagi. Tapi lebih baik om bicarakan lebih dulu dengan Rara, takutnya dia shock kalau tau menikah dengan saya."

Bom..

Astaga.. Astaga.. Habis terlempar apa dia barusan. Nikah dengan guru menyebalkan itu. Rara menggeleng cepat menolak itu semua, mungkin akan jadi nerakanya jika pernikahan itu terjadi.

Rara pergi dari sana segera. Ia mencari keberadaan Rama, dia yakin Rama tahu soal ini. Daripada menikah dengan Aslan, Rara lebih mau menikah bersama Edo yang gagap.

"RAMA!" jerit Rara ketika masuk kelas, ia melihat Rama yang bicara dengan Edo. Napas gadis itu terengap seakan kehilangan oksigen.

"Keluar semua! Kecuali Rama." Histeris Rara frustasi, semua murid kelas keluar termasuk Edo sahabatnya.

Rama terheran-heran dengan sikap Rara, padahal beberapa menit yang lalu dia baik-baik saja. Sekarang malah seperti ingin menerkamnya.

Rara mendekati Rama dengan tatapan tajam. "Lo pasti tau kan soal itu?" Rama mengerutkan dahinya bingung.

"Soal apa? Gue nggak ngerti."

"Jangan pura-pura bego lo. Gak mungkin lo nggak tau ih. Pasti lo tahu semuanya, sekarang jelaskan sama gua rencana Aslan." Rama menggaruk kepalanya semakin bingung.

"Sumpah gua nggak ngerti yang lo omongi, Ra." Ucap Rama menyakinkan Rara, sampai ia rela bersumpah suer.

Rara terduduk frustasi, ia menenggelamkan wajahnya kesal. Dia mengenal Rama dari kecil, mana mungkin berbohong.

"Sebenarnya lo kenapa, Ra?" Rama penasaran dengan tingkah Rara yang tiba-tiba melow, lalu ia menarik kursi duduk samping sahabatnya. "Kalau ada masalah lo bisa cerita sama gua." Rama mengelus rambut Rara.

"Ram, lo tau gak abang lo dijodohin." Rama menggeleng tegas.

Ya memang dia tak pernah tau. Lagi pula tidak penting juga untuknya.

"Benaran?" Rama mengangguk.

"Ya udah kalau gitu."

Seumur hidupnya tidak pernah melihat Rara kebingungan seperti ini, ia menghela napas kasar sambil menenangkan Rara. "Apapun masalah lo, gua yakin lo bisa selesaikan. Tenang aja gua akan selalu ada untuk lo." Kata Rama bijak.

***

"Kamu udah langgar janji sama ayah. Jadi kamu harus bersedia menikah dengan anak om Indrawan." Rara ingin sekali memekik menolaknya.

"Rama kan, yah." Lirihnya berharap bukan Aslan seperti yang dia dengar.

"Nanti malam juga kamu tahu. Kita akan pergi ke rumah om Indrawan."

"Harus gitu nikah, yah. Rara kan masih sekolah." Fatir tidak menanggapi Rara, ia justru senang Rara berjodoh dengan Aslan.

Dari Aslan lahir, ia dan Indrawan sudah bernazar jika anak Fatir cewek, mereka akan menikahi dengan putra sahabatnya Aslan.

"Bukan! Aslan dong. Pokoknya kamu harus nikah dengan dia. Ayah yakin kamu bahagia dengan Aslan."

Uek..

Perut Rara mulas seketika mendengar kalimat Fatir, tidak mungkin dia bahagia dengan laki-laki seperti Aslan.

Sejagat raya juga tahu itu. Masa Rara harus menikah dengan Aslan yang dia benci, membayangkan hal itu dia mengidik ngeri. Aslan kan orang displin, berbeda dengan dia yang gak jelas juga sih.

"Tukar Rama bisa kan, yah."

"Kamu pikir barang bisa ditukar." Rara memberikan ekspresi mencebik. " Ingat janji adalah janji, gak boleh dilanggar." Ucap Fatir lagi sukses membuat Rara semakin tak berdaya.

"Bun," Rara memeluk Halimah saat mendekati kedua anak dan ayah yang bicara intens. "Bilang kek sama ayah, kalau Rara gak mau nikah sama Aslan. Dia kan galak." Lanjutnya lagi.

"Loh kok gitu sih. Nak Aslan baik, malah dibilang galak. Kamu itu beruntung bisa nikah sama nak Aslan."

Rara melepaskan pelukan Halimah kesal. "Beruntung apanya, apes iya kali." Ucap Rara sebal.

"Rara!" tegur Fatir menekan. "Pokoknya keputusan ayah udah final kamu harus nikah sama Aslan." Rara merunduk tak bisa lagi membantah.

"Terserah ayah saja. Ayah senang, Rara senang." Fatir mendekat, lalu mengacak rambut Rara.

"Bagus. Itu baru anak gadis cantik."

Kemudian Rara berjalan mengontai kakinya kearah kamar, ia membanting tubuhnya. "Keputusan ayah udah final. Final apanya, kiamat bagi gua!" gumam Rara sendiri.

Entah bagaimana cara Rara menggagalkan perjodohan dengan Aslan.

Wait.. Wait.. Wait..

Aslan kan nggak setuju! Itu artinya gua nggak perlu pusing dong. Iyain ayah juga nggak rugi gue.

Batin Rara.

Rara masih merasa ada harapan untuknya, dan semoga memang benar Aslan tidak berubah pikiran. Dia tidak ingin hidup dalam mimpi buruk bersama Aslan. Udah galak, nggak ada akhlak lagi.

Dasar manusia bumi!!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status