Share

Bab 4. Perjodohan

Author: Aries grils
last update Last Updated: 2023-01-24 15:58:45

"Ughh.. Siapa sih? Pagi-pagi begini ganggu tidur aku!" grutu Kanaya kesal, Kanaya meraba ponsel yang berada diatas nakas, disamping tempat tidur nya, lalu menggeser layar ponsel-nya keatas, tanpa melihat nomor siapa yang tertera disana.

"Halo" sapa Kanaya, dengan suara serak, khas bangun tidur.

"Bisa kita bertemu siang ini," ucap suara barinton disebrang telpon, membuat Kanaya terjingkat kaget, dan langsung terduduk diranjangnya.

"Ini siapa ya?" tanya Kanaya kemudian.

"Bukankah kamu membutuhkan pertanggung jawaban, dari saya", saut suara disebrang telpon, dengan santainya.

Kanaya mengernyitkan dahi, mendengar ucapan ambigu suara laki-laki disebrang telpon, "Maaf, saya tidak mengenal kamu, jika tidak ada kepentingan lain, tolong jangan mengganggu waktu saya," Kanaya memutus panggilan itu secara sepihak.

Tidak lama dering ponsel kembali mengudara, Kanaya hanya menatap sekilas ponselnya, lalu kembali meletakan diatas Nakas, Kanaya menatap jam yang tergantung ditembok kamar, Kanaya begitu terkejut, saat melihat jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi, '(astaga.. Tumben mama gak bangunin aku)', Kanaya bergegas membersihkan diri, lalu segera turun kebawah untuk sarapan.

"Hari ini kamu nggak praktek Nay? Bukannya kamu sudah harus masuk kerja?" Tanya papa Amar, yang melihat Kanaya hanya mengenakan pakaian santai.

Kanaya menggeleng " Naya ngajuin cuti lagi pah".

Papa Amar dan Mama Amy menatap Kanaya khawatir, kantung mata yang mulai menghitam, wajah yang mulai tirus dan mata yang sedikit membengkak.

Papa Amar meletakan sendok, lalu menatap Kanaya "setelah sarapan Papa dan mama mau bicara serius dengan kamu Nay."

Kanaya menatap Mama dan Papa nya, "tumben Papa dan Mama mau bicara serius! Tentang apa ni? Naya jadi penasaran."

"Sudah selsaikan dulu sarapan kamu!, Papa tunggu diruang keluarga," saut papa Amar, lalu berdiri dari duduknya.

Setelah sarapan Kanaya berjalan dengan malas menghampiri orang tua nya, yang sudah menunggu diruang keluarga, "Papa mau bicara apa? Tumben-tumbenan mau bicara serius sama Naya."

Mama Amy berdehem, menghilangkan kegugupan, bagaimana pun Mama Amy takut, jika Kanaya menolak dan tetap tidak mau menikah juga.

"Nay sampai kapan kamu mau begini terus?.." tanya sang papa akhirnya, karna melihat istrinya tak juga kunjung bicara. "Papa dan Mama terus terang, ingin kamu segera menikah, apa yang terjadi kemarin, anggap lah itu sebagai pelajaran, jangan malah kamu menjadi trauma dan membuat kamu tidak semangat seperti ini.." ucap Papa Amar, yang prihatin melihat kondisi putrinya.

Kanaya mengehela Nafas dalam, mendengar wejangan dari papa nya. "Naya belum mau menikah Pah" timpal Kanaya singkat

"Apa kamu tidak kasihan dengan kami Nay..? Tanya Mama Amy kemudian.. "Mama dan Papa sudah tua, kami juga ingin melihat kamu menikah dan memiliki anak, hidup bahagia dengan pasangan, jadi jika Mama dan Papa sudah tidak ada, kami akan pergi dengan tenang. Kakak kamu sudah hidup bahagia dengan suaminya, kami ingin kamu juga begitu." ucap Mama Amy.

"Mama kenapa sih harus bicara seperti itu".. sahut Kanaya tak suka.

"Mama gak pernah minta apapun sama kamu Nay, tapi kali ini boleh gak kamu turutin keinginan kami".. Ucap Mama Amy memelas, membuat Kanaya ikut terluka melihat orang tuanya bersedih, karna dirinya. Kanaya menghela nafas, benar yang di ucapkan Mama nya, mereka tidak pernah meminta apapun padanya, "Terus Mama dan Papa ingin Naya bagaimana?"

"Mama sama papa sudah mengatur perjodohan untuk kamu Nay, Anaknya Om Adit dan Tante Sarah.. Ucap Papa Amar. Membuat Kanaya tekejut

"Secepat ini..? Tanya Kanaya, dia sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan mereka sedari tadi, Namun Kanaya tak menyangka jika Mama dan Papanya sudah mempersiapkan calon suami, tanpa bertanya dulu padanya.

"Iya, karna kami merasa anaknya Om Adit dan tante Sarah cocok untuk kamu Nay, dia ganteng lho Nay, anaknya kalem, gak neko-neko." Tambah Mama Amy

"Itu kan menurut Mama dan papa, tapi belum tentu cocok menurut aku, lagian gak secepat ini juga dong Mah." sahut Kanaya.

"Nay, Rey itu sibuk berkarir dan memang belum siap menikah, tapi jika Om adit dan tante Sarah memintanya menikah, pasti Rey akan mau. papa Amar menjelaskan

Kanaya menghembuskan nafas kasar, mendengar nama Rey, mengingatkan Kanaya akan insiden yang menimpa diri nya, beberapa bulan lalu, jangan sampai Rey yang Mamanya maksud, Rey yang sama, seseorang yang berprofesi sebagai abdi negara juga!

"Lalu, pekerjaan dia apa?" Tanya Kanaya memastikan.

"Kalau soal itu biarkan Rey yang langsung memberi tahu kamu"

Mulut Kanaya menganga mendengar jawaban Papanya.

"Hah, kenapa tidak Mama dan Papa memberitahu Kanaya langsung, jadi Naya bisa mempertimbangkan, Mama dan Papa kan tau, Naya tidak ingin sampai salah pilih lagi, terutama Naya tidak mau menikah dengan Abdi Negara". Ucap Kanaya tegas

Jawaban Kanaya membuat orang tuanya menghela Nafas. "Nay, tidak semua Abdi Negara itu sama, lagi pula, belum tentu jugakan Rey seorang Abdi Negara". Ucap Papa Amar yang pura-pura tidak tahu.

"Betul yang diucapkan Papamu, jadi tolong ya Nay, kamu mau menerima perjodohan ini, Orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya," Mama Amy memberi pengertian.

"Atur Mama dan Papa saja deh"...jawab Kanaya pada akhirnya, mungkin kali ini, Kanaya memang harus mengalah, walaupun sebenarnya dia enggan, tapi tidak ada salahnya, mengikuti pilihan orang tuanya, nyatanya dua kali Kanaya memilih pasangan sendiri, namun tetap saja menyakitinya semua.

"Alhamdullilah Pah". Ucap Mama Amy penuh syukur, ternyta tidak sesulit yang dia bayangkan untuk membujuk Kanaya.

Papa Amar terdiam, "kamu benar kan Nay..? Tanya papa Amar memastikan lagi

Kanaya mengangguk, "tapi dengan syarat, biarkan Kanaya bertemu dulu dengan orang itu."

Papa Amar dan Mama Amy mengangguk bersamaan, "Papa Bangga sama Kamu Nay, trimakasih sudah mau menuruti keinginan papa dan Mama. Papa yakin kamu akan bahagia dengan Rey". Ucap Papa Amar penuh keyakinan

Kanaya mengedikan bahu, "yahh, kita lihat saja nanti, kalau begitu Kanaya naik dulu ya mah, pah, Kanaya masih ngantuk," ucap Kanaya, lalu melangkah pergi munuju kamarnya dilantai dua.

Kanaya melihat ponsel nya, sudah dua bulan ini Kanaya menjadi orang yang tidak disiplin, sering cuti mendadak, dan sering mengabaikan panggilan telpon darurat dari Rumah Sakit, beruntung lah, Rumah Sakit itu masih milik kerabat Papa Amar.

Kanaya melihat ada beberapa panggilan dan pesan, dari nomor yang tadi menghubinginya. Kanaya terkejut saat membuka pesan itu, yang ternyata dari seseorang yang beberapa waktu lalu, terlibat insiden dengan dirinya.

"Saya, tunggu di cafe, didekat tempat kejadian waktu itu, ada yang harus saya bicara kan, pukul sebelas, jangan sampai terlambat," begitu lah isi pesan yang dikirim kan laki-laki itu untuk Kanaya.

Kanaya mengerutkan kening nya, '(yang benar saja, dia meminta bertemu, Untuk memberi ganti rugi, atau malah meminta ganti rugi)', batin Kanaya.

Kanaya yang merasa penasaran memutuskan menyetujui ajakan laki-laki asing itu, "ya" balas Kanaya singkat. Kanaya bergegas beganti pakaian, Kanaya hanya mengenakan kaos putih polos, celana jins, dan rambut yang diikat asal, Kanaya berjalan turun, membawa hand-bag dan kunci mobil.

"Loh nay, mau kemana?" tanya Mama Amy, yang melihat Kanaya turun membawa hand-bag dan kunci mobil.

"Naya, keluar sebentar ya Mah, ada yang harus Naya beli," ujar Kanaya memberi alasan.

"Ya udah, hati-hati ya sayang," timpal Mama Amy.

Kanaya mengangguk.

Setelah Dua puluh lima menit Kanaya berkendara, Kanaya tiba di cafe yang tadi lokasi nya sudah dikirim kan melalui ponsel, Mata Kanaya berkeliling mencari meja yang bernomor dua belas, terlihat disana sudah ada laki-laki yang duduk mebelakngi nya, Kanaya bergegas menghampiri laki-laki itu. Kanaya berdiri disisi meja, dimana laki-laki itu tengah menunduk, sembari memainkan ponsel nya. tanpa basa-basi Kanaya segera bertanya, "Maaf, ada perlu apa, kamu ingin bertemu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ken Sagita
Ceritanya bagus sebetulnya. Cuma entah karena ngetiknya terlalu buru-buru atau karena emang kemampuan dasar teknis kepenulisan penulis, hal mendasar kaya dialog tag sama kapitalisasi saja banyak salahnya. Sekadar masukan ya, Kak. Maaf kalau tidak berkenan.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tentara Tampan Itu Suamiku   Bab 120. Maha Baik Tuhan..

    Ceklek.. Pintu ruangan VVIP itu terbuka, terlihat Sarah dan Amy serta seorang bayi mungil dalam dekapannya. Kedua wanita itu menyorot ke atas ranjang, dimana Rey tengah bersandar menatap kedatangan mereka. Sesaat mereka terdiam, benar-benar tidak tahu jika ternyata Rey sudah membuka matanya. Sudut bibir Kanaya terangkat, membentuk lengkungan indah. Dia memang sengaja tidak memberi tahu keluarganya, membiarkan ini sebagai sebuah kejutan. Wanita itu bangkit menghampiri Mama dan Ibu mertuanya, lantas mengambil alih bayi yang Amy gendong. "Kenapa pada diem disini?" Ucapan kanaya menyadarkan dua wanita paruh baya itu dari lamunan mereka, bola mata keduanya berkaca-kaca, memandang penuh haru pada Rey yang juga sedang menatap kearah mereka dengan tetesan air mata."Rey, kamu sudah sadar nak?" Sarah berjalan cepat menghampiri putranya, saat dalam perjalanan dia sempat bertanya-tanya mengapa Rey sudah di pindahkan ke ruang VVIP. Ada harapan jika putranya sudah sadar, namun dia tidak terlal

  • Tentara Tampan Itu Suamiku   Bab 119. Tangis Haru..

    Disela-sela kesibukan nya menjadi seorang ibu, Kanaya tidak pernah absen mengurus suaminya. Tiga hari sudah berlalu, kondisi Rey pun sudah membaik. Namun sayang pria itu masih belum membuka matanya.Dokter menyatakan jika Rey mengalami patah tulang kaki dan retak bahu sebelah kanan, serta dadanya yang memar akbitan terjatuh dari ketinggian. Jika mendengar penjelasan Rio, bahwa parasut yang berkembang setelah terjadi ledakan hanya milik Rey dan Deri. Namun sayang Deri mendarat di titik lokasi cukup jauh dari mereka. Sedangkan parasut dua prajurit lainnya tidak sempat berkembang ketika mereka jatuh, begitu pun milik Rio, namun dia masih selamat karena Rey membantunya, jadilah mereka terjatuh bersama dan menyebabkan patah tulang dan lain sebagainya. Rey dan Rio masih sempat sadar dan berusaha menolong teman lainnya, namun sayang hanya mereka yang selamat. Mereka tidak sadarkan diri karena dehidrasi dan tidak memiliki tenaga untuk mecari makanan selama tiga hari belum di temukan. Untung

  • Tentara Tampan Itu Suamiku   Bab 118. Harapan Nyata...

    Sirine Ambulance begitu nyaring mengiri perjalanan mereka menuju Rumah Sakit. Seperti tidak ada habisnya, air mata Kanaya terus mengalir membasahi pipinya. Satu tangannya mengusap wajah Rey, sementara tangan lain menggenggam jari jemari Suaminya begitu erat. Sakit ketika melihat suaminya tak berdaya seperti ini, namun ada setitik rasa syukur karena Rey bisa bertahan. Tidak tergambar seperti apa perasaan Kanaya, di satu sisi dia bahagia bisa melihat Rey selamat, namun di sisi lain ia pun terluka karena keadaan Rey seperti ini."Bertahan Mas!" Kanaya terus mengecup punggung tangan suaminya, wajah tampan yang sangat ia rindukan itu sudah ada di hadapannya. Wajah tampan yang selalu tergambar di malam-malam sunyi yang ia rasakan, malam penuh dengan sejuta rindu yang haus akan bertemu."Anak kita sudah lahir, dia sangat tampan seperti kamu Mas. Dia terus menangis, pasti karena dia ingin bertemu ayahnya." Lagi Kanaya terus membisikan kata-kata di telinga Rey, berharap pria itu merespon apa

  • Tentara Tampan Itu Suamiku   Bab 117. Flashback..

    "Rey.."Pandangan semua orang tertuju pada dua buah Brankar yang mendorong Rey dan Rio. Sesat semua orang yang ada disana termangu, diam dan tak mengatakan apapun. Otak mereka masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi."Tuan Adit.." sapa Lukman, pria yang bertugas menyambut kedatangan para anggota Militer itu nampak menghampiri Keluarga salah satu prajuritnya."Komandan Lukman, Rey masih selamat?" tanya Adit dengan raut kagetnya.Lukman mengernyitkan dahi. "Apa Rian belum memberi tahu. Rey memang selamat," jelasnya.Seketika tangis Kanaya kembali pecah, ia yang semula tak percaya buru-buru mengejar Brankar yang tengah di dorong menuju sebuah Ambulance. Disusul Amy yang turut mengejar putrinya. "Jadi Rey masih selamat? Rian bilang dia tidak selamat," sahut Adit.Flashback.."Bertahan Rey, inget Kanaya, anak kalian sudah lahir.." Terus saja Rian membisikan sesuatu ke telinga sahabatnya, berharap Rey bisa bertahan sebelum mereka tiba di Rumah Sakit yang ada di Wamena.Sudah dipastikan t

  • Tentara Tampan Itu Suamiku   Bab 116. Penjemputan..

    Matahari bersinar begitu cerah di hari ini. Namun tak secerah wajah Kanaya dan seluruh keluarganya. Dua buah mobil melaju beriringan menuju Bandara Halim Perdana Kusuma, sebab siang ini seluruh korban tragedi meledaknya Helikopter yang tengah bertugas di Irian Jaya akan segera tiba.Semua perisapan pemakaman dan hal lainnya di siapkan oleh Anggota Militer. Karena mereka akan di kuburkan mengikuti prosedur kemiliteran.Pandangan Kanaya terlihat kosong, wanita itu hanya diam memandangi luar jendela. Tidak lagi ada air mata yang mengalir di Pipinya. Semua telah ia tumpahkan ketika dirinya baru tersadar beberapa jam lalu. Tidak ada yang tahu apa yang tengah wanita itu fikirkan, sebab dirinya hanya diam dan enggan membuka suara. Bayi yang baru Kanaya lahirkan pun tak diperdulikannya.Di dalam mobil itu ada Arga kakak iparnya, Amar sang Papa, serta Amy mamanya. Sementara mertuanya membawa mobil lain yang di kemudikan sopir mereka. Sedangakn Bayi Kanaya dan Rey sengaja di tinggalkan bersama

  • Tentara Tampan Itu Suamiku   Bab 115. Penantian Yang Sia-sia

    "Kanaya..."Pandangan semua orang tertuju pada Sarah dan Kanaya, rupanya apa yang mereka bahas sedari tadi didengar pula oleh kedua wanita berbeda usia itu."Kalian bohong kan? mas Rey nggak kenapa-napa kan?" Lagi Kanaya mengulangi apa yang sudah ia tanyakan. Berharap jika semua itu hanya candaan seluruh keluarganya.Buru-buru Amy memghampiri putrinya, begitupun dengan Adit yang turut mendekati Sarah."Sayang, bangun nak!" Air mata Amy tak mampu ia tahan lagi, melihat putrinya yang histeris seperti ini membuatnya sedih."Pah, Rey nggak kenapa-napa kan Pah? Dia sudah di temukan dalam keadaan selamat kan?" tanya Sarah penuh harapan.Lidah Adit terasa kelu, mulut nya tak mampu menjawab apa yang istrinya tanyakan. Sungguh dia pun syok dan sedih mengetahui Rey telah ditemukan, namun dalam keadaan tak bernyawa.Perkataan ibu mertuanya sontak membuat Kanaya terdiam, mencerna maksud ucapan wanita paruh baya itu. Dia mulai memahami jika memang telah terjadi sesuatu pada Rey. Namun seluruh kelu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status