Share

Bab 5. Terkejut

"Maaf, ada perlu apa kamu ingin bertemu?" tanya Kanaya tanpa basa-basi, membuat Rey yang tadinya sibuk dengan ponsel-nya menatap kearaha Kanaya, sejenak Rey terpesona melihat Kanaya, meskipun berpenampilan biyasa saja tanpa make-up, dan rambut yang dicepol asal, Kanaya tetap terlihat cantik, Kanaya terlihat berbeda dengan wanita yang selama ini Rey temui.

Kanaya memperhatikan Rey, yang menatap dirinya tanpa berkedip, membuat Kanaya merasa tidak nyaman, "Tidak usah memandang saya seperti itu, anda tidak pernah melihat wanita cantik ya?" ujar Kanaya ketus.

Ucapan Kanaya sontak membuat Rey segera tersadar dari lamunannya, dan mempersilahakan Kanaya untuk duduk, "silahkan duduk."

"Tidak usah, saya buru-buru, langsung keintinya saja," saut Kanaya ketus.

"Ya sudah kalau tidak mau duduk, yang penting saya sudah mempersilahkan, jangan sampai nanti kamu bilang, seperti tempo hari, jika abdi negara bisa nya hanya menyakiti perempuan," sindir Rey.

Kanaya yang mendengar hal itu, mengerucut kan bibirnya, lalu menarik kursi untuk duduk, "jadi,! Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Kanaya kemudian

"kita pesan minum dulu," timpal Rey

Mulut Kanaya menganga mendengar ucapan Rey, jauh-jauh Kanaya datang, dan membuang waktu santainya yang berharga. Kanaya pikir Rey akan membicarakan perihal ganti rugi mobilnya, "Maaf, jika kamu meminta saya kesini hanya untuk minum, saya tidak ada waktu." ucap Kanaya, lalu berdiri hendak meninggalkan Rey.

Belum sempat Kanaya, berdiri dari duduknya, Rey meletakan beberapa lembar kertas diatas meja, membuat Kanaya keheranan, "Apa maksud nya ini?" tanya Kanaya, heranan.

"Silah kan dilihat," ucap Rey, santai.

Kanaya mengambil kertas itu, dan membaca nya, betapa terkejutnya Kanaya, melihat tagihan dari bengekel, dengan nominal hampir tiga puluh juta. Kanaya menatap Rey, "Lalu, apa hubungan semua ini dengan Saya," ucap Kanaya, pura-pura tidak mengerti.

"Ayolah, Kamu jangan pura-pura bodoh, bukankah waktu itu kamu meminta saya bertanggung jawab, dengan kerusakan mobilmu, jadi sekarang saya akan memberikan ganti rugi, dan kamu juga harus mengganti rugi kerusakan mobil saya." ujar Rey, penuh ketegasan.

Kanaya syok mendengar ucapan Rey, Kanaya begitu kesal, dia merasa telah dobodohi, jika tau begini, Kanaya lebih baik tidak menyetujui ajakan Rey untuk bertemu, "apa-apaan ini,! anda ingin memeras saya?"ucap Kanaya penuh emosi

"Ya sudah, kalau kamu tidak mau bertanggung jawab, saya akan melaporkan Insiden ini kekantor Polisi, saya sudah memiliki bukti dari rekaman CCTV yang berada di mobil saya, kamu tidak bisa menyala, karena memang semua ini kesalahan kamu,! kamu berbelok tapi tidak menyalakan lampu SEN," saut Rey santai.

Kanaya yang Mendengar hal itu, sontak menarik nafas dalam, jika sampai laki-laki yang berada didepannya melaporkan kejadian ini, sudah pasti Kanaya yang bersalah, karena memang semua ini karna kelalaiannya. Kanaya yang masih dalam suasana hati belum stabil dan malas berdebat, mengiyakan permintaan Rey, "Ya sudah, Mana nomor Rekeningmu, saya akan mentransfer biyaya perbaikan mobilmu, bukan karena saya merasa bersalah, Anggaplah saya bersedekah!"

Mendengar hal itu Rey mengerutkan kening, ucapan Kanaya membuat Rey merasa direndahkan,"Kamu pikir saya tidak mampu membetulkan mobil saya sendiri, Bukankah sudah jelas, kamu yang bersalah! Mengapa jadi seolah saya yang bersalah," Saut Rey kesal.

Kanaya yang malas meladi Rey, hanya diam tak merespon, lalu tak lama Kanaya berucap kembali "Sudahlah tidak usah basa-basi, saya tidak ada waktu untuk berdebat dengan kamu, sekarang Mana nomor rekening mu, saya harus pergi."

"Sudah tidak usah, Anggaplah saya bersedekah dengan wanita menyedihkan sepertimu, mengendarai mobil tidak mematuhi rambu lalu lintas, hobi menangis! dasar wanita barbar," sindir Rey.

Mendengar sindiran Rey, sontak membuat Kanaya naik pitam, dia menggebrak meja dan berdiri dari duduknya, "Eh jangan mentang-mentang kamu Abdi Negara! saya takut ya, Kamu pikir saya tidak mampu mengganti biyaya kerusakan mobil kamu? bahkan untuk membeli mobilmu pun saya mampu ," teriak Kanaya.

Rey menatap sekeliling, melihat sudah banyak orang menatap mereka penuh tanya, Rey meletakkan uang di atas meja, dan segera menarik Kanaya keluar, "Bisa tidak, kalau bicara itu pelan-pelan jangan berteriak, kamu itu wanita tapi seperti wanita jadi-jadian, harus kamu tahu, ini bukan dihutan!" seru Rey, setelah mereka berada di luar.

"Itu sih urusan saya, mau saya wanita jadi-jadian mau saya seperti orang hutan, atau apalah, itu tidak ada urusannya dengan kamu, jika kamu tidak memiliki hal penting lagi, maka Biarkan saya pergi," ucap Kanaya, lalu melangkah pergi menuju mobilnya dan meninggalkan Rey, yang masih terpaku menatap dirinya .

"Dasar wanita barbar" grutu Rei, sembari memandang mobil Kanaya yang berlalu pergi dari hadapannya.

Di dalam mobil Kanaya menggerutu kesal, dasar Abdi Negara, dimana-mana memang menyebalkan, sudah tidak mau bertanggung jawab," belum Hilang Rasa kesel Kanaya, ponselnya berdering menampilkan nama sang Mama disana, Kanaya menggeser tombol hijau di layar ponselnya, ('Halo Ma)' sapa Kanaya.

"Halo Nay, Kamu sudah di mana? Jangan pulang malam-malam ya! malam ini Tante Sarah, Om Adit serta Rey akan datang ke rumah," ucap Mama Amy, membuat Kanaya semakin kesal, karena kembali mendengar nama Ray, laki-laki yang begitu mengesalkan dan menyebalkan untuknya.

"Kenapa Mama nggak bilang dari tadi sih? dadakan begini lagi!" ucap Kanya penuh kekesalan.

"Tadi Mama ingin memberitahu kamu, hanya saja Mama lupa," ujar Mama Amy.

Kanaya mendesis mendengar ucapan mamanya, "Lagi pula kebetulan hari ini Rey masih cuti, jadi Tante Sarah memutuskan malam ini untuk datang kerumah kita," tambah Mama Amy.

"Ya sudah deh, Naya segera pulang," Saut Kanaya, lalu memutuskan sambungan telepon itu, Kanaya menggerutu, dia begitu kesal, mendengar nama Rey, semoga saja Rey yang dimaksud Mamanya, bukan Rey yang sama, yang tadi ditemuinya, jika saja hal itu sampai benar terjadi, Kanaya, tidak akan pernah menerima Perjodohan ini, dia tidak akan pernah Sudi, jika harus menjalin hubungan kembali dengan orang yang berprofesi sebagai Abdi Negara.

Pukul 08.00 malam keluarga Rey telah tiba di kediaman Mahardika, Papa amar dan mama Amy menyambut keluarga Rey, hangat. di sana sudah ada Anita dan suaminya.

Mereka pun dipersilahkan masuk kedalam rumah tersebut, baru saja Rey masuk, dia sudah disuguhi figura foto keluarga yang cukup besar, difoto tersebut terdiri dari empat orang di mana terdapat Om Amar, Tante Amy, Kak Anita dan satu orang lagi, yang baru tadi siang bertemu dengan dirinya. Rey menatap figura foto itu, dia berharap jika wanita yang ada didalam foto itu bukanlah wanita yang sama, yang tadi siang bertemu dirinya.

"Oh ya Jeng Amy, perempuan difoto itu Kanaya ya?" tanya Mama Sarah, yang seolah mengerti dengan apa yang sedang dipikirkan putranya.

"Ah iya, itu Kanaya, Tunggu sebentar ya Sebentar lagi dia turun." jawab Mama Amy. Rey menahan gemuruh didadanya, Rey merasa menyesal, karna tidak mengetahui nama wanita bar-bar yang tadi siang ditemuinya.

Kanaya berjalan turun, didampingi sang kakak. Rey menatap kearah Kanaya dengan raut wajah terkejut. Sampai dibawah, Kanaya menyapa om Adit dan juga tante Sarah, lalu Kanaya duduk ditengah-tengah orang tua nya, Kanaya belum sadar, jika ada Rey yang menatap dirinya dengang raut muka syok, "wah, cantik nya calon mantu ku," puji Mama Sarah.

"Tante bisa aja," ujar Kanaya singkat, Kanaya sebetulnya malas berbasa-basi, jika Kanaya tahu malam ini om Adit dan tante Sarah akan datang kerumahanya, sudah pasti Kanaya tidak akan mengajukan cuti lagi.

"Oh ya Nay, perkenalkan, ini Reynaldi, putra semata wayang kami," ucap Tante Sarah, Kanaya menatap kearah Rey, betepa terkejutnya Kanaya, tenyata dugaan nya selama ini benar, laki-laki yang bernama Rey itu, laki-laki yang sama, dengan yang Kanaya temui.

Setelah makan malam, Kanaya dan Rey meminta izin, untuk berbicara diluar. "gila, mimpi apa saya, harus dijodohkan dengan Abdi Negara yang menyebalkan seperti kamu," ujar Kanaya, setelah mereka berada ditaman rumahnya.

"Kamu kira, saya juga mau! dijodohkan dengan wanita bar-bar seperti kamu, kalau saya tau, wanita yang akan dijodohkan dengan saya itu kamu, sudah pasti saya akan menolak," timpal Rey, dengan raut wajah dingin.

"Hei, kamu jangan kepedan ya, saya menerima perjodohan ini, itu karena orang tua saya!, jadi sekarang lebih baik, kita batal kan perjodohan ini," ujar Kanaya.

"Ya sudah, sekarang silahkan masuk kedalam, dan katakan kepada mereka, jika kamu ingin membatalkan perjodohan ini, karna saya tidak bisa, saya tidak mungkin membuat papa saya masuk rumah sakit, jadi, silahkan kamu masuk kedalam," ucap Rey santai dengan wajah datarnya.

Kanaya yang sudah dalam keadaan kesal, berdiri dihadapan Rey, "Baik, saya akan masuk kedalam, dan membatalkan perjodohan ini."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Murni Zainuddin i
oh , bang Reynaldi dn Naya seperti tom Jery
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status