Home / Romansa / Terapi Hasrat Dokter Bagas / Bab 4 — "Saya Kesepian, Dok."

Share

Bab 4 — "Saya Kesepian, Dok."

Author: Dark_Pen
last update Huling Na-update: 2025-10-16 09:25:18

“Saya kesepian, Dok.” Kalimat itu keluar begitu pelan dari mulutnya.

Clara kembali mendongak—duduk dengan postur sempurna, tapi kedua tangannya saling menggenggam erat di pangkuan.

Ada getar halus di jemarinya yang Bagas tangkap sekilas.

Bagas diam sejenak. Lalu ia kembali tersenyum menunjukkan sisi profesionalitas-nya. “Jadi, begitu ya, Bu?”

Bagas menarik nafas pelan. “Apa ibu baru saja kehilangan seseorang?” tanyanya kembali.

Clara menggeleng pelan. “Saya tidak kehilangan siapa-siapa, Dok. Saya hanya kehilangan diri saya sebagai seorang istri,” katanya pelan dengan wajah ditekuk.

Bibirnya nampak bergetar saat ingin melanjutkan kata-katanya.

“Saya tinggal bersama suami saya, Dok. Tapi… rasanya seperti tinggal bersama orang asing.”

Bagas menatapnya sejenak, lalu menulis beberapa catatan kecil di bukunya.

“Sudah berapa lama ibu merasa seperti itu?” tanya Bagas kembali.

“Mungkin… dua tahun, Dok.”

“Apa ibu sudah mencoba berbicara dengan suami ibu tentang hal ini?”

Clara tertawa kecil, namun getir. “Apa yang harus saya bicarakan, Dok? Alasannya selalu sama saat saya minta untuk di sentuh. Capek. Letih. Ngantuk. Hanya itu dan itu saja Dok alasannya.” Matanya mulai berkaca-kaca.

“Begitu ya, Bu?” Bagas menghela nafas berat sambil kembali menulis beberapa catatan kecil di bukunya.

“Dan sekarang… dia malah jarang pulang, Dok. Alasannya lembur, pekerjaan mendadak di luar kota. Tapi saya tau, Dok. Dia… mempunyai wanita lain di luar sana.”

Akhirnya setitik air matanya terjatuh membasahi pipi. Dia buru-buru menyeka dengan punggung tangannya.

“Maaf, Dok.”

“Tidak perlu minta maaf, Bu Clara.”

Suara Bagas terdengar tenang, seperti sedang menenangkan pasien yang baru saja membuka luka lamanya.

“Menangis itu wajar. Kadang, dengan menangis saja, sebagian beban bisa keluar.”

Clara mengangguk pelan, tapi suaranya bergetar saat berbicara.

“Saya tidak tahu kenapa, Dok… rasanya seperti saya hidup di rumah yang dingin. Saya bangun setiap pagi untuk menyiapkan sarapan, tapi tidak ada siapa pun yang memakannya. Saya berdandan, tapi tidak ada yang melihat saya. Saya… sudah tidak tahu lagi harus jadi apa supaya dianggap.”

Ruangan hening sejenak, hanya menyisakan suara detak jam dinding dan suara Clara yang terisak pelan.

Beberapa saat kemudian, Clara mendongak. Untuk sesaat pandangannya dan Bagas bertemu.

“Apa… apa saya tidak terlihat menarik lagi, Dok? hingga suami saya tidak lagi menyentuh saya dan memilih menyentuh wanita lain?” tanyanya pelan.

Bagas tidak langsung menjawab, ia membiarkan pandangannya sedikit lebih lama bertatapan dengan Clara. Mereka saling bertatapan dan sama-sama diam.

Anda akan menyembuhkan mereka dengan cara yang berbeda.

Tiba-tiba suara Renata kembali terngiang di kepala Bagas.

Ingat, Dok. Tidak ada batasan dalam metode penyembuhan disini.

Suara Renata seolah bermain di kepala Bagas. Akhirnya ia menurunkan pandangannya.

“Bukan begitu, Bu Clara. Alasannya bukan karena anda tidak menarik lagi.” Bagas masih berusaha bersikap profesional.

“Kehilangan keintiman dalam hubungan tidak selalu berarti kehilangan nilai diri,” lanjut Bagas.

“Terkadang masalahnya bukan pada siapa yang kita peluk, melainkan pada apa yang kita pikirkan tentang diri kita sendiri.”

Setelah mendengar jawaban dari Bagas, Clara menatapnya cukup lama. Ia tiba-tiba bangkit, mendekati Bagas dan duduk di sebelahnya. Tatapannya terlihat berbeda.

“Jadi… menurut Dokter, saya masih menarik?” tanyanya pelan sambil memegang paha Bagas.

Bagas terkejut.

“Dok…” Clara kembali berbisik pelan. Tangannya bergerak lembut di atas paha Bagas. Wajahnya begitu dekat hingga Bagas dapat mendengar nafas Clara yang mulai tidak beraturan.

“Saya ingin disentuh, Dok. Saya ingin merasa menjadi wanita kembali.”

Bagas menelan ludahnya. Ia masih berusaha mempertahankan logikanya. Walau kini hasrat yang terkubur di dalam dirinya perlahan mulai bangkit.

“Maaf, Bu Clara. Saya rasa ini sudah berlebihan.”

Clara menggeleng pelan, ia semakin mendekat hingga kini lengan mereka berdua bersentuhan.

“Saya hanya menginginkan itu, Dok. Tolong buat saya kembali merasa menjadi wanita seutuhnya.”

“Tapi, Bu. Bukan begini—”

Suara Bagas tertahan saat Clara memegang pipinya.

“Dok. Lihat saya,” lirihnya lagi.

Bagas menoleh, wajah mereka kini begitu dekat hanya berjarak satu desahan nafas saja. Ia berusaha tenang, namun gelora di dalam jiwanya mulai memberontak.

“Dok…” Clara kembali berbisik. Tangannya kini lebih berani mulai memegang area paha hingga Bagas merasakan sentuhan di area kejantanannya.

“Cukup, Bu Clara.”

Bagas bangkit. Sisi profesionalitas-nya kembali ia tunjukan di balik gelora yang semakin mendesak keluar.

“Kenapa, Dok? Apa saya kurang menarik?” Clara bangkit sambil melepas outer biru muda yang membalut tubuhnya.

Tanpa lapisan itu, lekuk tubuhnya terlihat jelas di balik kemeja ketat yang menonjolkan dua gundukan sempurna di bawah lehernya.

“Saya hanya ingin merasa jadi perempuan seutuhnya,” bisiknya, menatap Bagas tanpa berkedip.

Bagas membeku—mencoba memisahkan antara logika dan hasratnya. Jantungnya berdebar hebat saat Clara kini berjalan mendekat.

“Dok. Saya hanya ingin kehangatan.”

Clara melingkarkan tangannya di leher Bagas. Tatapannya seolah menelanjangi Bagas dan menantang gelora di dalam dirinya.

“Tolong, Dok,” lirihnya kembali.

Wajah mereka semakin dekat, sangat dekat—hingga bibir mereka berdua bersentuhan. Nafas yang tidak teratur mulai beradu, dua hasrat yang ingin dilepaskan mulai terlihat.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terapi Hasrat Dokter Bagas   Bab 83 — Menang Mutlak

    Setelah Helena pergi, Tania hanya duduk diam di dalam, di atas sofa. Kata-kata Helena tadi masih terngiang begitu jelas di kepalanya.“Tidak mungkin Yanuar sejahat itu,” gumamnya.Tania masih ragu. Ia belum sepenuhnya percaya dengan semua ini. Meski Helena sudah memberikan bukti yang sangat valid, namun Tania yang sudah dibutakan oleh Yanuar masih saja berusaha mengelak.Namun, di saat ia sedang larut dalam lamunannya, tiba-tiba ponselnya berdering. Ia buru-buru bangkit dan melihat siapa yang menelepon.Alisnya langsung terangkat rendah, keningnya mengkerut. Ia melihat nomor asing menelepon dirinya.Tania sedikit ragu untuk menekan tombol hijau di layar, namun ia juga penasaran.“Halo?”Akhirnya Tania mengangkatnya.“Halo, Tania.”“Hah, ka-kamu?”Tania terkejut, itu suara Helena—wanita yang sepuluh menit lalu masih berada di dalam apartemennya.“Kenapa terkejut begitu?” tanya Helena pelan. Terdengar suara tawa kecilnya yang membuat Tania sedikit geram.“Biar kutebak, kamu pasti sedang

  • Terapi Hasrat Dokter Bagas   Bab 82 — Helena Berhasil

    Meski ragu, Tania akhirnya mempersilakan Helena masuk ke dalam.“Silakan duduk,” kata Tania pelan.Helena tersenyum, ia langsung duduk di sofa besar yang terasa cukup empuk. Ia meletakkan tas kecilnya di atas meja, lalu dengan gerakan elegan menyilangkan kaki dan duduk tenang sambil menatap Tania.Entah mengapa, Tania tampak begitu gugup. Aura dominasi Helena benar-benar menguar.“Sebentar, saya buatkan minum dulu.”Tania hendak bangkit, namun suara lembut Helena menghentikannya.“Tidak usah, tidak perlu repot-repot.”Helena kembali tersenyum dengan sorot mata yang sangat sulit diartikan.“Saya hanya sebentar di sini, tidak lama,” katanya lagi.Tania akhirnya duduk kembali, merapikan dasternya yang sedikit tersingkap.“Ja-jadi, ada apa ya, Bu Helena?” Tania benar-benar tampak gugup.“Tidak usah gugup seperti itu, Tania. Santai saja.”Helena menatap Tania dengan tatapan yang benar-benar membuat Tania merasa terintimidasi.“Ada beberapa hal yang saya ingin bicarakan,” lanjut Helena. Ia

  • Terapi Hasrat Dokter Bagas   Bab 81 — Apartemen Tania

    Sementara Helena, ia terus saja mengikuti Bagas hingga ke dalam ruangannya. Bagas mendengus kesal, ini cukup mengganggu baginya.“Kenapa kamu harus ke sini, sih? Kalau memang ada perlu, kan kita bisa bicara nanti,” kata Bagas sambil duduk di balik meja kerjanya.Helena tersenyum, ia ikut bersandar di meja sambil tangannya melingkar di leher Bagas.“Aku kangen,” katanya manja.“Iya, tapi kan bisa nanti saja. Aku ada pasien hari ini.”“Hmm!”Helena menghela napas berat, ia menarik tangannya. Wajahnya langsung murung dan cemberut.Bagas menarik napas dalam-dalam, ia mengusap wajahnya kasar. Ia bangkit dan memegang pipi Helena.“Helena, nanti kita bicarakan, ya? Ini di klinik, loh. Apalagi sebentar lagi aku ada pasien.”Bagas dengan lembut mengelus pipi wanita itu. Ia juga mengecup bibirnya pelan. Hingga akhirnya Helena kembali tersenyum dengan pipi yang merona.“Ya udah.”Akhirnya Helena mengalah.“Nanti malam kita ketemu, ya. Ada sesuatu yang penting yang mau aku bicarakan. Tentang Yanu

  • Terapi Hasrat Dokter Bagas   Bab 80 — Mulai Dilema

    Sinar matahari pagi menyelinap masuk melalui celah-celah ventilasi kontrakan sederhana itu, menyapu wajah Bagas yang masih terlelap. Ia mengerjap pelan, tangannya secara refleks meraba sisi tempat tidur, namun ia hanya menemukan sprei yang sudah dingin.Bagas segera membuka mata sepenuhnya dan mencium aroma harum nasi goreng serta bawang putih yang digoreng, memenuhi ruangan sempit tersebut. Ia menoleh ke arah dapur kecil dan mendapati Mayra sudah rapi mengenakan pakaian santai, rambutnya dicepol asal-asalan, sedang sibuk di depan kompor.Bagas bangkit, hanya mengenakan celana panjangnya yang sempat berserakan semalam. Ia berjalan tanpa suara dan tiba-tiba melingkarkan lengannya di pinggang Mayra dari belakang."Ehh! Dok, udah bangun?" Mayra tersentak kecil, namun sedetik kemudian ia menyandarkan kepalanya di bahu Bagas dengan senyum malu-malu.“Jangan panggil Dok, kita tidak sedang di klinik,” jawab Bagas sambil mempererat pelukannya.Mayra hanya tersenyum lembut, ia mengangguk pelan

  • Terapi Hasrat Dokter Bagas   Bab 79 — Gairah di Kamar Mandi

    Setelah badai gairah yang meluap-luap itu mereda, keheningan yang damai menyelimuti kamar kontrakan sempit tersebut. Bagas tidak segera beranjak, ia menarik tubuh mungil Mayra ke dalam pelukannya, menyelimuti mereka berdua dengan kain sprei tipis yang masih tersisa di atas ranjang.Mayra menyandarkan kepalanya di dada bidang Bagas, mendengarkan detak jantung pria itu yang perlahan mulai kembali normal. Aroma maskulin yang bercampur dengan sisa-sisa pergumulan mereka membuat Mayra merasa begitu aman. Tanpa sadar, rasa lelah yang luar biasa setelah pertama kali merasakan pengalaman tersebut membuat kelopak matanya terasa berat.Bagas pun demikian. Ia mengelus lembut rambut Mayra yang masih sedikit basah oleh keringat, hingga akhirnya napas keduanya menjadi teratur. Mereka terlelap dalam pelukan hangat, seolah dunia di luar sana berhenti berputar hanya untuk mereka berdua.Hening malam di tempat itu sempat terganggu oleh suara kucing yang melompat di atas atap seng, membuat Bagas perlaha

  • Terapi Hasrat Dokter Bagas   Bab 78 — Gelora Indah Bersama Mayra

    Bagas terdiam sejenak, membiarkan matanya menjelajahi setiap inci kemolekan alami yang terpampang di depannya. Mayra, dengan wajah yang sudah merah padam hingga ke telinga, mencoba menutupi dadanya dengan tangan yang gemetar. Namun, Bagas dengan lembut meraih tangan itu, mengecup telapak tangannya, dan meletakkannya kembali di sisi tubuhnya."Jangan disembunyikan, Mayra... Kamu sangat sempurna," bisik Bagas dengan suara yang serak dan berat.Mayra tersenyum dengan pipi yang merona. Ia sendiri bingung apa yang ia rasakan kini. Ada rasa malu, senang, sedih. Semuanya bercampur aduk menjadi satu.Bagas kemudian mulai melepaskan pakaiannya sendiri satu per satu dengan gerakan yang sangat tenang, seolah ingin memberi waktu bagi Mayra untuk mempersiapkan diri. Ketika kemeja dan celana Bagas akhirnya terlepas sepenuhnya, mata Mayra yang semula sayu mendadak melebar sempurna.Ia terkesiap, napasnya seolah tertahan di kerongkongan. Pandangannya terpaku pada kejantanan Bagas yang kini berdiri te

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status