Share

BAB 6 Kembali Bertemu

*Lima tahun kemudian*

Varisha melangkah dengan hati-hati melintasi koridor yang tenang menuju ruangan Ganendra. Dalam genggaman tangannya, dia membawa dua gelas kopi yang masih mengepulkan uap harum. Ruangan itu, biasanya penuh dengan keramaian dan suara rapat, sekarang tampak tenang dan terkesan lebih eksklusif. Terkadang, Ganendra suka beristirahat sejenak di sini, menjauh dari hiruk-pikuk bisnisnya.

Varisha telah bekerja sebagai sekretaris pribadi Ganendra selama hampir dua tahun sejak dia lulus kuliah dan memulai karirnya. Ganendra adalah seorang pengusaha sukses dan CEO HW Group, sebuah perusahaan teknologi terkemuka yang menguasai pasar dengan inovasi terbaru. Baginya, bekerja di perusahaan ini adalah kesempatan besar, meskipun kadang-kadang pekerjaannya bisa menjadi sangat menuntut.

Ketika Varisha memasuki ruangan, dia melihat seorang pria duduk di sofa kulit berwarna krim. Pria itu, yang membelakangi pintu masuk, tampak sangat keren dalam setelan jasnya yang mahal. Rambutnya yang hitam teratur, dan posturnya yang tegap menandakan seseorang yang berwibawa. Pria itu tampak begitu fokus pada percakapan yang sedang berlangsung dengan Ganendra sehingga dia belum menyadari kedatangan Varisha.

Dalam keraguannya, Varisha berjalan dengan perlahan menuju meja Ganendra. Dengan hati-hati, dia meletakkan dua gelas kopi di hadapannya tanpa menimbulkan suara berisik. Namun, ketika dia melirik ke samping, rasa kaget melanda seketika.

Di kursi di sebelah Ganendra, duduk seorang pria yang terlihat begitu akrab baginya. Pria itu tampak sangat berbeda dari kenangan Varisha tentangnya, tetapi dia masih bisa merasakan denyut jantungnya yang berdetak cepat. Pikirannya berkecamuk dalam kebingungan dan ketidakpastian.

Sebelum Varisha bisa merenung lebih dalam, Ganendra membuka suara dengan ramah, "Terima kasih, Varisha.”

Varisha terdiam di tempatnya. Matanya tetap terpaku pada pria di sebelah Ganendra yang kini sedang memeriksa dokumen di depannya

Ganendra akhirnya membuka suara lagi, memecahkan keheningan yang tidak nyaman. "Ah, Varisha, ini Arshaka, teman lama saya. Arshaka, ini Varisha, sekretaris pribadi saya."

Namun, Varisha tidak mendengarkan dengan seksama. Tubuhnya terus gemetar, dan matanya terpaku pada sosok yang dulu pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya. Bagian yang ingin dia tinggalkan jauh di belakang.

"Varisha," Ganendra mencoba memanggilnya lagi dengan lembut.

Ganendra mencoba untuk meredakan ketegangan di ruangan itu, "Varisha, apa kamu baik-baik saja? Kamu tampak pucat. Mungkin kamu perlu beristirahat."

Varisha tersadar dari lamunannya dan berusaha tersenyum meskipun dengan gugup. "Oh, maaf, Pak. Saya baik-baik saja. Ini hanya..." dia terdiam sejenak, mencari kata yang tepat. "Hanya kelelahan biasa, Pak."

Arshaka mengangkat kepala dan matanya secara tidak sengaja bertemu dengan Varisha. Tidak ada ekspresi di wajahnya yang tegas dan serius. Dia tampak tak mengenali Varisha, dan itu mungkin merupakan hal terbaik yang bisa terjadi dalam situasi ini.

Varisha tiba-tiba tersadar. Dia segera meletakkan gelas kopi kedua di hadapan Arshaka, tetapi karena tangannya yang masih gemetar kopi itu akhirnya tumpah dan mengenai ujung sepatu Arshaka. 

"Maafkan saya!" Varisha berkata dengan gemetar, segera mengambil beberapa tisu yang ada di meja dan segera membersihkan air tumpahan kopi tersebut. Varisha juga membersihkan ujung sepatu Arshaka dengan hati-hati.

Arshaka yang insiden itu dari sudut matanya, hanya menatap Varisha tanpa ekspresi. Dia tampaknya tidak memiliki niat untuk membantu membersihkan tumpahan kopi atau bahkan memberikan sedikit simpati.

Varisha merasa makin gugup. Dia ingin segera keluar dari situasi yang sangat tidak nyaman ini. "Saya... Saya akan pergi sekarang, Pak. Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini."

Ganendra yang menyadari kebingungan dan kepanikan di wajah Varisha, mengangguk paham. "Tentu, Varisha. Kamu bisa istirahat sejenak kalau perlu.”

Dengan tergesa-gesa, Varisha meninggalkan ruangan itu tanpa menatap lagi ke arah Arshaka. Dia merasa napasnya kembali normal saat dia keluar dari ruangan dan menghirup udara segar di luar.

Di dalam, Ganendra dan Arshaka melanjutkan pembahasan bisnis mereka seolah-olah insiden tumpahan kopi tadi sama sekali tidak terjadi. Ganendra sepertinya tidak menyadari ketidaknyamanan yang telah dialami Varisha dalam ruangan tersebut.

Sementara itu, Varisha duduk di ruangannya sendiri, mencoba meredakan ketegangan yang masih terasa di tubuhnya. Dia merenung sejenak tentang pertemuan tiba-tiba dengan Arshaka. Sudah empat tahun sejak mereka terakhir kali bertemu, dan dia berharap untuk tidak pernah melihat wajahnya lagi. Tapi takdir sepertinya memiliki rencana lain.

Varisha tahu bahwa dia harus tetap profesional dalam pekerjaannya sebagai sekretaris Ganendra. Meskipun dia masih merasa ketakutan dan cemas, dia tidak bisa membiarkan masa lalunya mengganggu karirnya yang baru.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status