Share

Chapter 2

last update Last Updated: 2023-07-30 21:47:43

Setelah selesain mengurus persiapan hidangan untuk acara pesta mereka melanjutkan perjalanan ke Villa. Dalam perjalanan menuju Villa Rio hanya terdiam. Perasaannya sudah tidak karuan. Namun dalam hatinya dia bersumpah untuk mendapatkan Inara dengan cara apapun dan merebutnya dari Arga.

Berhari hari mempersiapkan pesta, hari dimana telah ditunggu tunggu Hesti tiba. Pesta yang sangat mewah dihadiri tamu tamu pilihan dan juga teman teman Hesti dan Inara di masa sekolah dan kuliah yang rata rata dari kaum borjuis.

Inara bersiap siap akan berangkat ke Villa di daerah puncak tempat pesta itu diadakan.

"Ma Pa Inara hari ini mau ke acara Hesti di puncak, mungkin sampai malam nanti aku disana, sekalian bantu bantu Hesti disana."

"Puncak itu lumayan jauh Inara, papa kawatir kalo kamu berangkat sendiri, kamu harus mendapat pengawalan biar ajudan papa mengawal kamu apalagi acaranya sampai malam," papa Inara yang khawatir memintanya untuk pergi bersama ajudan.

"Gak papa kok pah, santai aja, aku gak enak papa kalau harus dikawal serasa gak bebas aja, masak acara pesta nanti aku dibuntutin sama ajudan papa, biar Inara pergi sendiri ya."

"Puncak itu jauh nak, tapi ya sudahlah kamu hati hati, tetap kamu kabari papa mama ya kalau sampai disana," Papa Inara yang sangat menyayangi putri satu satunya itu sangat merasa khawatir.

"Mama ikut ya Nara, perasaan mama kok gak enak ya kalau kamu pergi sendirian sampai malam, biar mama temenin ya Nak," mama Inara yang juga mulai mengkhawatirkan Inara meminta kepada Inara agar diperbolehkan untuk menemaninya.

"Ya ampun mama papa Inara sudah besar lo sudah biasa kemana mana sendiri, ini giliran Inara mau ke puncak yang cuma dua jam sampai sampai segininya kawatirnya, percaya Inara baik baik aja kok nanti Inara bakalan telpon mama papa deh video call."

Inara mencium tangan, pipi dan memeluk kedua orang tuanya setelah itu Inara berangkat.

"Pa perasaan mama tumben tumbenan ya gak enak banget kenapa ya Pa gak biasanya," kekhawatiran mama Inara ketika melihat putri kesayangannya pergi sendiri itu muncul. Perasaan seorang ibu yang merasakan putrinya itu akan mengalami sesuatu kejadian buruk memang sangat kuat.

"Papa juga begitu, kita doakan saja semoga tidak ada apa apa ma."

Dalam perjalan Inara mendapat telpon dari nomer yang tidak dikenal, segera Inara menjawabnya.

"Halo maaf ini dengan siapa ya?"

"Hai Ra aku Rio kamu berangkat ke pesta Hesti? kebetulan aku sendiri Nara kalau kamu gak keberatan kita bisa berangkat bareng," Rio menawarkan kepada Inara.

"Aduh maaf Rio aku sudah dijalan udah tiga puluh menit yang lalu aku berangkat, kamu sich gak dari tadi telponnya, ya sudah hati hati ya sampai jumpa disana."

Rio mendengar kata kata Inara tersenyum. Perasaan Rio tanpa disadarinya ternyata sangat dalam. Ini kesempatan untuk mendekati Inara yang tidak bersama Arga.

Sesampainya disana tamu tamu undangan sudah datang memenuhi pesta Hesti. Tampak mewah sekali pesta bernuansa outdor itu Inara segera turun dari mobil dan masuk kedalam bergabung bersama undangan yang lain.

"Hay Ra, kamu kok telat sich?"

"Hehe maaf Hes aku tadi ada sedikit kerjaan dan juga agak macet jalan kesini."

Inara nampak sangat menikmati pesta itu. Dia bertemu teman teman lamanya, bernostalgia mengingat masa masa mereka menuntut ilmu bersama. Tampak ada yang datang bersama pasangan, ada yang dalam keadaan hamil, ada juga yang datang bersama pasangan dan anak mereka.

"Seneng banget ya Hes, bisa kumpul kumpul kaya gini lagi, makasih lo Hes kamu udah bikin cara dengan tema reuni."

Disela sela Inara dan Hesti yang sedang menikmati pesta, Rio datang menghampiri membawa hadiah dan juga karangan bunga untuk Hesti.

"Selamat ulang tahun ya Hes, maaf aku datang telat nikh cari ini dulu."

"Hehehe gak papa kok, kamu datang aja seneng banget rasanya," jawab Hesti sambil tersipu malu.

"Aku tinggal kesana dulu ya sebentar, kamu santai aja disini, tu ditemenin Nara yang lagi ditinggal pasangannya heheheh," Hesti menggoda Inara dan Rio lalu Hesti pergi meninggalkan Rio dan Inara.

Mereka berdua terlihat canggung, hingga akhirnya ada teman Inara menghampiri Inara dan mereka ngobrol panjang hingga Rio pun terabaikan. Rio meninggalkan pesta itu, dia pergi menyendiri.

Waktu menunjukkan telah pukul 22:0 pesta telah selesai selesai, tinggal petugas yang sedang membersihkan sisa pesta. Inara yang merasa ini telah malam dia berpamitan kepada Hesti.

"Aku pulang juga Hes, dah malam ini."

"Ra ini udah malam, kamu bawa mobil sendiri, please Ra kamu tinggal disini nemenin aku ya, orang tuamu juga pasti setuju kok daripada kamu ada apa apa dijalan."

"Gimana ya, ya udahlah Hes aku hubungi mama papa dulu ya."

Inara menghubungi papa dan mamanya untuk meminta ijin bermalam bersama Hesti di Vilannya. Mereka berdua menghabiskan waktu untuk mengobrol berdua, berceruta sambil tertawa terbahak bahak hingga malam semakin larut.

"Yuk Istirahat besok pagi pagi kita jalan jalan Ra menikmati udara pagi disni mumpung disini kan, kamu pakek baju aku aja ya, kamu pasti gak bawa baju kan?"

Mereka menuju kamar untuk istirahat, disaat mereka pergi kekamar ada yang aneh tampak diluar ada mobil Rio yang masih terparkir.

"Rio masih ada disini Ra?"

"Kurang tahu juga Hes tadi waktu aku tinggal ngobrol dia pergi gitu aja gak tau kemana."

"Aneh tu orang, biarin aja lah mungkin dia masih nikmati suasana malam disini sebelum pulang, aku juga tadi gak perhatian sama dia karna sibuk sama tamu tamu, yuk kita tidur!"

Malam semakin sepi, Hesti dan Inara yang telah terlelap tidur dan kelelahan lupa tidak memperhatikan sekitar. Mereka tidak menyadari ada pintu yang belum terkunci setelah petugas keluar. Rio yang dari tadi menghabiskan waktu sendiri di taman dengan rokok dan minuman keras yang dia bawa berjalan sempoyongan masuk kedalam Villa, dalam keadaan mabuk berat dia merebahkan diri disofa depan.

Inara yang telah tertidur itu terbangun. Dia merasa tenggorokanya kering dan haus, dia mencoba mengabaikannya, namun rasa haus itu mengganggu tidurnya. Inara membuka pintu kamar, dan berjalan menuju dapur. Dia menoleh kearah jendela dan masih nampak mobil Rio yang sedang terparkir. Inara yang mengabaikan itu dan melanjutkan pergi ke dapur dan mengambil minum.

Rio yang dalam keadaan mabuk berat rupanya mendengar suara pintu terbuka, dengan langkah sempoyongan dia berjalan menuju dapur yang nampak terang. Disana dia melihat Inara sedang duduk sambil minum. Rio mendekati Inara dengan langkah yang berat karena dirinya sedang dalam pengaruh alkohol.

"Hai Inara, disini rupanya kamu sayangku,"

"Rio, bagaimana kamu bisa disini, Rio kamu mabuk mulutmu bau alkohol,"

"Hahahaha iya sayang aku mabuk, mabuk cinta karnamu mabuk berat, sini sayang Inara,"

Rio terus mendekati Inara yang beranjak dari tempat duduknya dan terus melangkah menjauh dari Rio, namun Inara bukan menuju jalan keluar dia malah terpojok disudut dapur. Rio yang yang terus mendekatinya berhasil mendekapnya, dengan terus meracau.

"Lepaskan Rio, apa apaan kamu Rio, sadar Rio apa yang kamu lakukan."

"Santai sayangku aku hanya ingin memelukmu, kamu tahu aku sangat menyukaimu Inara, hatiku sakit ketika kamu bersamanya, sekarang aku mendapatkanmu, aku mencintaimu Inara," Rio yang terus meracau dengan mendekap erat tubuh Inara.

"Lepaskan Rio, tolong, ,tooo...." teriakan Inara terputus karena dengan segera tangan Rio membekap mulut Inara.

"Jangan takut sayang aku hanya ingin memelukmu Inara, jangan teriak aku tidak ingi ada yang mengganggu malam berdua hanya denganmu Inaraku," Rio terus meracau sambil membekap Inara. Inara yang nampak ketakutan dengan perlakuan Rio dan dan dalam keadaan terbekap merasa dirinya kehilangan tenaga dan pingsan dalam pelukan Rio yang mabuk berat.

"Inara, sayangku, bangun," Rio nampak bingung melihat Inara pingsan dia mencoba menepuk nepuk Inara untuk membangunkannya namun Inara belum sadarkan diri. Rio yang tidak ingin ada yang melihat dirinya bersama Inara segera menggendong tubuh Inara dengan langkah yang masih sempoyongan dan membawanya ke kadalam kamar.

Rio membaringkan tubuh Inara diatas ranjang, namun akal sehatnya telah hilang karna pengaruh alkohol, segera dia mengunci kamar. Rio memandangi wajah Inara yang sangat cantik.

"Inara, akhirnya aku bisa sedekat ini denganmu sayang, kamu cantik sekali sayang," Rio memandanginya dan terus mencium Inara tanpa henti.

Melihat Inara yang belum sadarkan diri, hasrat ingin memiliki Inara seutuhnya pun muncul. Rio mulai melepaskan pakaian Inara yang masih belum sadar setelah melihat tubuh Indah Inara tak tertutup sehelai kain. Rio masih terus membelai tubuhnya.

"Inara aku bersumpah kamu akan aku dapatkan, dan aku miliki sayang."

Rio memulai menjarah tubuh Inara yang sedang terkulai tak sadarkan diri. Ciuman dan belaian itu mendarat ditubuh Inara tanpa henti semalaman. Hingga Rio yang puas meluapkan hasratnya mengecup kening Inara dan tidur memeluk erat Inara dengan tersenyum bahagia setelah melewati malam bersama wanita impiannya.

Inara yang mulai tersadar, membuka matanya, nampak jam dinding menunjukkan pukul 4 pagi. Inara terkejut mendapati Rio sedang memeluk tubuhnya dengan keadaan sama sama tanpa kain sehelai pun.

"Ya Tuhan apa yang sudah terjadi, ya Tuhan ampuni, apa yang telah aku lakukan," Inara terus membekap mulutnya dan menangisi kejadian yang telah menimpa dirinya.

"Rio, kenapa kamu tega Rio melakukan ini sama aku Rio."

Tanpa pikir panjang Inara segera memakai bajunya yang telah tercecer di bawah. Dia segera pergi menuju mobilnya, dan meninggalkan vila itu tanpa berpamitan kepada Hesti.

Inara yang merasakan lemas disekujur tubuhnya berusaha untuk mampu membawa mobilnya. Di sepanjang jalan Inara terus menangis terisak isak membayangkan apa yang selanjutnya terjadi setelah Rio menodainya. Hingga dia berhenti di sebuah rest area untuk mencuci wajahnya yang sembab karna air mata yang tak kunjung henti. Dia tidak ingin orang tuanya tau apa yang telah menimpanya.

Sementara itu Rio yang juga mulai tersadar, mencari Inara yang telah pergi meninggalkannya, dia langsung terbangun dan meninggalkan villa itu setelah memakai pakainnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
rio kebangetan banget sumpah
goodnovel comment avatar
Nur Wenda
............ Ya ampun , kasiannya Inara
goodnovel comment avatar
MAF_0808
eh mereka udah nananinu belum
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terbelenggu Dokter Tampan   Chapter 38

    "Aku benci kamu Inara, aku benci kamu." Dalam perjalanan Rio terus meracau, dia tidak hentinya mengungkapkan kekecewaannya kepada Inara. Hesti memanfaatkan keadaan ini dengan baik, dia tak ingin menyia nyiakannya. Mobilnya terus melaju menuju sebuah tempat penginapan. Dia ingin memanfaatkan keadaan Rio yang sedang tidak sadar ini dengan sebaik mungkin. Sesampainya di sebuah hotel, Hesti segera membawa Rio masuk kedalam kamar yang telah dipesannya. Hesti merebahakan tubuh Rio yang sedang tidak sadar diatas ranjang. Dia melepas seluruh baju pengantin yang masih menempel pada tubuh Rio. Disaat itulah Hesti mulai bertindak nekat, dia meraba seluruh badan Rio. "Sayang, lampiaskan seluruh luka hatimu kepadaku. Aku akan mengobatimu dan mulai saat ini aku akan mendapatkanmu seutuhnya."Hesti dengan agresif menyerang tubuh Rio yang masih dalam pengaruh alkohol. Dia mencium seluruh tubuh Rio, melumat habis bibirnya dan tak melewatkan satuapun bagian tubuh Rio. Hesti melepas seluruh bajunya hi

  • Terbelenggu Dokter Tampan   Chapter 37

    Penghulu dan juga papa Inara segera bersiap untuk melanjutkan akad nikah itu. Dari kejauhan nampak Hesti dan Arga yang tersenyum sengit dan bertatapan seakan tidak sabar menunggu sebuah pertunjukkan drama yang akan segera dimulai. Sementara Rio sudah duduk dihadapan papa Inara yang akan menjadi wali nikah untuk putrinya, Rio tertunduk tak menatap papa Inara yang ada dihadapannya. "Nak Rio bisa kita mulai kan?" Rio memgangkat kepalanya yang tertunduk, dia menoleh kearah Inara dan Rio hanya mengengguk kecil me jawab pertanyaan penghulu yang akan membimbing acara akad nikah itu. Penghulu pun memulai acara akad nikah antara Rio dan Inara, dua membaca sebuah doa sebelum ijab qabul itu diucapkan. Setelah itu penghulupun mempersilahkan papa Inara untuk melantunkan ijab qabul itu. "Saudara Rio, saya nikahkan dan kawinkan kau dengan putri saya Inara Darmawan binti Darmawan dengan mas kawin uang sebesar tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu dan seperangkat alat sholat dibayar tunai." Suara l

  • Terbelenggu Dokter Tampan   Chapter 36

    "Batal? apa yang batal maksudnya ma?" Celetuk Ayah Rio yang baru saja mendengar percakapan terakhir antara Rio dan mamanya. "Rio ingin membatalkan pernikahannya dengan Inara." "Apa apaan kamu Rio, kamu ini kenapa semalam kamu sudah menghilang tiba tiba dari acara malam midodaren sekarang kamu mau mebatalkan pernikahanmu dengan Inara, kamu ini kenapa Rio? sekarang juga kamu siap siap dan kita pergi kerumah Inara!" "Gak yah aku gak akan melanjutkan pernikahan ini sampai Inara memberikan bukti bahwa anak yang ada dalam kandungannya benar benar anak Rio." Pernyataan Rio membuat ayahnya semakin marah. Ayah Rio tak menerima alasan apapun yang disampaikan oleh putranya, dia tetap memaksa Rio untuk bersiap melanjutkan acara pernikahannya di pagi ini. "Kamu tau Rio sebagai lelaki yang bertanggung jawab apapun itu kami harus tetap melanjutkan pernikahanmu, tepati janjimu kepada Inara. Bagaimanapun kamu yang telah menodainya dan sekarang kamu malah berkelit mencari alasan untuk membatalkan

  • Terbelenggu Dokter Tampan   Chapter 35

    "Arga..bisa bisanya kamu menjatuhkan tuduhan seperti itu sama aku tega sekali Arga kamu setelah sekian tahun aku menjaga kesetiaanku hanya buat kamu, aku hamil bukan karena selingkuh tapi karena pelecehan yang dilakukan Rio asal kamu tahu itu. Papa percaya aku pa semua yang dikatakan Arga iti tidak benar dan fitnah." "Tapi kamu menikmatinya kan Inara sampai sampai kamu hamil, halah mengaku saja kamu Inara, aku sudah lama tau kelakuanmu yang gampang sekali terjerat rayuan laki laki, sudahlah mungkin karena Rio tahu tingkah aslimu makanya dia ragu kan karena bukan hanya dia yang menanamlan bibitnya dirahimu." Hujatan dan hinaan Arga tak kunjung henti hentinya, hingga amarah dan emosi Inara terpancing, dan,,Plaaaaaak!! "Tutup mulutmu, aku tidak mengira laki laki yang aku kenal selama ini bermulut busuk sepertimu Arga." Inara meluapkan amarahnya yang sudah tidak bisa dia tahan karena mendengar kata kata Arga yang semakin menjadi jadi. Bukannya berhenti namun Arga semakin semangat mengu

  • Terbelenggu Dokter Tampan   Chapter 34

    Dia terus mengulang ulang rekaman itu. Disaat dia memutar rekaman itu papa Inara yang mendengar keributan dari kamar putrinya dan segera.menuju kamar Inara. "Ada apa ini?" Tanya papa Inara dengan nada tinggi. "Kebetulan sekali papamu juga ada disini, aku akan putar sekali lagi perlngakuan dosamu ini." Rio segera.mengulang kembali memutar rekaman itu dengan wajah yang memerah karena terbakar api amarah. "Hentikan Rio cukup Rio, semua yang kamu dengar itu tidak benar Rio. Aku bersumpah ini anakmu Rio, hentikan Rio. Fitnah Rio itu semua fitnah aku tidak pernah berbicara seperti itu Rio." Tangisan Inara pecah memenuhi ruang kamarnya. Mama dan papa Inara hanya terdiam setelah mendengar rekaman yang diputar oleh Rio. Mereka tak tau lagi apa yang harua mereka katakan. "Saya memutuskan untuk membatalkan pernikahan ini. Kamu minta Arga menikahimu Inara, seperti yang kamu katakan Arga adalah ayah dari anakmu, aku sudah memintamu jujur tapi kamu, kamu malah marah dan masih berkelit. Bapak ib

  • Terbelenggu Dokter Tampan   Chapter 33

    Melihat Inara yang sudah mulai menunjukkan bahwa dirinya telah menerima Rio dan juga kehamilannya membuat kemarahan Hesti semakin memuncak. Hesti dengan licik merekam semua cerita Inara, dia mebawa rekaman itu kepada seorang teman. Meminta temannya untuk mengedit rekaman itu dan menjadikan sebuah cerita baru yang akan siap menghancurkan pernikahan Inara dan juga Rio. Rekaman baru telah Hesti dapatkan, dia menghubungi Arga dan menceritakan semua rencananya yang telah dia siapkan dengan rapi. Keesokan harinya tepat dua hari sebelum pernikahan Rio berlangsung, Hesti menelpon Rio dengan berpura pura mengucapkan selamat kepadanya dan mengatakan ingin menemuinnya. "Halo Rio, selamat ya akhirnya temenku yang satu ini menemukan pelabuhan hatinya. Oh iya bisa gak kita ketemh sebentar aja, aku pengen ngobrol bentar." "Ok Hes, kebetulan aku juga lagi diluar, kita ketemu dicafe biasanya ya." "Ok Rio sampai ketemu nanti, hati hati ya calon pengantin." Hesti sudah tidak sabar ingin menunjukka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status