Rio menyadari yang telah dilakukannya kepada Inara semalam pergi meninggalkan Villa dalam keadaan menyesal dan kebingungan.
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnn!! suara klakson bus, menyadarkan dirinya dari kebingungannya Rio langsung membanting setir dan menghentikan mobilnya di tepi jalan."Sial, bodoh sekali apa yang telah aku lakukan pada Inara," Rio menyalahkan dirinya sendiri sambil membenturkan kepalanya di setir. Dia mencoba menelpon Inara, namun telpon Inara sedang tidak aktif."Angkat Inara, angkat telponku aku mohon sayang angkat telponnya," sambil terus mencoba menghubungi Inara yang masih tidak bisa. Rio menyadari kesalahannya yang tak bisa mengendalikan hasratnya.Inara yang masih dalam keadaan terluka, dia dari tadi masih terdiam di toilet rest area, menangis tanpa henti menyadari kegadisannya telah hilang saat melihat di bagian pahanya terdapat bercak darah sisa kejadian semalam. Dalam keadaan emosi dan marah kepada Rio yang telah merenggut kegadisannya tanpa berpikir panjang memutuskan untuk melaporkan perbuatan Rio kepada pihak berwajib.Inara mencuci sekali lagi wajahnya yang telah sembab dan memerah karna air matanya yang mengucur tanpa henti. Dia pergi meninggalkan rest area, niatnya sudah bulat untuk melaporkan perbuatan Rio, walaupun dia tahu sebenarnya itu semua di lakukan karena Rio menyukai dirinya."Se se selamat pagi pak, saya saya mau melaporkan kejadian yang menimpa saya semalam," sambil menangis dan suara terbata bata Inara berusaha berbicara kepada petugas."Tenang dulu mbak, silahkan duduk ada yang bisa kami bantu, mbak kenapa, ini minum dulu mbak," petugas itu berusaha menenangkan Inara yang masih menangis."Mbak lanjutkan dulu menangisnya, mungkin itu bisa membuat mbak tenang dan bisa bercerita."Setelah Inara merasa tenang, dia berusaha bercerita."Saya Inara pak, semalam saya datang kepesta teman saya dan saya bermalam disana, namun ketika saya terbangun, saya dibekap oleh teman saya bernama Rio, lalu saya pinsan namun ketika saya terbangun saya menyadari kalo ternyata dia telah meniduri saya pak, ada bekas yang bisa saya jadikan bukti, silahkan bapak proses untuk memperkuat laporan saya, saya ingin bapak menangkapnya, penjarakan dia pak," dengan nada marah emosi dan tangisan yang tidak terhenti Inara bercerita.Petugas yang melihat keadaan Inara, segera memproses laporannya dan mengambil bukti bukti. Petugas yang meminta data lengkap Inara dan Rio sebagai pihak pelapor dan terlapor sangat terkejut mengetahui kalau yang sedang melaporkan kasus ini adalah putri seorang Wali kota. Namun Inara meminta petugas untuk tidak mempublikasikan laporannya dan memprosenya secara diam diam. Namun beda cerita dengan Rio yang ternyata seorang anak Direksi Utama disebuah rumah sakit besar itu, berita pelaporannya secara kilat terdengar di telinga awak media.Keesokan harinya, petugas yang telah memproses laporan Inara tentang yang diperbuat Rio segera mencari keberadaan Rio. Berita tentang Rio yang telah tersebar di media sosial secara kilat terdengar ditelinga Ayahnya. Rio yang sejak kejadian itu ternyata menghilang dan belum pulang kerumahnya dan juga tidak muncul di rumah sakit tempatnya bertugas.Ayah Rio sangat marah ketika petugas mendatangi rumahnya."Rioo, bisa bisanya kamu berbuat hal yang sangat memalukan seperti ini, apa yang telah merasuki otakmu Rio.""Bapak tenang saja, saya akan bertanggung jawab mencari anak saya, saya akan segera bawa dia kekantor bapak jika saya sudah bertemu dengan dia."Ayah Rio mencoba menghubungi Rio namun Rio tidak bisa dihubungi. Ayah Rio mencoba mencari tau tentang gadis yang telah dinodai oleh Rio, dan setelah mengetahui siapa yang dinodai putranya adalah seorang putri dari walikota."Ya Alloh Rio dimana otakmu Rio bisa bisanya kamu menodai anak pemimpin kota ini Rio, mau ditaruh mana muka Ayahmu ini Riooo, dokter apa kamu Rio bisa bisanya kamu menodai gadis yang tak bersalah, apa salah ayah ke kamu nak?" Ayah Rio terus menyesali perbuatan anaknya. Namun berbeda dengan mama Rio yang tidak bisa berbuat apa apa, mama Rio hanya menangis memikirkan yang telah di lakukan anaknya.Disaat ayah dan mamanya sedang menyesali perbuatan anaknya terdengar langkah kaki, ternyata itu Rio yang sedang memasuki rumah.Melihat anaknya pulang dengan emosi ayahnya menghampiri Rio, danPlaaakk!!!Tamparan keras melayang dipipi Rio, Rio yang menyadari kesalahannya hanya tertunduk diam."Berani kamu pulang setelah kamu membuang kotoran di muka ayah dan mamamu atas apa yang kamu lakukan dokter goblok," ayah Rio sangat marah."Ayah menjadikanmu dokter untuk menolong orang agar hidupmu bermanfaat tapi sekarang kamu menjadi binatang yang tidak bisa menguasai nafsumu sendiri dan merusak perempuan, kamu tau dia siapa Rio gadis yang telah kau rusak Riooooo, jawab Rio jangan diam saja."Rio hanya diam, membisu dan tertunduk dihadapan orang tuanya."Setan apa yang merasukimu Rio sehingga kamu berani meniduri anak pemimpin kota ini, gila kamu Rio, goblok kamu, kamu bukan hanya menghancurkannya tapi jiuga menghancurkan kita semua Rioooooo, ya Alloh Rioooooooo Astaughfirulloh Rio,"Rio yang dari tadi hanya diam, akhirnya dia bersuara."Ampun ayah, Rio khilaf, Rio tidak sadar ayah Rio mabuk, dan karena Rio sakit hati karena Inara yang aku sukai ternyata telah mempunyai tunangan, Rio akan bertanggung jawab ayah Rio akan menikahinya, Rio menyesal ayah, ampuni Rio," Rio bersujud kepada orang tuanya dengan air mata mengalir di pipinya."Gak segampang itu Rio gadis itu telah melaporkan perbuatanmu, petugas datang menjemputmu dan mencarimu, gak segampang itu Rio, jika dia menolakmu maka siaplah kamu bertanggung jawab di balik jeruji besi itu.""Hancur semua Rio, hilang semua Rio karena perbuatanmu yang kamu lakukan hanya satu malam itu."Sementara itu papa dan mama Inara yang telah mendengar kejadian yang menimpa putrinya sangat emosi, dia meminta pelakunya segera ditangkap. Bahkan bukan hanya menyerahkan kepada petugas, papa Inara meminta anak buahnya mencari keberadaan Rio."Saya tidak mau tahu, cari pemuda itu sampai dapat dan masukkan dia ke penjara!" dengan nada emosi Papa Inara meminta kepada anak buahnya mencari Rio.Inara yang sejak kejadian itu hanya mengurung diri dikamar, bahkan kemarin mamanya menemukan dia merendam tubuhnya seharian di bathup kamar mandi, dia yang telah merasa ternodai dengan hilangnya kegadisannya merasa sangat terpukul. Air matanya terus mengalir. Bahkan puluhan telpon dan pesan singkat yang masuk ke ponsel tidak dia gubris sama sekali. Inara hanya memikirkan tentang dirinya dan yang akan terjadi setelah itu.Keluarga Rio yang telah mereda emosinya, memutuskan untuk memberanikan diri datang ke rumah Inara, meminta maaf dan bersedia bertanggung jawab atas perbuatan putra mereka."Rio siapkan dirimu, kita kerumah Inara nanti malam, meminta maaf dan bertanggung jawab atas ulahmu, dan kamu juga harus siap dengan konsekuensinya apa pun itu keputusannya."Rio hanya pasrah terdiam dan menjawab perintah ayahnya dengan anggukan.Rio dan orang tuanya membulatkan keberaniannya memohon ampunan kepada Inara. Dengan berniat baik ingin bertanggung jawab atas semua yang dilakukan oleh Rio. Mereka berangkat menuju rumah Inara. Sesampai disana seperti biasa mereka harus melalui pemeriksaan ketat oleh penjaga dan pengawal ayah Inara. Keluarga Inara yang masih dirundung kesedihan karna yang telah dialami putrinya sempat menolak kedatangan tamu itu. Namun karena ayah Rio memohon kepada penjaga akhirnya papa Inara yang penasaran siapa tamu itu membolehkan mereka masuk "Silahkan masuk, harap tinggalkan identitas bapak disini." Setelah dipersilahkan masuk, mereka diantar kedalam rumah. Mengetahui ketatnya penjagaan rumah itu membuat papa dan mama Rio gemetar membayangkan nasib anaknya. "Ya Alloh Rio, semoga masih ada pengampunan untukmu, Ayah sudah tidak tahu lagi Rio, melihat seperti ini keluarga gadis yang telah kau ambil paksa kehormatannya Ayah sudah tidak bisa berbuat apa apa selain pasrah." Mama Rio hanya menangi
Ayah dan mama Rio pergi meninggalkan rumah Inara dengan sedikit lega karena papa Inara yang mulai membuka hatinya untuk permohonan maafnya. Mereka pulang membawa harapan bahwa putranya akan bisa keluar dari balik jeruji besi dan keluarga Inara menerima pertanggung jawaban putranya untuk menikahi Inara. Papa dan mama Inara hanya terdiam berdua ditengah malam, mereka yang tak dapat memejamkan matanya mencoba berdiskusi tentang tawaran keluarga Rio. "Gimana menurut mama, apa kita harus memutus hubungan Inara dan Arga, dan menerima Rio serta mengampuninnya?" "Mama gak tau pa, mama jadi kepikiran apa yang dikatakan ayah Rio, gimana kalo Arga tau dan malah meninggalkan Inara, atau dia tahu tapi terpaksa menerima Inara yang sudah ternoda dan malah nantinya menyia nyiakan Inara setelah mereka nikah, atau kemungkinan buruknya adalah Inara hamil tanpa suami." mama Inara menarik nafas panjang setelah menyampaikan itu semua."Gimana kalo menurut papa sendiri pa?" "Sama ma, papa ingin Rio dihu
"Sudah yakin mau mencabut laporanmu?" "Sudah Pa, aku tidak mau mengorbankan nama baik papa, bukan karena aku menerima maaf dan memberi ampunan pada laki laki itu." "Papa dan mama akan menemanimu mulai hari ini dan seterusnya papa dan mama tidak akan mengijinkanmu pergi sendi tanpa ada yang mendampingi."Mereka pergi untuk mencabut laporan, dalam perjalanan papa Inara menghubungi orang tua Rio dan mengabarkan bahwa Inara bersedia mencabut laporan dan tuntutannya kepada Rio. Hesti mencoba menghubungi Inara berkali kali dia mengkhawatirkan keadaan Inara yang pergi tanpa pamit saat di villa dan tanpa kabar, namun Inara hanya melihat ponsel nya yang berdering dan mengabaikannya. Inara masih trauma dengan kejadian malam itu, dia hanya diam dan tidak mau merespon semua panggilan dan pesan yang masuk bahkan dari Arga tunangannya. "Nara handphone mu dari tadi bunyi, kamu tidak mau jawab telponnya, siapa tau itu penting dari tempat kerjamu." "Biarkan saja ma, Nara masih belum siap untuk be
"Tentu saja saya simpati bu, sangat simpati bahkan, apa yang terjadi kepada Inara semua karena anak saya, saya uang semestinya tidak pantas meminta pengampunan apalagi sampai meminta membebaskan anak saya." "Jangan seperti itu bu, saya tau perasaan ibu kita sama sebagai orang tua tidak ingin melihat anaknya menderita, begitu juga dengan ibu, sudahlah apa yang terjadi tidak usah dibahas lagi, kita pikirkan saja apa yang harus kita lakukan selanjutnya yang tentunya terbaik untuk anak anak kita." Dalam hati mama Rio dia merasakan kekaguman kepada sikap bijaksana mama Inara yang menyikapi permasalahan sebesar ini dengan hati yang dingin. Ini membuat mama Rio menyadari mengapa anaknya bisa jatuh hati kepada Inara, mungkin bukan saja karena kecantikannya namun juga karena sifat baiknya yang diwariskan oleh mamanya. Tak berapa lama terdengar panggilan petugas untuk keluarga Rio dan Inara. Orang tua Rio dan Inara masuk ke dalam ruangan dan menandatangani surat pernyataan bahwa kedua belah
Tak terasa dua jam Rio tertidur, namun dia dibangunkan oleh suara dering telpon. Dalam keadaan masih mengantuk dan sedikit belum sadar sepenuhnya dia lihat handphonenya. Lagi lagi Hesti yang menelpon, dia yang sedang menghindari Hesti akhirnya dia menjawab juga panggilannya yang dulang ulang berkali kali. "Halo Hes, ada apa?" "Ya ampun Rio akhirnya kamu angkat juga telpon aku, pesan pesanku juga tidak ada satupun yang kamu balas hanya kamu baca saja, kamu kenapa sich?" "Maaf Hes aku lagi sibuk banget, o ya maaf aku gak sempat berpamitan waktu pulang dari Villa aku buru buru ada urusan." "Sesibuk itu ya sampai balas pesan pribadi aku dan jawab telponku aja kamu gak sempat." Mendengar kata kata keluhan yang keluar dari Hesti membuat Rio risih. "Wajib banget ya aku lapor semua aktifitasku ke kamu Hes, memang hubungan kita itu apa? dah ya Hes aku mandi dulu aku harus siap siap ke rumah sakit." Rio yang nampak kesal dengan sikap Hesti langsung mematikan telponnya. "Nyebelin banget
Sesampainya ditempat psikolog mereka harus menunggu karena ada beberapa klien, sampai tibalah saat panggilan untuk Rio. Rio yang ditemani Nasrul bertemu dengan psikolog itu dan segera menceritakan apa yang terjadi pada Inara. Dengan geram psikolog itu mendangar cerita Rio, namun dibalik itu dia juga bersimpati kepada Rio yang berani bertanggung jawab. Hampir satu jam mereka berdiskusi Rio membuat kesepakatan dengan psikolog itu apabila nantinya dia akan dipertemukan dengan Inara dengan membawanya kerumah Inara secara privat untuk proses pemulihannya. "Nas makasih banget ya kamu dah bantui aku, kamu emang temen aku yang baik dari dulu, kamu selalu ada buat ngebantu aku." "Ah bisa aja kamu, sama sama sekarang mumpung kamu masih libur kamu pakai kesempatan libur yang gak panjang ini buat fokua ke Inara, aku doakan semoga baik baik saja." "Ok Nas, kamu aku antar dulu balik ke rumah sakit buat ambil mobilmu habus itu aku mau langsung ke rumah Inara ketemu sama orang tuanya." "Gak usah
"Alhamdulillah akhirnya papa melihat senyummu kembali lagi nak." Rio yang belum berani menatap wajah Inara hanya tertunduk. Waktu telah menunjukkan pukul 22:00 Rio dan psikolog itu berpamitan pulang. Mama dan papa Inara mengucapkan terima kasih dan menunjukkan perasaan bahagianya setelah melihat perubahan Inara. Sebelum beranjak pergi psikolog yang bernama Rosyi itu mengatakan besok pagi dia akan datang lagi untuk melanjutkan terapinya, dia juga tidak lupa meberi pesan kepada Inara untuk tetap semangat. Mendengar pesan itu Inara hanya mengangguk dan tersenyum. Sesekali Rio memberanikan diri melirik ke arah Inara untuk menatapnya, dia lega kini wajah Inara yang muram sudah kembali seperti semula. Rio dan psikolog itu berjalan keluar untuk pulang, namun disaat langkah kaki Rio beranjak pergi dari rumah Inara, terdengar Inara memanggilnya. "Rio, terima kasih." kata singkat dan dengan senyuman itu membuat hati Rio berdetak kencang lagi. Dia hanya membalas kata singkat Inara dengan angg
"Rio? ada dirumah Inara, ada apa ini? kenapa dia juga tidak menyapaku padahal dia jelas melihatku, bahkan senyum pun tidak." Hesti berjalan menuju pintu rumah Inara sambil terus berpikir dan penasaran kenapa Rio ada disini. Setelah memencet bel tampak dari dalam pelayan membukakan pintu dan menanyakan Hesti mau menemui siapa. Pelayan menyuruhnya masuk dan menunggu. Tak berapa lama Inara keluar dan menemui Hesti. "Nara, apa kabar kamu sayang? aku telpon kamu tapi nomer kamu gak aktif." Sapa Hesti sambil memeluk sahabatnya. "Maaf Hes aku baru hari ini nyalakan hand phone, dari kemarin aku gak enak badan pengen istirahat aja gak mau diganggu siapa siapa, kamu apa kabar maaf ya aku gak sempat pamit waktu itu." "Gak papa, gak masalah kok." Hesti penasaran dengan keberadaan Rio yang keluar dari rumah Inara , lalu dia bertanya kepada Inara. "Ra aku tadi di gerbang ketemu sama Rio, dia dari sini Ra?" Mendengar pertanyaan itu, Inara tampak kebingungan akan jawab apa, dia sempat terdiam s