Share

Chapter 3

Rio menyadari yang telah dilakukannya kepada Inara semalam pergi meninggalkan Villa dalam keadaan menyesal dan kebingungan.

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnn!! suara klakson bus, menyadarkan dirinya dari kebingungannya Rio langsung membanting setir dan menghentikan mobilnya di tepi jalan.

"Sial, bodoh sekali apa yang telah aku lakukan pada Inara," Rio menyalahkan dirinya sendiri sambil membenturkan kepalanya di setir. Dia mencoba menelpon Inara, namun telpon Inara sedang tidak aktif.

"Angkat Inara, angkat telponku aku mohon sayang angkat telponnya," sambil terus mencoba menghubungi Inara yang masih tidak bisa. Rio menyadari kesalahannya yang tak bisa mengendalikan hasratnya.

Inara yang masih dalam keadaan terluka, dia dari tadi masih terdiam di toilet rest area, menangis tanpa henti menyadari kegadisannya telah hilang saat melihat di bagian pahanya terdapat bercak darah sisa kejadian semalam. Dalam keadaan emosi dan marah kepada Rio yang telah merenggut kegadisannya tanpa berpikir panjang memutuskan untuk melaporkan perbuatan Rio kepada pihak berwajib.

Inara mencuci sekali lagi wajahnya yang telah sembab dan memerah karna air matanya yang mengucur tanpa henti. Dia pergi meninggalkan rest area, niatnya sudah bulat untuk melaporkan perbuatan Rio, walaupun dia tahu sebenarnya itu semua di lakukan karena Rio menyukai dirinya.

"Se se selamat pagi pak, saya saya mau melaporkan kejadian yang menimpa saya semalam," sambil menangis dan suara terbata bata Inara berusaha berbicara kepada petugas.

"Tenang dulu mbak, silahkan duduk ada yang bisa kami bantu, mbak kenapa, ini minum dulu mbak," petugas itu berusaha menenangkan Inara yang masih menangis.

"Mbak lanjutkan dulu menangisnya, mungkin itu bisa membuat mbak tenang dan bisa bercerita."

Setelah Inara merasa tenang, dia berusaha bercerita.

"Saya Inara pak, semalam saya datang kepesta teman saya dan saya bermalam disana, namun ketika saya terbangun, saya dibekap oleh teman saya bernama Rio, lalu saya pinsan namun ketika saya terbangun saya menyadari kalo ternyata dia telah meniduri saya pak, ada bekas yang bisa saya jadikan bukti, silahkan bapak proses untuk memperkuat laporan saya, saya ingin bapak menangkapnya, penjarakan dia pak," dengan nada marah emosi dan tangisan yang tidak terhenti Inara bercerita.

Petugas yang melihat keadaan Inara, segera memproses laporannya dan mengambil bukti bukti. Petugas yang meminta data lengkap Inara dan Rio sebagai pihak pelapor dan terlapor sangat terkejut mengetahui kalau yang sedang melaporkan kasus ini adalah putri seorang Wali kota. Namun Inara meminta petugas untuk tidak mempublikasikan laporannya dan memprosenya secara diam diam. Namun beda cerita dengan Rio yang ternyata seorang anak Direksi Utama disebuah rumah sakit besar itu, berita pelaporannya secara kilat terdengar di telinga awak media.

Keesokan harinya, petugas yang telah memproses laporan Inara tentang yang diperbuat Rio segera mencari keberadaan Rio. Berita tentang Rio yang telah tersebar di media sosial secara kilat terdengar ditelinga Ayahnya. Rio yang sejak kejadian itu ternyata menghilang dan belum pulang kerumahnya dan juga tidak muncul di rumah sakit tempatnya bertugas.

Ayah Rio sangat marah ketika petugas mendatangi rumahnya.

"Rioo, bisa bisanya kamu berbuat hal yang sangat memalukan seperti ini, apa yang telah merasuki otakmu Rio."

"Bapak tenang saja, saya akan bertanggung jawab mencari anak saya, saya akan segera bawa dia kekantor bapak jika saya sudah bertemu dengan dia."

Ayah Rio mencoba menghubungi Rio namun Rio tidak bisa dihubungi. Ayah Rio mencoba mencari tau tentang gadis yang telah dinodai oleh Rio, dan setelah mengetahui siapa yang dinodai putranya adalah seorang putri dari walikota.

"Ya Alloh Rio dimana otakmu Rio bisa bisanya kamu menodai anak pemimpin kota ini Rio, mau ditaruh mana muka Ayahmu ini Riooo, dokter apa kamu Rio bisa bisanya kamu menodai gadis yang tak bersalah, apa salah ayah ke kamu nak?" Ayah Rio terus menyesali perbuatan anaknya. Namun berbeda dengan mama Rio yang tidak bisa berbuat apa apa, mama Rio hanya menangis memikirkan yang telah di lakukan anaknya.

Disaat ayah dan mamanya sedang menyesali perbuatan anaknya terdengar langkah kaki, ternyata itu Rio yang sedang memasuki rumah.

Melihat anaknya pulang dengan emosi ayahnya menghampiri Rio, dan

Plaaakk!!!

Tamparan keras melayang dipipi Rio, Rio yang menyadari kesalahannya hanya tertunduk diam.

"Berani kamu pulang setelah kamu membuang kotoran di muka ayah dan mamamu atas apa yang kamu lakukan dokter goblok," ayah Rio sangat marah.

"Ayah menjadikanmu dokter untuk menolong orang agar hidupmu bermanfaat tapi sekarang kamu menjadi binatang yang tidak bisa menguasai nafsumu sendiri dan merusak perempuan, kamu tau dia siapa Rio gadis yang telah kau rusak Riooooo, jawab Rio jangan diam saja."

Rio hanya diam, membisu dan tertunduk dihadapan orang tuanya.

"Setan apa yang merasukimu Rio sehingga kamu berani meniduri anak pemimpin kota ini, gila kamu Rio, goblok kamu, kamu bukan hanya menghancurkannya tapi jiuga menghancurkan kita semua Rioooooo, ya Alloh Rioooooooo Astaughfirulloh Rio,"

Rio yang dari tadi hanya diam, akhirnya dia bersuara.

"Ampun ayah, Rio khilaf, Rio tidak sadar ayah Rio mabuk, dan karena Rio sakit hati karena Inara yang aku sukai ternyata telah mempunyai tunangan, Rio akan bertanggung jawab ayah Rio akan menikahinya, Rio menyesal ayah, ampuni Rio," Rio bersujud kepada orang tuanya dengan air mata mengalir di pipinya.

"Gak segampang itu Rio gadis itu telah melaporkan perbuatanmu, petugas datang menjemputmu dan mencarimu, gak segampang itu Rio, jika dia menolakmu maka siaplah kamu bertanggung jawab di balik jeruji besi itu."

"Hancur semua Rio, hilang semua Rio karena perbuatanmu yang kamu lakukan hanya satu malam itu."

Sementara itu papa dan mama Inara yang telah mendengar kejadian yang menimpa putrinya sangat emosi, dia meminta pelakunya segera ditangkap. Bahkan bukan hanya menyerahkan kepada petugas, papa Inara meminta anak buahnya mencari keberadaan Rio.

"Saya tidak mau tahu, cari pemuda itu sampai dapat dan masukkan dia ke penjara!" dengan nada emosi Papa Inara meminta kepada anak buahnya mencari Rio.

Inara yang sejak kejadian itu hanya mengurung diri dikamar, bahkan kemarin mamanya menemukan dia merendam tubuhnya seharian di bathup kamar mandi, dia yang telah merasa ternodai dengan hilangnya kegadisannya merasa sangat terpukul. Air matanya terus mengalir. Bahkan puluhan telpon dan pesan singkat yang masuk ke ponsel tidak dia gubris sama sekali. Inara hanya memikirkan tentang dirinya dan yang akan terjadi setelah itu.

Keluarga Rio yang telah mereda emosinya, memutuskan untuk memberanikan diri datang ke rumah Inara, meminta maaf dan bersedia bertanggung jawab atas perbuatan putra mereka.

"Rio siapkan dirimu, kita kerumah Inara nanti malam, meminta maaf dan bertanggung jawab atas ulahmu, dan kamu juga harus siap dengan konsekuensinya apa pun itu keputusannya."

Rio hanya pasrah terdiam dan menjawab perintah ayahnya dengan anggukan.

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
pengennya Rio di penjara
goodnovel comment avatar
Nur Wenda
wah, yg satu anak bupati, yg satu anak pemilik RS, lanjut baca, penasaran
goodnovel comment avatar
MAF_0808
aduh Rio bikin masalah saja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status