Share

Bab 2

last update Last Updated: 2022-11-10 21:10:16

Selepas Mas Ibra pergi dengan membawa kopernya, terdengar ucapan salam kala Laras dan Kinara hendak masuk ke dalam rumah. Dalam keheranan, Laras tetap menjawab salam.

"Siapa itu, Ma?" Kinara bertanya kala perempuan yang cukup asing baginya itu berjalan mendekatinya.

"Nggak tahu, Ki. Mama juga nggak kenal," jawab Laras sekenanya.

"Pagi, Mbak."

Merasa ada yang aneh dari gelagat perempuan itu. Laras pun menyuruh Kinara masuk ke dalam rumah lebih dulu. Takut ada kata-kata yang belum sepatutnya dia dengar. Untung Kinara menurut tanpa protes.

Dia melepas maskernya, membuat Laras kaget bukan main. Jelas dia tahu betul dengan sosok yang berdiri di depannya saat ini.

"Apa kabar, Mbak?"

"Liana? Kok bisa tahu rumah mbak di sini? Aku baik, silakan masuk!"

"Iya, Mbak. Ada yang ingin aku sampaikan," sahutnya kala masuk ke dalam rumah.

"Kayaknya serius betul. Mau sampaikan apa, Li? Kedengarannya serius."

"Iya, Mbak. Ini memang hal penting dan serius."

"Apa? Sampaikan saja atau mau aku buatkan minuman dulu?"

"Tidak usah, Mbak. Aku hanya sebentar kok, masih ada urusan juga soalnya."

"Oh begitu. Apa yang mau kamu sampaikan, Li?"

"Aku juga bingung jelasinnya dari mana, tapi yang jelas aku ke sini mau meminta maaf secara langsung sama mbak."

Kening Laras mengkerut, dia bingung, Liana yang bisa dikatakan tidak pernah berkomunikasi dengan dirinya, bahkan ketemu juga sudah lama sekali, mungkin ada delapan tahun yang lalu.

"Minta maaf soal apa, Li? Setahu mbak, kita nggak pernah slek. Jadi minta maaf dalam rangka apa?"

Perempuan yang usianya lebih muda dua tahun dari Laras erta lebih modis dari Laras itupun tampak menarik napas dalam juga sedikit merubah posisi duduknya.

"Aku sudah menikah siri dengan mas Ibra, Mbak." Begitu lancar kalimat pengakuan keluar dari bibir tipisnya itu.

"Nikah siri? Sama mas Ibra? Kamu istri ketiganya mas Ibra, Li?"

"Istri ketiga? Kenapa mbak bilang aku istri ketiganya mas Ibra? Kini, giliran Liana yang terlihat bingung.

"Terus kamu istri ke berapa? Yang aku tahu, mas Ibra menikah siri dengan Annisa namanya, bukan kamu, Liana."

"Annisa itu aku, Mbak. Di kantor memang biasanya aku dipanggil Annisa. Beda kalau dipanggil keseharian di keluarga."

"Apa? Jadi, Annisa yang disebut mas Ibra semalam itu kamu?" Liana mengangguk yakin.

"Iya, itu aku, Mbak."

"Jadi, kamu janda yang dinikahi mas Ibra?" Laras seakan tak percaya atas pengakuan Liana.

Liana kembali mengangguk yakin. Sedangkan Laras masih dalam sikap tak percaya bahwasanya Liana yang notabenenya adalah sepupu jauhnya tak lain dan tak bukan adalah madunya saat ini.

"Iya, Mbak. Apa yang dijelaskan mas Ibra, itu adalah aku. Aku juga yang sudah mengirim capture-an chat semalam pada mbak. Dan, itu memang atas persetujuan mas Ibra."

"Oh begitu. Ada lagi yang ingin kamu sampaikan, Li?" Terlampau sakit yang dirasakan Liana, hingga dia tidak sanggup untuk menanggapi penjelasan Liana."

"Mbak, maaf, jika aku memberi tahu mbak soal ini, karena memang sudah waktunya mbak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku minta maaf atas semua ini. Namun, mbak jangan juga berburuk sangka padaku. Aku hanya butuh teman hidup. Sekedar itu saja, aku juga tidak akan meruntuhkan keluarga yang mbak bina dengan mas Ibra selama ini."

Dibalik darah yang berdesir hebat, dibalik emosi yang dia kontrol, Laras menyuguhkan senyuman kecut pada Liana.

"Memang, memang sepatutnya saya tahu. Kamu ambil saja secara utuh, Li. Jika nanti mas Ibra memilih tidak meninggalkan kamu, biar aku yang mundur, jadi kamu bisa miliki seutuhnya."

"Jangan, Mbak. Jangan beri pilihan itu. Selama lima tahun belakang kita baik-baik saja, bukan? Mas Ibra juga tetap memberi yang terbaik buat mbak dan juga Kinara."

"Iya, semua tampak baik, karena kalian pandai menutupi semuanya dari saya. Dan, semua baik-baik saja ketika saya belum tahu. Dan, saya tidak akan pernah melakukan apa yang kalian inginkan."

"Tapi, Mbak. Aku ikhlas jika mas Ibra lebih memberi perlakuan lebih pada mbak juga Kinara kok. Aku mohon, jangan minta pergi dari kehidupannya mas Ibra, Mbak."

"Kalau begitu, kamu saja yang pergi, Li! Gimana?"

"Aku tidak bisa, Mbak. Aku sudah terlalu cinta dengan mas Ibra, Mbak. Aku ---."

"Ssstttt ... saya tidak butuh penjelasan kamu, Li. Silakan pergi dari sini, Li!"

Liana bangkit dengan penuh emosi. Harapannya tidak sesuai dengan realita. Berharap bisa bergandengan tangan dengan kakak madunya.

Kembali luruh air mata Laras. Banyak tanda tanya yang bersarang dalam pikirannya. Namun, dia memilih enggan mencari tahu. Sakit, sakit sekali rasanya, jika yang mengisi hati Ibra adalah sepupu jauhnya. Mungkin akan berbeda jika dengan orang yang tidak dikenal.

"Din, di mana?" Laras menghubungi Dinda.

"Lagi di sarapan nih sama Dennis."

"Lho, kok tumben pagi-pagi udah bareng, Din?"

"Iya, lagi ada perlu. Kenapa, Ras? Kok suaramu bindeng gitu kedengarannya. Lagi sakit?"

"Nggak kok, Din. Siang ini ada acara nggak?"

"Enggak, kok. Kenapa, Ras? Mau ketemu?"

"Iya, ada yang mau aku ceritain. Kita ketemunya di Playground tempat biasa Kinara mainnya. Biar lebih enak ceritanya."

Telepon mereka berakhir dengan kata salam.

Kinara tiba-tiba keluar dari kamarnya tak lama usai Laras menutup teleponnya. Bahkan dia belum sempat mengusap bersih sisa air mata di wajahnya.

"Ma, tante tadi itu ngapain? Kok dia nyebut-nyebut nikah siri. Nikah siri itu apa, Ma?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
lebih baik kmu gpp mengalah dr pada sakit hati d bohongin dh selama 5 th kmu d hianatin dn biarkan fia hidup bahagia bersam penghianatan dn s pelakor nanti adahukum karma berlaku ..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan   Part 63

    "Iya, tapi saya kurang tahu apa isinya, karena privasi."Dua hari lalu, Ibra memang menitipkan surat tersebut pada petugas."Kalau boleh tahu siapa yang menjemputnya, Pak?""Tidak ada, Mbak. Tidak ada yang menjemput.""Begitu, ya. Hmm ... apa bapak menanyakan di mana rumah papa saya?""Tidak, Mbak.""Baik lah, Pak. Terima kasih. Maaf sudah menganggu."Kinara berjalan tak berdaya menuju area parkir.Saat sudah di dalam mobil barulah dia membuka surat yang diberikan pak Mulyono tadi. Dan, setelah dibuka, rupanya ada beberapa tiga lembar kertas.Surat yang berisikan permintaan maaf Ibra karena sudah menyakiti Laras, Kinara, dan Arkana. Panjang lebar dia tuliskan dan di lembar terakhir rupanya ada surat kuasa, dia menyerahkan kuasa pada Arkana untuk menjadi wali nikahnya minggu depan."Maafkan, aku, Pa ...." teriaknya sembari menundukkan kepalanya di stir mobil.Tiba-tiba air mata Kinara lolos deras dari bola matanya yang indah."Gimana, Ki? Apa kata papamu?" desak Laras saat dia baru saja

  • Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan   Part 62

    Terbongkar Setelah 10 Tahun PernikahanBab 43Arkana mengemudikan mobil sportnya dengan kecepatan lumayan kencang. "Bro, gue titip absen ya!" titahnya pada Gio, teman yang bisa dikatakan cukup dekat dengannya. Arkana menghubungi Gio saat mobil yang dikemudi sudah terparkir."Kemana lu? Tumbenan mau cabut di kelasnya bu Rania?""Ada urusan lah pokoknya. Titip, ya!""Iya, kalau bisa. Kalau enggak ya takdir lu terdaftar absen."Setelah menutup sambungan telepon, Arkana menaruh ponsel canggihnya itu ke dalam tas kulit model salempang.Dengan sigap dia berjalan menuju ruang untuk melapor."Pak, bisa kah saya bertemu dengan bapak Ibra?" tanya Arkana tanpa basa-basi saat petugas menanyakan maksud kedatangannya."Tapi antri ya, Dik. Soalnya tadi bapak Ibra sudah ada yang besuk. Kalau boleh tahu adik siapanya?""Kira-kira berapa lama antrinya, Pak? Saya ... saya ... anaknya, Pak." Arkana memang ragu menjawab, entah apa yang membuat dia ragu walaupun beberapa detik kemudian dia tegas menjawab

  • Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan   Part 61

    Laras, Bryan, dan Liana hampir berdiri dengan serentak saat Ibra ingin kembali di bawa ke luar ruang sidang."Jangan berbangga hati kamu, Laras. Ini bukanlah akhir selagi aku masih hidup." Tatapan dendam itulah yang tersirat saat mantan suami ini saling bertatapan."Dan, kamu Bryan. Jangan menjadi manusia sok suci. Kamu tak lebih dari pengkhianat ulung. Jangan terlalu berbangga diri karena mereka memilihmu. Ingat! Suatu saat nanti, jika anak itu butuh aku, jangan harap." Tak hanya pada Laras, Ibra juga mengancam Bryan. Entah apa maksud dari yang diucapkannya itu. "Semoga kamu memanfaatkan waktu untuk bertaubat, Mas!" ucap Liana. Sisi lain, dia juga prihatin dengan kondisi yang menimpa Ibra. Sedikit banyaknya, dengan apa yang terjadi, tentu dia masih bersalah dengan apa yang dia perbuat. Kalau bukan karena dirinya, pasti perjalanan yang ditempuh tidak akan se-runyam dan menyakitkan seperti ini."Ck! Kamu Liana. Jangan pikir saya lupa apa yang kamu perbuat. Apa yang kamu hancurkan, sam

  • Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan   Part 60

    Terbongkar Setelah 10 Tahun PernikahanBab 42"Tenang, Bry. Jangan pikir macam-macam dulu." Bryan kemudian menepis yang ada dalam pikirannya.Setelah menghela napas panjang, Bryan pun melanjutkan langkahnya menuju meja administrasi. Dia memesan kamar VVIP pokoknya demi kenyamanan Kinara. Lagian sejauh ini, uangnya juga tidak seberapa dibanding rezeki yang dia peroleh."Mama!" sentak Laras saat mendapati mertuanya datang ke rumah sakit."Kenapa bisa begini, Ras?" lirih Yati.Yati pun mencium kening Kinara sembari menangis. Untung Kinara masih lelap dalam tidurnya. Pedih juga bagi Yati mendapat kabar dari Bryan. Tadi, saat Laras ke ruangan dr. Rani, Bryan memutuskan untuk memberi kabar pada mamanya."Mama kok bisa tahu?" tanya Laras heran."Bryan yang nelpon. Kenapa kamu tidak kasih tahu mama, Ras?" Mereka berdua agak berjarak berdiri dari ranjang pasien yang ditiduri Kinara. Takut dia terjaga."Panjang ceritanya, Ma. Tapi aku bersyukur kalau Kinara selamat.""Kamu juga tadi kata Bryan

  • Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan   Part 59

    "Iya, boleh, Bu?" tanyanya lagi."Tidak apa, Ras. Periksa aja, demi kamu juga. Jangan sepele 'kan," tukas Bryan. "E-e, iya, Uda," sahut Laras gugup."Bu, kita usg ya!" titah sang dokter setelah memeriksa."Keluarga Kinara! Keluarga Kinara! Keluarga Kinara!" Rasa gugup tadi berubah saat Laras mendengar seruan itu. "Bentar, Dok. Saya seperti mendengar seruan panggilan untuk keluarga Kinara. Kamu dengar nggak, Uda?""Keluarga Kinara ... Keluarga Kinara ....""Iya, Bu. Itu panggilan untuk keluarga Kinara," jawab sang dokter. "Saya lihat anak dulu, Dok. Makasih, Dok." Laras yang sudah beringsut turun dari ranjang pasien dari pertama kali mendengar seruan itu berlari keluar ruangan."Nanti saya dan istri ke sini lagi, Dok. Makasih sebelumnya, Dok.""Baik, Pak."Bryan pun menyusul Laras kemudian."Aku sangat menyayangkan dia menyembunyikan sesuatu," gumam sang dokter sembari menggelengkan kepalanya."Bu ... Bu ... Bu ... tunggu!" seru Laras saat melihat petugas IGD ingin masuk ke dalam."

  • Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan   Part 58

    Terbongkar Setelah 10 Tahun PernikahanBab 41Pintu kamar Kinara akhir terbuka juga saat pak Tony dan pak Budi tidak henti berusaha. Kadang menggunakan tubuhnya, sesekali menggunakan kaki. Puncaknya, saat keduanya menghempaskan tubuh dengan lebih kuat dari sebelumnya. Sampai-sampai lelaki berdua itu hilang kendali dan ikut masuk ke dalam kamar saat pintu kamar terbuka lebar. Napas kedua sopir itu jelas sudah tersengal-sengal, akan tetapi akan gurat puas. Sedangkan Laras berlari sigap bersama Bryan ke dalam kamar. Tak lupa asisten rumah tangga bik Minah dan bik Teti menyusul langkah majikannya dari belakang.Semua pasang mata yang ada di dalam kamar terbelalak bersamaan. Mata mereka tertuju pada obyek yang sama."Kinara ...," pekik Laras saat mendapati anak sulungnya tergeletak. Dia berlari lalu berjongkok, memegang kedua pangkal lengan anaknya. Dia guncang, akan tetapi tidak ada reaksi sama sekali. Ada darah yang membuat hati Laras semakin terasa tersayat. Pergelangan tangan selama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status