Flora masuk ke kamar mandi, dia sudah memakai baju dines yang paling di sukai suaminya.
Mata Demian tak bisa berkedip menatap pemandangan indah di hadapannya saat ini. Flora sudah seperti seonggok daging yang siap untuk di santap bulat-bulat.Meskipun tubuhnya tidak seindah Rebecca, tetapi ada satu bagian yang bisa membuatnya melayang dan terbang bebas di awan.Flora masuk ke dalam bak mandi yang di penuhi busa dengan aroma bunga lily, bunga favorit Demian. Dia sengaja memesan sabun dengan aroma demikian.Demian sedikit membuka kakinya dan menarik Flora ke dalam pelukannya. Roti sobek yang berjajar di perut Demian terasa begitu menggoda untuk jadi santapan makan malam.Jemari Demian berselancar nakal di setiap inci kulit Flora yang membuat istrinya itu merasakan terbang walau sesaat."Kau menyukai ini?" tanya Demian berbisik di telinga."Sepertinya kau sudah tau jawabannya," jawab Flora sambil memejamkan mata.Dia mencoba menyatu dengan situasi ini, harusnya dia merasakan kenyamanan seperti biasanya. Sentuhan Demian merupakan hal yang paling memabukkan di seumur hidupnya, tetapi kenyataan itu tiba-tiba lenyap saat ini.Bahkan Flora tak dapat mengesampingkan emosinya, gelora sengatan listrik yang harusnya membawa kenikmatan berbanding terbalik. Hanya amarah yang penuh gelora di hati Flora.Merasakan keanehan pada istrinya, Demian segera menghentikan permainan jemarinya dan membalik tubuh Flora sehingga mereka saling berhadapan saat ini."Sepertinya ini bukan yang biasanya," tanya Demian menatap lekat wajah Flora."Katakan, seberapa pentingnya aku dan anak-anak bagimu?" tanya Flora yang sudah tak dapat menahan emosinya lagi.Untuk sejenak Demian terdiam, dia harus bisa memberikan jawaban yang meyakinkan istrinya. Flora sudah mulai curiga padanya.Flora kian mendekat dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Demian, sangat jelas bagaimana degupan jantung sang Suami yang kian cepat"Kenapa malah jantungmu yang menjawab, sementara bibir manismu hanya bungkam,'' lanjut Flora yang tidak sabar mendengar jawaban Demian.Demian menarik napas panjang dan mendekap erat kepala Flora, mencoba untuk mengontrol rasa cemasnya."Kau adalah segalanya bagiku, terlebih anak-anak. Mereka adalah generasi penerusku yang akan membawa namaku melambung. Bukan begitu?" jawab Demian, hanya itu yang dapat dia jawab.Flora tersenyum kecut, ternyata suaminya tidak pintar mencari alasan. Sangat gimik dan membuat amarah Flora semakin membara.Mungkin kalau dia menjawab kalau dirinya adalah sumber tambang emas terbesarnya, Flora akan lebih percaya karena itu adalah fakta yang tidak terbantahkan."Kau taukan aku tidak suka main-main?" ucap Flora sambil merubah posisinya di pangkuan Demian.Flora mengalungkan kedua tangannya ke tengkuk Demian dan memperlihatkan sebuah bagian yang paling dia sukai.Demian hanya mampu menahan gelora yang kian membara pada pangkal tubuhnya. Dari tatapan Flora sudah tergambar jelas kalau dia sedang menyimpan sebuah rahasia besar.Apakah permainannya sudah terbongkar? Tamatlah riwayatnya saat ini. Tombak yang sudah menjulang kini mengempes bagai balon yang kehilangan udaranya.Tatapan Flora membuat nyalinya menciut, akan sangat mudah bagi istrinya membuangnya dari kemewahan ini."Kenapa Juniorku menciut begini? Apakah dia sudah kelelahan?" tanya Flora yang merasakan perbedaan di bawah sana.Suasana kamar yang dingin berubah menjadi gerah, bahkan kening Demian mulai keluar buliran keringat dingin."Sayang, apakah kamu sakit? Padahal aku ingin lima ronde malam ini," lanjut Flora memasang wajah kecewa, namun tidak matanya.Kali ini hidup Demian sudah berada di ujung tanduk,"Sa-sayang bagaimana kalau kita tidur dulu, hari ini aku sangat lelah. Ada banyak tamu di kantor hari ini," jawab Demian mengalihkan pembicaraan."Hanya tubuhmu bukan? Bukan Juniorku itu, tidak aku ralat. Ini Junior mu dan kau yang berhak mengaturnya untuk masuk kemana," ucap flora penuh arti."Tidak Flo ... Ini milikmu dan akan selalu begitu, A-aku hanya kelelahan dan tidak bisa konsentrasi." sahut Demian meyakinkan Flora."Baik kalau begitu puaskan aku malam ini, kalau kau tidak bisa. Kau hanya perlu berbaring dan aku yang akan memacunya," ucap Flora mengakhiri acara berendamnya.Dia segera keluar dari bak mandi dan memutar kran, rintikan air hangat keluar dari shower dan menyiram tubuh mungilnya yang penuh busa.Flora tak mampu menahan emosinya, tapi ini terlalu dini untuk membongkar perselingkuhan ini. Dia masih belum mempunyai cukup bukti.Belum lagi mental anak-anak yang masih perlu di jaga, mereka terlalu dekat dengan Papanya. Hal ini yang membuat rencana ini semakin terasa sulit.Andai saja mereka tak membutuhkan pria bejat ini, pasti detik ini juga Flora akan membuangnya.Flora membalut tubuhnya dengan handuk ketika acara mandinya selesai. Tanpa mengucap satu katapun Flora keluar dan meninggalkan Demian yang masih menatapnya lekat.Saat ini otak Demian kacau balau, mana yang perlu dia lakukan terlebih dahulu. Harta yang dia simpan walau hanya secuil, segera menghubungi wanita yang tau kebusukannya saat ini atau mungkin melayani Ratu yang telah menjadikannya Raja.Di tempat yang berbeda ada seorang wanita yang sedang mengobrak-abrik meja riasnya. Bagaimana bisa ATM nya terblokir secara bersamaan, dia tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya ke depan.Apakah dia akan hancur sendirian? Bila memang Flora sudah tau semuanya, mengapa dia masih begitu mesra kepada Demian. Apakah dia wanita yang tidak jijik dengan pria seperti itu.Astaga, ini tidak bisa di biarkan. Dia tidak mau hancur sendiri, bagaimana caranya Demian harus bisa merasakan kehancurannya.Rebecca segera menghubungi salah satu nomor di ponselnya, dan segera merencanakan sesuatu.Kembali ke kamar hotel, Flora sudah berbaring di balik selimut dengan santainya dia membaca majalah. Di sampingnya sudah siap dua gelas anggur merah.Demian keluar, rambutnya basah kuyup dan tubuh bagian bawahnya terbalut handuk tebal. Sepertinya tidak akan ada malam yang panas tidak akan terjadi karena juniornya masih kempes.Biasanya saat dia mode on Demian akan melangkah keluar dengan tubuh polosnya dan memamerkan setiap inci tubuhnya."Jadi juniorku belum siap, baiklah aku bisa membantunya saat ini. Kemari lah!" ucap Flora dan meletakkan majalahnya.Demian melangkah menuju meja dan segera mengeringkan rambutnya mencoba mengulur waktu. Dia benar-benar tidak bisa bermain saat otaknya kacau seperti ini.Entah sejak kapan Flora sudah berdiri di belakangnya dan memeluknya erat."Tidak perlu di keringkan, aku suka basah-basahan seperti ini," ucap Flora dengan suara menggoda.Demian menaruh hair dryer, dia membalikan tubuh dan sebisa mungkin untuk biasa saja. Dia menatap lekat Flora dan menghujaninya dengan kecupan lembut."Aku akan membantumu Sayang," bisik Flora.Dia memeluk Demian dan membawanya naik ke atas ranjang. Flora mendorong tubuh Suaminya hingga terlempar ke kasur.Perlahan Flora naik ke atas ranjang dan menutupi tubuh mereka berdua dengan selimut.Tubuh Flora menari indah di dalam selimut dan membuat tubuh Demian akhirnya merasakan sengatan listrik itu.Darahnya mengalir hingga ke ubun-ubun, ototnya di sekujur tubuhnya menegang sempurna.Kepala Flora keluar dari dalam selimut dan mendekati wajah Demian yang mulai hanyut akan situasi ini."Jadi, aku ingin tau apa pendapatmu?" Tanya Flora dengan jemari masih bermain di dalam selimut.Mata Demian terbuka dan menutup, otaknya tak dapat berfikir dengan baik saat ini. Hanya kenikmatan yang dapat dia rasakan."Sayang aku mohon jangan seperti ini," pinta Demian memohon."Lebih nikmat mana, Jajanan pasar atau Resto berkelas?"Cahaya matahari pagi mengintip kedua orang yang masih terlelap, Flora mengernyitkan matanya. Tubuhnya amat lelah karena semalam telah bertempur hebat, dia tidak menyangka Suaminya tak memberinya celah untuk istirahat.Dia memutar posisinya menghadap pria yang saat ini masih tertidur lelap, tampan. Hanya satu kata yang dapat dia ucapkan.Pria yang sudah menemaninya kurang lebih 7 tahun serta sudah memberikan kesempatan untuknya menjadi seorang Mama.Sebelumnya semua amat sempurna, tetapi kenapa semua mengikis perlahan. Kebahagiaan menghilang seiring berjalannya waktu.Apakah cintanya memang sampai di sini, ataukah ini memang cobaan sesaat?Semua pertanyaan memenuhi otak Flora, dia tak tau apakah rencananya ini akan membuatnya sadar atau malah mengacaukan segalanya.Lamunan Flora terpecah saat mendengar suara ponsel Demian, dia melempar pandangan ke arah jam yang masih menunjukkan pukul 5 pagi.Apakah urusan kantor harus sepagi ini, dengan malas Flora mencari benda pipih yang sedari tad
"Dia tetangga baru kita Momy, dia pindah kemarin. Kami sering main bersama." jawab Keyla dengan wajah riangnya.Mendengar ucapan Sang putri, jantung Flora seakan keluar dari raganya. Dia tak menyangka mereka memiliki rencana yang tak pernah dia pikirkan.Menjadi tetangga dekat? Kenapa tidak jadi asisten rumah tangga sekalian. Ini benar-benar tidak bisa di biarkan, sangat keterlaluan.Selama ini Flora hanya diam karena anaknya cukup aman, hanya dirinya yang sakit hati dan memang dia berharap selamanya akan demikian.Dia tak mau menyeret keuda buah hatinya ke dalam rumah tangga yeng pelik ini,"Baiklah Sayangku, Dady dan Momy bersiap dulu. Kita akan segera pulang. Bye ..." Flora melebarkan senyumnya dan menutup sambungan.Tanpa pikir panjang lagi dia segera menyibakkan selimut dan turun dari ranjang. Dia tidak peduli tubuh polosnya terekspos bebas, toh Demian adalah Suaminya bukan?Dia berjanji tak akan mengampuni keduanya kalau sampai ada apapun yang melukai kedua buah hatinya, entah i
Demian turun dari taxi, untung saja uang di dompetnya masih cukup untuk memesan taxi online.Dia berdiri di depan pintu gerbang yang menjulang tinggi, sangat mewah. Namun kenyataannya ini terlalu pahit untuknya.Dia melihat Mbok berlarian kecil untuk membuka pintu. Terukir senyum mengembang di wajah senjanya. Sepertinya dia sudah tau apa yang terjadi padanya pagi ini.Kakinya segera melangkah masuk ke dalam rumah megah yang kurang lebih 7 tahun dia tempati. Ada banyak momen indah yang terukir di sini."Dady!" panggil Key dan melangkah mendekatinya."Halo Sayang," jawab Demian mendaratkan kecupan di kening putrinya.Demian menggendong tubuh mungil yang duduk di sofa sambil memangku buku. Dari arah yang berbeda terlihat anak kecil yang berlarian ke mereka sambil bersorak gembira."Dady, sudah pulang? Ayo kita main sepak bola!" Reynard mendongakkan kepalanya, memperlihatkan tatapan penuh harap.Demian menurunkan Key dari gendongannya dan berjongkok di hadapan Rey. Dia menatap mata Flora
Demian menutup layar ponselnya. Tanpa harus di ingatkan dia sudah sadar bagaimana posisinya. Otaknya masih mengingat dengan jelas bagaimana perlakuan Flora dulu."Demian, apa yang kau lakukan? Kau menyetejui kerja sama dengan Wijaya Grup. Apa kau tak memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya?" Murka Flora, sambil melempar lembaran berkas ke Demian.Demian tertunduk, baru semalam istrinya memberi amanah padanya untuk menjalankan perusahaan ini. Dan apa yang terjadi pagi ini? Semua tak sesuai ekspetasi. Flora mencercanya di hadapan anak buahnya.Wijaya Grup merupakann salah satu perusahaan ternama. Bukankah akan sangat menguntungkan bila dapat bekerja sama dengannya.Meskipun mereka adalah pesaing bisnis. Bukankah lebih baik bergabung jadi satu dari pada harus perang dingin.Wijaya Grup sudah rendah hati untuk memulai kerja sama ini."Surat perjanjian sudah di tanda tangani Bu. akan sangat sulit bagi kita untuk memutus kerja sama." ucap Pak Direktur, Revan."Aku belum memberi wewenang
Rebecca tersenyum kecut. Tak ada rona bahagia terpancar pada wajah cantiknya.Pria tersebut menautkan alis. Tidak biasanya dia di sambut seperti ini."Ada Masalah Sayang?" tanya Glen.Rebecca tak segera menjawab. Dia mencoba menyusun kalimat agar Glen tidak terkejut dengan kenyataan pahit yang harus mereka terima.Glen terus menatap lekat paras cantik yang selama ini menjadi tambang emas baginya. Dari raut wajahnya, sepertinya ada kabar buruk yang di sembunyikan."Ayo cerita! Aku selalu ada untukmu dalam keadaan apapun." ucap Glen sambil menggenggam erat jemari Rebecca.Rebecca menarik napas dalam, seolah menghirup semua oksigen di sekitarnya hingga tak tersisa. Kemudian mengeluarkan perlahan.Dia masih belum siap kehilangan pria yang amat dia cintai di hadapannya saat ini. Kenyataan ini terlalu pahit."Flora, istri Demian. Memblokir semua ATM ku." ucap Rebecca lirih.Mata Rebecca mulai berembun. Dia segera meraih jemari Glen yang mulai melepaskan tangannya.Glen berusaha untuk tetap
Seorang Pria sedang duduk di kursi kerjanya. di hadapannya ada sebuah foto wanita cantik yang tersenyum menatapnya.Tak ada yang dapat menggeser posisi wanita tersebut di hatinya. Dia merupakan seorang yang dapat merubah pria ini jauh lebih baik.Masih ada tatapan cinta di mata pria itu. Walaupun kenyataannya dirinya selalu di tolak dengan lembut.Wanita tersebut tak pernah sekalipun menyinggung dirinya. Padahal dia sadar kalau keberadaannya selalu membuat wanita tersebut tidak nyaman.Pada kenyataannya dia sudah memiliki keluarga dan kehidupan sendiri. Dia bahagia tanpa kehadirannya. Menyedihkan, begitulah kehidupan pria ini.Tak ada yang lebih menyedihkan dari cinta tulus yang terabaikan.Pria itu menutup laptopnya. Tampak senyuman manis yang terukir indah di wajah tampannya.Sebentar lagi penantiannya tak akan sia-sia. Hanya satu langkah lagi wanita tersebut akan terbebas dari hubungan yang membuatnya sakit.Di sini dia sangat mengharapkan kehadiran dirinya. Namun di sebrang sana,
Demian segera berlari kembali ke tempat dirinya meninggalkan kedua buah hatinya. Dia cukup cemas mendengar suara Key yang panik.Namun matanya tercengang ketika melihat seorang yang dia kenal sudah duduk bersama Key. Lebih menyebalkan lagi Key dan Rey baik-baik saja.Demian memasang wajah dinginnya. Dia menyebrang jalan dan melangkah mendekati kedua anaknya."Dady, Tante Rebecca bilang dia akan punya adik," lapor Key dengan antusias."Tapi adik itu masih sakit di perut Tante, apakah Dady mau untuk menolong Tante?" sahut Rey dengan wajah cemasnya.Astaga, mengapa wanita ini makin lama malah makin menggila? Ingin sekali dia melangkahkan kakinya pergi.Apakah tidak terpikirkan sedikit pun di otaknya, kalau situasi saat ini amatlah kacau. Rencana apa lagi yang wanita ini buat?"Key, Rey, bukan Dady tidak mau. Tapi kalian lihat sendiri kan, Momy sedang sakit dan dia sedang menunggu kalian di mobil." ucap Demian mencoba menjelaskan situasi ini.Dia tidak mungkin mengikuti rencana Rebecca. D
Mata Demian terbelalak, dia tidak menyangka akan mendapatkan kabar buruk seperti ini. Berulang kali dia mengedipkan matanya dan berusaha bangun dari alam mimpi ini.Dia segera membuang benda tersebut ke segala arah. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Rebecca sudah naik ke mobilnya yang terparkir di tepi jalan.Dirinya tak menyangka Dewi Fortuna berpihak kepadanya. Untung saja dia melihat kedua bocah manis yang duduk di emperan toko.Kalau tidak? Pasti dia tidak bisa memeras pria yang mulai lari dari dekapannya. Dari sorot matanya sudah terlihat jelas kalau sudah tidak ada lagi cinta untuknya.Entah apa yang di buat Flora sehingga pria itu dapat kembali kepadanya. Namun yang jelas dia tidak akan melepaskan mangsanya dengan mudah.Demian tidak mau larut dengan kabar ini. Dia segera beranjak dari kursi dan melangkah pergi menuju mobil.Dia segera naik ke mobil dan meninggalkan tempat. Rey dan Key saling pandang. Berharap agar Dedy nya memberi kabar baik. Mereka masih mencemaskan Tante y