Share

Game Over

"Dia tetangga baru kita Momy, dia pindah kemarin. Kami sering main bersama." jawab Keyla dengan wajah riangnya.

Mendengar ucapan Sang putri, jantung Flora seakan keluar dari raganya. Dia tak menyangka mereka memiliki rencana yang tak pernah dia pikirkan.

Menjadi tetangga dekat? Kenapa tidak jadi asisten rumah tangga sekalian. Ini benar-benar tidak bisa di biarkan, sangat keterlaluan.

Selama ini Flora hanya diam karena anaknya cukup aman, hanya dirinya yang sakit hati dan memang dia berharap selamanya akan demikian.

Dia tak mau menyeret keuda buah hatinya ke dalam rumah tangga yeng pelik ini,

"Baiklah Sayangku, Dady dan Momy bersiap dulu. Kita akan segera pulang. Bye ..." Flora melebarkan senyumnya dan menutup sambungan.

Tanpa pikir panjang lagi dia segera menyibakkan selimut dan turun dari ranjang. Dia tidak peduli tubuh polosnya terekspos bebas, toh Demian adalah Suaminya bukan?

Dia berjanji tak akan mengampuni keduanya kalau sampai ada apapun yang melukai kedua buah hatinya, entah itu raga atau bahkan jiwanya.

Melihat Flora yang panik, Demian segara menyusul langkah kaki Istrinya yang masuk ke kamar mandi.

Baru saja otaknya tenang, tetapi sudah di pancing keributan seperti ini. Apakah wanita gila itu tidak tau kalau kedua buah hatinya adalah kesayangan Flora.

Terlalu gegabah, semoga saja Flora tidak akan membongkar semuanya.

"Sayang, kau mau kemana?" rengek Demian.

Semua tak berguna, Flora masih fokus di dalam kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya yang lengket akibat keringat.

Persetan dengan Demian, dia tak mau mengambil resiko dengan kedua buah hatinya. Dia bersumpah tidak akan memaafkan kedua makhluk gila ini sampai buah hatinya terluka sedikitpun.

Demian terus menggedor pintu, berusaha meredam api yang berkobar di dalam. Dia tau itu tidak akan mudah, tetapi tak ada salahnya mencoba.

Flora tetap tak peduli, apapun yang terjadi dia harus segera sampai rumah. Beberapa menit kemudian Flora sudah keluar dengan mengenakan handuk yang melilit tubuhnya.

Demian memeluk pinggang ramping Flora dan menyandarkan kepalanya di pundak sang istri.

"Ayolah sayang, satu ronde lagi." ucap Demian dengan suara menggodanya.

"Jangan mengujiku lebih dari ini, bila kau tidak bisa menjaga hewan peliharaanmu itu. Maka aku akan membunuhnya seperti tikus yang masuk ke kamar kita," jawab Flora tegas.

Mendengar jawaban sang Istri membuat Demian melepaskan pelukannya, dia tak menyangka semua dugaannya benar. Dia sudah tau semuanya.

Hidupnya akan benar-benar habis dan hancur di detik berikutnya,

"Sa- sayang aku," sahut Demian dengan mulut bergetar.

"Aku sudah sangat sabar selama ini, jadi jangan buat aku bertingkah seperti iblis. Mengerti!" ucap Flora yang memakai bajunya.

Flora mempercepat gerakannya dan segera keluar dari kamar, kemudian berlarian menuju parkiran mobil.

Dengan cepat dia naik ke mobil dan melesat menuju rumahnya, untung saja ini masih pagi jadi jalanan tidak terlalu ramai. Tak ada kendala untuk segera sampai ke rumah.

Hanya butuh beberapa menit dia sampai di rumah, Mbok segera membuka pintu pagar. Tanpa buang waktu dia segera berlari kedalam rumah mencari kedua malaikat mungilnya.

"Key ... Rey ... kalian dimana? Momy pulang Nak," teriak Flora cemas.

Semua sumber pemasukan lintah itu sudah dia hentikan, rekening sudah sukses terblokir. Pasti dia kemari untuk memerasnya lewat kedua buah hatinya.

Tak ada jawaban dari kedua makhluk kecilnya, Flora berlari menuju dapur. Dan tak ada orang, wajahnya mulai cemas. Dia segera naik ke atas tangga dan berharap kedua makhluk mungil itu ada di sana.

Napasnya mulai tersengal, kurang beberapa langkah lagi dia sampai di kamar dengan nuansa anak-anak.

Matanya membulat saat menemui kenyataan kalau mereka tidak ada di sana.

Astaga, di mana mereka ...

"Mbokk ... Anak-anak di mana?" teriak Flora kesetanan. Dia terlalu khawatir dengan segala hal yang akan menimpa kedua buah hatinya.

"Momy sudah pulang, kami baru saja jalan-jalan di kompleks Mom." jawab Keyla dengan suara lantang.

Keyla masuk ke rumah di susul oleh Rey dengan asik meneguk sebotol susu, Flora segera berlari menuruni tangga dan berhamburan memeluk kedua anak yang dia cintai.

Mata Flora berkaca, dia sangat khawatir otaknya sudah membayangkan hal yang tidak-tidak sebelumnya.

Melihat Momy nya ketakutan membuat Key memeluk kepala Flora dan mendaratkan kecupan lembut.

"Kami janji akan minta izin dulu sebelum Keluar rumah Mom, maafkan kami."

"Oke Sayang, jangan ulangi lagi." jawab Flora memeluk keduanya.

"Maafkan Mbok Nyonya ..." Mbok merasa bersalah.

Flora hanya melempar senyum dan menuntun kedua buah hatinya menuju dapur. Dia ingin tau dari mana saja mereka pergi dan yang terpenting sejak kapan dia sudah dekat dengan wanita itu.

Mbok melanjutkan tugasnya menyapu di halaman depan, sedangkan Flora di dapur menyiapkan sarapan untuk kedua buah hatinya.

"Kalian sudah sarapan?" tanya Flora tersenyum ramah.

Keduanya tak langsung menjawab, mereka hanya saling tatap seolah menyembunyikan sesuatu.

Melihat ada yang tidak beres Flora tetap biasa saja, dia tak mau mereka takut dengan semua pertanyaan yang akan Flora tanyakan.

"Kok diam, di mana Tante Rebecca?" tanya Flora memamerkan senyum termanis nya.

"Tante sudah pulang Mom," jawab Rey sambil menunduk lesu.

"Rey suka sama Tante Rebecca?" Flora kembali bertanya, sepertinya wanita itu sudah mendapatkan hati Reynard.

"Tante Rebecca baik Mom, dia sering kemari untuk mengajak kami jalan-jalan pagi keliling komplek," jawab Rey sambil tersenyum lebar.

Setiap pagi? Bahkan Flora tidak tau kalau kedua anaknya sudah dekat dengan wanita itu. Dasar iblis, bisa-bisanya menyeret anak-anak dalam obsesinya.

Flora menyiapkan sepiring roti bakar dan menyodorkannya ke hadapan Rey dan Key. Namun mereka tak segera memakannya.

"Kalian sudah sarapan dengan Tante ya?" tebak Flora.

Sepertinya memang benar wanita itu akan membawa kedua anaknya menjauh darinya. Melihat saat ini mereka tidak pernah resah saat Flora tak ada di sampingnya.

"Iya Mom, maafkan kami," ucap Key menundukkan kepalanya, tampak rasa bersalah yang menghiasi wajah cantik itu.

Sedangkan di sisi lain, Demian sedang berusaha menghubungi wanita yang telah membuat singa nya mengamuk.

Bisa tidak sehari saja dia tidak menimbulkan masalah seperti ini?

"Halo, apa kau sudah gila? Kenapa kau datang pagi-pagi ke rumah ku, kau tau Flora sudah mengetahui segalanya," ucap Demian, kali ini dia amat stres memikirkan masalah ini.

"Bagaimana malammu? Kau begitu menikmatinya." Rebecca mengalihkan pembicaraan.

Dia sadar kalau dirinya hanya selingan di antar hubungan mereka, tetapi tetap saja dia sakit hati melihat pacarnya sedang bercumbu mesra dengan sang istri.

"Jangan alihkan pembicaraan, kalau aku memang menikmatinya kenapa? Apa kau juga ingin melayani pria lain, dasar gila." Demian sudah tak dapat mengontrol emosinya.

"Sekarang pikirkan, Flora sudah tau semua dan kita dalam bahaya," lanjut Demian.

"Ya aku sudah tau semua. Semua ATM darimu sudah di blokir, kita sudah miskin sekarang!" sahut Rebecca.

"Apa!"

Demian tak menyangka kalau Flora benar-benar tak main-main dengan ucapannya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
JALANG RAKUS SAMPAH
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status