Demian turun dari taxi, untung saja uang di dompetnya masih cukup untuk memesan taxi online.
Dia berdiri di depan pintu gerbang yang menjulang tinggi, sangat mewah. Namun kenyataannya ini terlalu pahit untuknya.Dia melihat Mbok berlarian kecil untuk membuka pintu. Terukir senyum mengembang di wajah senjanya. Sepertinya dia sudah tau apa yang terjadi padanya pagi ini.Kakinya segera melangkah masuk ke dalam rumah megah yang kurang lebih 7 tahun dia tempati. Ada banyak momen indah yang terukir di sini."Dady!" panggil Key dan melangkah mendekatinya."Halo Sayang," jawab Demian mendaratkan kecupan di kening putrinya.Demian menggendong tubuh mungil yang duduk di sofa sambil memangku buku. Dari arah yang berbeda terlihat anak kecil yang berlarian ke mereka sambil bersorak gembira."Dady, sudah pulang? Ayo kita main sepak bola!" Reynard mendongakkan kepalanya, memperlihatkan tatapan penuh harap.Demian menurunkan Key dari gendongannya dan berjongkok di hadapan Rey. Dia menatap mata Flora yang berada di sana.Matanya sangat indah. Dia sangat mengagumi mata ini, mata inilah yang membuat hari-harinya begitu indah saat dulu dirinya mengalami masa tersulit dalam hidupnya.Dia sangat mencintai istrinya, dan hal ini adalah kenyataan yang tak dapat dia pungkiri.Akan tetapi tetap saja harga dirinya merasa terinjak saat tersadar dari kenyataan. Bahwa dia sama sekali tidak berkuasa disini, semua milik Flora tanpa terkecuali.Hal ini adalah salah satu alasan mengapa Demian merencanakan pengalihan harta atas namanya."Momy, kita akan main bola di taman kota. Momy ikut kan?' tanya Key saat dia melihat Flora yang melangkah menuruni tangga.Sepertinya dia baru mandi, melihat wajahnya begitu segar. Sangat berbeda dari beberapa jam yang lalu saat di hotel.Flora menatap tajam ke arah Suaminya, dia tak akan memberi banyak kebebasan lagi padanya. Semuanya harus selesai saat ini juga.Flora mendekati kedua buah hatinya. Senyumnya mengembang sempurna di wajah cantiknya. Dia membungkukkan badannya dan mencubit kedua hidung mungil dihadapannya."Dady harus mandi dulu, kalian tidak mencium sebuah bau yang menyengat?" tanya Flora sambil melempar pandangan ke kedua buah hatinya.Keduanya saling menatap dan melepaskan jemari lentik yang saat ini menjepit hidung mereka. Keduanya sudah seperti kucing kecil yang sedang mengendus mencari mangsanya."Kami tidak mencium bau apapun Momy," Rey menatap Flora."Oke baiklah, Dady akan mandi dan menyingkirkan bau ini." Demian melangkah menaiki tangga dan hendak menuju kamarnya.Rey dan Key hanya tersenyum kecil melihat Momy dan Dady nya saling menyindir. Mereka sangat bahagia hidup di keluarga yang harmonis seperti ini.Flora mencium kedua pucuk kepala buah hatinya dan melangkah menyusul Demian yang sudah berada di lantai atas.Tangan Flora membuka pintu kamar, dia segera masuk dan menutup pintu."Besok datanglah ke pengadilan, kita harus mengakhiri kekonyolan ini." ucap Flora tanpa basa-basi.Demian menghentikan aktivitasnya melepas kemeja. Dia mendekati Flora dan menatapnya tajam. Saatnya dia mengeluarkan senjata ampuhnya.Dia tau ini akan terdengar kejam. Namun tetap saja Demian tak ada cara lain."Apa kau tidak memikirkan nasib Key dan Rey?" Demian menekan kalimat akhir.Bagi seorang ibu, anak dalah harta paling berharga. Flora tidak akan menyangkal kenyataan ini. Untung saja dia masih tameng di istana ini.Mendengar ucapan Demian. Perut Flora terasa mual. Apakah dia tidak memikirkan hal yang sama saat bermain api dengan wanita lain?Raut wajah Flora berubah. Amarahnya kali ini sudah meletup-letup,"Jadi maksudmu, Key dan Rey akan baik-baik saja saat melihatmu bercumbu dengan wanita lain? Dasar gila!" Hilang sudah kesabaran Flora."Dan kau baru saja menikmati malam panas dengan orang gila ini, sudahlah Flo hentikan semua ini. Bukankah kita saling mencintai?" sahut Demian yang hendak memeluk Flora.Dengan cepat Flora melambungkan tamparan ke pipi mulus Demian. Tamparan yang begitu keras dan menimbulkan bunyi nyaring. Telinga Demian berdenging serta pipinya mulai memerah.Flora mengira dengan kejadian di hotel semalam hubungannya akan jauh lebih baik.Namun semua berbeda. Fakta yang dia dapat pagi ini adalah ... wanita itu dengan berang-terangan masuk ke rumahnya dengan berperan sebagai tetangga yang baik.Hal yang paling tak bisa di toleransi adalah saat dia mulai menghasut kedua anaknya. Flora tak akan melepaskan tikus kecil itu.Flora mengacungkan jari telunjuk tepat di wajah Demian. Meskipun pria di hadapannya adalah Suami sahnya. Tetapi itu tak berarti dia dapat bertingkah seenaknya."Kau, yang memulai permainan ini. Jadi jangan pernah menyesal!" Flora menatap tajam. Kemudian berbalik dan melangkah pergi.Flora membuka pintu dan menutupnya dengan keras sehingga menimbulkan bunyi debaman yang menyita perhatian Rey dan Key.Key dan Rey segera berlari dari ruang tamu menaiki tangga. Menuju sumber suara, tapi mereka tak menemukan apapun saat sudah naik ke lantai atas."Tidak ada apapun disini Key," ucap Rey sambil menyapu sekitar dengan matanya."Tapi aku tadi dengar ada yang membanting pintu," Key celingukan. Dia masih penasaran dengan suara yang dia dengar.Di balik pintu kamar tamu, Flora sedang menutup mulutnya. Sebisa mungkin dia tidak bersuara agar kedua anaknya segera pergi."Apakah kita salah dengar?" tanya Rey melempar pandangan ke saudarinya."Sepertinya begitu, baiklah ayo kita mengemas barang lagi di bawah!" Ajak Key yang menggandeng tangan Rey.Mereka berjalan menjauh dan menuruni anak tangga, indra pendengar Flora menangkap percakapan kedua malaikat kecilnya. Walau terdengar samar tetapi, mereka sangat senang dengan ide Demian yang mengajak mereka bermain bola.Bagaimanapun Demian adalah ayah biologis mereka. Ikatan batin yang kuat tidak akan mudah di pisahkan begitu saja.Flora mencoba menahan laju air mata yang mulai meleleh di pipinya. Dia tau ini akan sangat sulit. Pilihan ini terlalu rumit.Dia ikhlas bila hatinya hancur. Tetapi dia tak bisa melihat kedua hati buah hatinya hancur bersamaan. Apa yang akan dia katakan bila suatu saat mereka melihat Demian bersama Rebecca?Terlebih saat ini Rebecca sudah sukses menjadi Tante girang yang baik hati di hadapan Key dan Rey. Flora tak akan diam saja melihat hal ini terjadi.Hatinya boleh hancur tetapi tidak dengan semangatnya, Flora menghapus air matanya dan menata tampilannya kembali.Dia menarik napas panjang dan membuka pintu. Berulang kali bibir tipisnya mengucapkan kata semangat agar dirinya tetap tegar.Flora melangkah menuruni tangga. Pandangannya tertuju pada Key dan rey yang asik mengemas barang-barang milik mereka.Ada tikar, topi, bola, dan barang yang paling menyita perhatiannya adalah cetakan pasir."Memang kita mau main bola di mana?" tanya Flora mengerutkan kedua alisnya.Key dan Rey melempar pandangan ke Flora, memamerkan deretan gigi susu yang putih bersih."Pantai Momy," jawab mereka bersamaan."Pantai?"Sedangkan di tempat lain Demian sudah siap dengan setelan baju santai. Kaos oblong yang kedodoran dan celana pendeknya.Terdengar deringan ponsel. Demian segera meraih benda pipih tersebut.[INGAT WANITA ITU HANYA MENGANGGAPMU SAMPAH, JADI PERCEPAT SEMUANYA!]Demian menutup layar ponselnya. Tanpa harus di ingatkan dia sudah sadar bagaimana posisinya. Otaknya masih mengingat dengan jelas bagaimana perlakuan Flora dulu."Demian, apa yang kau lakukan? Kau menyetejui kerja sama dengan Wijaya Grup. Apa kau tak memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya?" Murka Flora, sambil melempar lembaran berkas ke Demian.Demian tertunduk, baru semalam istrinya memberi amanah padanya untuk menjalankan perusahaan ini. Dan apa yang terjadi pagi ini? Semua tak sesuai ekspetasi. Flora mencercanya di hadapan anak buahnya.Wijaya Grup merupakann salah satu perusahaan ternama. Bukankah akan sangat menguntungkan bila dapat bekerja sama dengannya.Meskipun mereka adalah pesaing bisnis. Bukankah lebih baik bergabung jadi satu dari pada harus perang dingin.Wijaya Grup sudah rendah hati untuk memulai kerja sama ini."Surat perjanjian sudah di tanda tangani Bu. akan sangat sulit bagi kita untuk memutus kerja sama." ucap Pak Direktur, Revan."Aku belum memberi wewenang
Rebecca tersenyum kecut. Tak ada rona bahagia terpancar pada wajah cantiknya.Pria tersebut menautkan alis. Tidak biasanya dia di sambut seperti ini."Ada Masalah Sayang?" tanya Glen.Rebecca tak segera menjawab. Dia mencoba menyusun kalimat agar Glen tidak terkejut dengan kenyataan pahit yang harus mereka terima.Glen terus menatap lekat paras cantik yang selama ini menjadi tambang emas baginya. Dari raut wajahnya, sepertinya ada kabar buruk yang di sembunyikan."Ayo cerita! Aku selalu ada untukmu dalam keadaan apapun." ucap Glen sambil menggenggam erat jemari Rebecca.Rebecca menarik napas dalam, seolah menghirup semua oksigen di sekitarnya hingga tak tersisa. Kemudian mengeluarkan perlahan.Dia masih belum siap kehilangan pria yang amat dia cintai di hadapannya saat ini. Kenyataan ini terlalu pahit."Flora, istri Demian. Memblokir semua ATM ku." ucap Rebecca lirih.Mata Rebecca mulai berembun. Dia segera meraih jemari Glen yang mulai melepaskan tangannya.Glen berusaha untuk tetap
Seorang Pria sedang duduk di kursi kerjanya. di hadapannya ada sebuah foto wanita cantik yang tersenyum menatapnya.Tak ada yang dapat menggeser posisi wanita tersebut di hatinya. Dia merupakan seorang yang dapat merubah pria ini jauh lebih baik.Masih ada tatapan cinta di mata pria itu. Walaupun kenyataannya dirinya selalu di tolak dengan lembut.Wanita tersebut tak pernah sekalipun menyinggung dirinya. Padahal dia sadar kalau keberadaannya selalu membuat wanita tersebut tidak nyaman.Pada kenyataannya dia sudah memiliki keluarga dan kehidupan sendiri. Dia bahagia tanpa kehadirannya. Menyedihkan, begitulah kehidupan pria ini.Tak ada yang lebih menyedihkan dari cinta tulus yang terabaikan.Pria itu menutup laptopnya. Tampak senyuman manis yang terukir indah di wajah tampannya.Sebentar lagi penantiannya tak akan sia-sia. Hanya satu langkah lagi wanita tersebut akan terbebas dari hubungan yang membuatnya sakit.Di sini dia sangat mengharapkan kehadiran dirinya. Namun di sebrang sana,
Demian segera berlari kembali ke tempat dirinya meninggalkan kedua buah hatinya. Dia cukup cemas mendengar suara Key yang panik.Namun matanya tercengang ketika melihat seorang yang dia kenal sudah duduk bersama Key. Lebih menyebalkan lagi Key dan Rey baik-baik saja.Demian memasang wajah dinginnya. Dia menyebrang jalan dan melangkah mendekati kedua anaknya."Dady, Tante Rebecca bilang dia akan punya adik," lapor Key dengan antusias."Tapi adik itu masih sakit di perut Tante, apakah Dady mau untuk menolong Tante?" sahut Rey dengan wajah cemasnya.Astaga, mengapa wanita ini makin lama malah makin menggila? Ingin sekali dia melangkahkan kakinya pergi.Apakah tidak terpikirkan sedikit pun di otaknya, kalau situasi saat ini amatlah kacau. Rencana apa lagi yang wanita ini buat?"Key, Rey, bukan Dady tidak mau. Tapi kalian lihat sendiri kan, Momy sedang sakit dan dia sedang menunggu kalian di mobil." ucap Demian mencoba menjelaskan situasi ini.Dia tidak mungkin mengikuti rencana Rebecca. D
Mata Demian terbelalak, dia tidak menyangka akan mendapatkan kabar buruk seperti ini. Berulang kali dia mengedipkan matanya dan berusaha bangun dari alam mimpi ini.Dia segera membuang benda tersebut ke segala arah. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Rebecca sudah naik ke mobilnya yang terparkir di tepi jalan.Dirinya tak menyangka Dewi Fortuna berpihak kepadanya. Untung saja dia melihat kedua bocah manis yang duduk di emperan toko.Kalau tidak? Pasti dia tidak bisa memeras pria yang mulai lari dari dekapannya. Dari sorot matanya sudah terlihat jelas kalau sudah tidak ada lagi cinta untuknya.Entah apa yang di buat Flora sehingga pria itu dapat kembali kepadanya. Namun yang jelas dia tidak akan melepaskan mangsanya dengan mudah.Demian tidak mau larut dengan kabar ini. Dia segera beranjak dari kursi dan melangkah pergi menuju mobil.Dia segera naik ke mobil dan meninggalkan tempat. Rey dan Key saling pandang. Berharap agar Dedy nya memberi kabar baik. Mereka masih mencemaskan Tante y
Flora menepis tangan Demian. Sayangnya tangannya tidak sekuat itu. Suaminya mencengkram erat tangan Flora dan menatapnya tajam.Demian menggeser duduknya mendekat dan mengangkat Flora ke pangkuannya. Usahanya percuma, semakin dia meronta maka semakin kuat pula cengkraman Suaminya.Mata tajamnya seolah menusuk jiwa Flora. Mengingatkan kembali saat pertama kali mereka bertemu.Dulu matanya sangat teduh. Bibirnya selalu mengembangkan senyum ramah. Flora selalu hanyut akan ketampanan Demian saat itu.Entah apa yang membuatnya menjadi seperti sekarang. Kalau Demian menginginkan kekuasaan, harusnya dari dulu dia merebutnya dari Flora.Namun kenyataannya. Kenapa semua terjadi saat keduanya sudah memiliki buah hati yang haus akan kasih sayang mereka.Mata Flora berkaca. Dia tidak mampu menahan semua pedihnya. Dia juga wanita biasa yang tidak setegar di pikiran orang.Demian melepaskan cengkeramannya dan menghapus buliran bening yang menetes perlahan."Aku mohon Flo, lupakan semua ini. Aku aka
"Stop! Aku tidak bisa," Demian menjauhkan wajahnya.Dia tidak bisa untuk tetap baik-baik saja. Semua racun putus asa sudah menggerogoti hatinya. Dia tidak bisa berdiri di bayang-bayang Flora."Aku akan mengundurkan diri dari perusahaan. begitupun dengan pernikahan ini," lanjut Demian.Bagai badai di siang bolong. Flora tak percaya dengan apa yang dia dengar. Rencananya berjalan mulus tanpa dia harus kerja keras.Flora pikir dia akan merasa kesulitan meminta perceraian. Tetapi semua berbanding terbalik."Kau serius?" Flora masih tak percaya dengan ucapan Demian."Kau bisa bersama sekertaris mu itu! Aku tidak akan mengganggumu," lanjut Demian pergi meninggalkan Flora.Demian melangkah menuju kamar tidur. Sedangkan Flora masih termenung di ruang tamu.Harusnya saat ini dia bisa bahagia. Tetapi semua menjadi berbeda. Hatinya begitu perih dan sesak. Tanpa terasa buliran bening menetes perlahan dari ujung matanya.Kenapa dia tidak bisa memahami apa yang dia mau? Semuanya begitu sulit."Halo
Demian sedang asik bermain dengan kedua buah hatinya. Langit senja menyinari tubuh atletisnya sehingga terbentuk siluet yang menggoda.Dia melihat kedua anaknya yang saling berebut bola di tepi pantai. Sesekali keduanya terjatuh. Keduanya menampakkan kegembiraan.Senyuman keduanya mengingatkannya pada saat pertama bertemu dengan Flora. Saat itu dia membeli sebotol minuman dan melempar senyum cerah.Baru pertama kali dia melihat senyuman indah itu. Sudah 5 tahun dia menekuni profesi sebagai pedagang asongan. Dan hanya Flora yang tersenyum ramah kepadanya.Karena senyum itu mereka jadi dekat. Dan mulai menjalani hubungan. Dia masih ingat betapa hancur hatinya saat menerima penolakan dari orang tua Flora.Dunianya gelap gulita karena kehilangan senyum mataharinya. Namun Flora tetap tidak putus asa. Dia meyakinkan kedua orang tuanya agar menyetujui hubungannya ini.Demian sadar posisinya. Mana mungkin orang tua tega melihat anaknya menikahi pria dengan masa depan suram sepertinya.Hingga