Share

Pembagian Kamar

Bu Nur dan ibunya Tiara itu berteman baik. Rekan satu profesi dan punya nasib yang sama dalam membina rumah tangga. Sama seperti Bu Nur, Papanya Tiara juga meninggalkan ibunya demi wanita lain. Entah dimana dia sekarang, Tiara juga tidak tahu keberadaan ayah kadungnya itu.

Bu Nur juga yang punya ide menjodohkan Fahmi dan Tiara. Saat Mamanya Tiara pensiun dan memilih kembali ke kampung, mereka menikahkan anak-anaknya. Jadi Tiara tinggal di rumah Bu Nur bersama suaminya.

“Ma, aku tidak akan menceraikan Tiara. Aku  akan tetap memenuhi kebutuhan dia dan juga anak-anak. Makanya aku ijinkan Melly membuaka usaha. Ada  lima kepala yang harus aku hidupi dan sebentar lagi anak Melly lahir. Itu semua tidak akan cukup jika hanya mengandalkan gaji aku sebagai PNS, Ma!”

“Iya, Mama tahu,”

Bu Nur mengangguk.

“Tapi penghasilan PNS daerah dengan di sini kan beda. Selain gaji pokok dan tunjangan anak istri, kau juga akan mendapat tunjangan kerja dari pemda, bisa dua kali lipat dari gajimu. Belum lagi uang serifikasi. Jadi jangan terburu-buru begini, nak. Kalau kau bongkar kamar depan…,”

Bu Nur masih belum tega kalau minta Tiara lagi yang harus mengalah. Harus pindah kamar karena Melly memilih yang di depan.

“Ma, kita sudah sepakat,kan?”

Fahmi langsung menyela karena sudah membahas masalah ini tadi dan tidak ada yang keberatan.

“Aku bisa pindah ke sini karena Mamanya Melly. Dia habis puluhan juta, Ma. Jadi kalau dia buka usaha dan modalnya juga dari mereka, kenapa tidak kita dukung. Melly itu seperti ibunya. Dia tidak bisa hidup dengan mengandalkan uang dari suami,”

Bu Nur terdiam. Dia tidak bisa menolak keinginan anaknya secara terang-terangan ketika di depan Melly dan ibunya karen posisinya yang sulit. Kemana dia harus berpihak, itu akan menyakiti salah satu menantunya.

“Aku belum bisa beli rumah, Ma. Jadi aku minta maaf jika merepotkan mama lagi. Fahmi harus membongkar rumah ini menjadi tempat usaha sekaligus tempat tinggal istri-istriku,”

“Bukan masalah kau mau membongkar rumah ini, Fahmi,”

“Iya, Fahmi faham,”

Fahmi tahu apa yang menjadi pikiran Mamanya. Tidak hanya bagaimana Mama akan menjelaskan semua ini pada Mamanya Tiara tapi ini menyakut mental Mamanya ketika para tetangga mereka akan bertanya, siapa Melly, kenapa Fahmi kawin lagi, dan lain-lain.

Fahmi merasa, apa yang sudah dia perbuat ini mebuat beban hidup Mamanya makin berat.

“Kamu anak mama satu-satunya. Kelak, rumah ini juga akan menjadi milikmu sepenuhnya. Tapi begini, Nak. Kalau Kamar depan di bongkar, kamar kita tinggal tiga. Anak-anak sudah pada besar dan pastinya, Fattan dan Fadlan butuh kamar sendiri. Lalu Tiara dan Melly akan tidur di mana?”

Fahmi tidak lekas menjawab. Sepertinya dia memikirkan baik-baik apa yang dikatakan oleh Mamanya. Lama keduanya diam dan hanya suara TV yang terdengar di ruangan itu,

Meskipun begitu, Tiara yang sejak tadi berdiri di balik pintu kamar mendengar semua pembicaraan Fahmi dan Mamanya. Dia menahan diri untuk tidak keluar dan mencerna semua kata-kata yang masuk ke telinganya.

Apa yang dikatakan Bu Nur benar. Sekarang ini bukan hanya kesedihannya saja yang dipikirkan. Bagaimana sakit hatinya ketika mendapati tiba-tiba suaminya datang dengan wanita yang sudah dinikahi secara diam-diam. Wanita yang sudah empat tahun menjadi madunya dan kini akan melahirkan darah daging suaminya.

Tapi kesehatan Mamanya lebih penting dari semua ini. Fahmi itu menantu kesayangan mamanya. Tiara yang anak semata wayang, anak yang dibesarkan penuh kasih sayang oleh Dahlia,  teman kerjanya Bu Nur menerima perjodohan orang tuanya karena dia tahu bagaimana hubungan Mamanya dan Bu Nur,

Keduanya sudah seperti saudara sendiri. Tiara juga sudah mengenal Fahmi sejak kecil. Jadi ketika tahu kalau pria itu akan menjadi suaminya, dia tidak menolak.

Fahmi anak yang baik, anak yang patuh pada orang tua. Meskipun pada waktu itu Fahmi belum mapan secara ekonomi tapi Tiara bisa terima. Dia tahu kalau Fahmi pria yang  cerdas dan pekerja keras.

Tiara juga berpikir. Karena Fahmi dibesarkan ditengah keluarga broken home seperti dirinya, Fahmi pasti akan menghargai keluarga yang akan mereka bina. Akan menjunjung tinggi arti sebuah pernikahan karena dia tahu bagaimana kesedihan ibunya ketika ditinggal begiu saja oleh ayahnya.

Lebih tepatnya, Tiara berpikir kalau Fahmi itu pria yang dewasa karena masalah keluarganya yang pelik. Tak ubah seperti dirinya. Mungkin dari pelajaran hidup yang mereka alami, ke depannya rumah tangga yang mereka bina akan baik-baik saja.

“Ma…jangan ijinkan Melly membuat warung nasi di sini!’

Tiara berdoa dalam hati. Dia berharap ibu mertuanya itu tetap bersikap bijak padanya meskipun tanpa diminta.

“Kalau sampai itu terjadi, bagaimana jika Mama datang ke sini dan tahu semuanya?”

Tidak ada yang tahu kalau diam-diam Tiara sudah mengambil keputusan. Dia tidak akan menceritakan kalau dirinya sudah dimadu oleh Fahmi pada Mamanya. Dia  akan menutupi kebejatan suaminya demi kesehatan mental mamanya.

Sekarang ini Bu Dahlia kena struk ringan yang menyebabkan dia tidak mungkin bepergian jauh. Sejak Fahmi merantau, Tiara memang tidak pernah pulang. Dia hanya mengobati kerinduannya dengan mamanya dengan ngobrol di telpon.

Bu Dahlia juga tidak tahu kalau selama itu anaknya tidak mendapat kabar atau dikirim uang bulanan oleh Fahmi. Selain Tiara menutup rapat-rapat aib suaminya, Bu Nur juga tidak mau kelakuan anak yang sempat dia bangga-banggakan akan bertanggung jawab pada anak kesayangan sahabatnya itu akan menjadi tidak tahu diri seperti ini.

Tiara merapatkan kembali telinganya ke daun pintu ketika sudah mendengar suara Bu Nur.

“Mamanya Tiara kena struk. Tak lama setelah kau pergi, dia jatuh di kamar mandi dan sempat pingsan ketika mau di bawa ke rumah sakit. Sampai sekarang  ga bisa jalan dan dia juga ga bisa bepergian jauh. Tante Lia tidak tahu kalau selama kau pergi, Tiara tidak menerima kabar atau uang darimu. Setiap bulan dia kirim uang untuk bantu-bantu beli susu Fattan dan adik-adiknya. Coba kau pikir, Mama harus bilang apa kalau Tante Lia tahu semua ini,”

“Kau tidak hidup sendiri, Nak. Selain kau, Tiara dan Melly, kita juga hidup ditengah-tengah keluarga dan masyarakat yang tidak mungkin kita tutup matanya satu persatu. Yang tidak mungkin kita larang untuk tidak membicarakan hubungan kalian. Tentang hubungan kalian yang sangat tidak umum ini, Nak!”

“Ma, aku minta maaf,”

“Kau sangat ingin jadi PNS, kan. Sekarang impian itu sudah kau capai. Bahkan kau juga sudah mendapatkan apa yang kau inginkan. Kau juga bisa pindah ke sini karena bantuan keluarga istri mudamu. Tapi satu yang kau lupakan, Nak!”

Fahmi belum sempat berkomentar tapi Bu Nur Sudah melanjutkan kembali kata-katanya

“Bagaimana jika Tiara melaporkan kamu ke atasan dan kau dipecat?”

“Apa yang sudah kau dapat dengan bersusah payah dan membuat semua jadi seperti ini, akan lepas dalam sekejap mata saja, Fahmi!”

“Tiara itu istri sahmu, sangat mungkin sekali laporan dia akan diproses kalau kau nikah lagi tanpa sepengetahuan dia. Itu sangat bernahaya Fahmi!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status