Share

108

Penulis: Melyana_Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-02 11:18:30

"Dara mungkin diculik. Mungkin bersembunyi. Atau mungkin... dipaksa kembali ke dalam proyek yang dulu ingin dia tinggalkan."

"Tapi ada satu hal yang tak berubah dalam suaranya—ia masih Dara. Bukan sekadar objek eksperimen. Ia Dara yang pernah menatapku tanpa dendam, hanya lelah. Dan aku tidak bisa meninggalkannya sekarang."

Mereka menemukan kamar tersembunyi di bawah vila yang terkunci rapat.

Di dindingnya, tergores sebuah tanggal yang belum terjadi:

“14 Agustus — Hari Penyatuan”

…dan tiga nama tertulis samar:

K, N, dan D.

Kenzo menggenggam lencana Dara—yang sempat ia selamatkan dari puing-puing.

“Kau masih hidup. Dan kita akan membawamu pulang. Dengan kebenaran utuh.”

Surat itu tiba dengan cara yang tak biasa — diselipkan diam-diam ke dalam buku sketsa tua milik Nadiya yang ia simpan di dalam koper, terkunci.

Ketika membukanya, satu lembar kertas terlipat rapi, namun sudutnya mengering dengan noda merah yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   109

    Proyeksi terakhir memutar satu kenangan yang bahkan Dara sendiri tak tahu pernah terjadi.Seorang gadis kecil lain—tak bersuara, hanya menatap dari balik jendela.Wajahnya asing… tapi mata itu... seperti menyalin bayangan Dara.Apakah itu cermin, atau saudara kembar?Suara terekam samar:“Prototipe 02-B. Nama: Ara…”Suara sintetis dari sistem Cermin Kenangan berkata, “Konflik emosional tak teratasi. Potensi manipulasi memori tinggi. Trauma belum selesai.”Dara memukul cermin dengan tangan berdarah.“Aku tahu siapa aku. Aku tahu apa yang kalian lakukan pada kami. Dan sekarang, aku akan membuat dunia tahu juga.”Dara terduduk lemas di sudut ruang.Tangan kanan menggenggam erat gelang rajut merah yang dulu diberikan Nadiya.“Kalau kamu disakiti… aku akan mencarimu. Aku janji.”Nadiya menepati janji itu. Kini giliran Dara menebus segalanya.Dalam ruangan bawah tanah yang terjaga suhu da

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   108

    "Dara mungkin diculik. Mungkin bersembunyi. Atau mungkin... dipaksa kembali ke dalam proyek yang dulu ingin dia tinggalkan.""Tapi ada satu hal yang tak berubah dalam suaranya—ia masih Dara. Bukan sekadar objek eksperimen. Ia Dara yang pernah menatapku tanpa dendam, hanya lelah. Dan aku tidak bisa meninggalkannya sekarang."Mereka menemukan kamar tersembunyi di bawah vila yang terkunci rapat.Di dindingnya, tergores sebuah tanggal yang belum terjadi:“14 Agustus — Hari Penyatuan”…dan tiga nama tertulis samar:K, N, dan D.Kenzo menggenggam lencana Dara—yang sempat ia selamatkan dari puing-puing.“Kau masih hidup. Dan kita akan membawamu pulang. Dengan kebenaran utuh.”Surat itu tiba dengan cara yang tak biasa — diselipkan diam-diam ke dalam buku sketsa tua milik Nadiya yang ia simpan di dalam koper, terkunci.Ketika membukanya, satu lembar kertas terlipat rapi, namun sudutnya mengering dengan noda merah yang

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   107

    “Atau korban pertama. Kita tak tahu pasti. Tapi... aku akan membantumu menemukannya.” “Kenapa kau membantu kami sekarang?” tanya Nadiya.“Karena... aku ingin menghancurkan Umbra. Dari dalam. Dan hanya kalian yang punya kunci akhir.”Lalu keheningan kembali hadir.Nadiya memandangi Dara. Wajah yang pernah jadi saingan. Pernah jadi sahabat. Dan kini... berada di antara dua sisi: pengkhianat atau penebus.“Satu kesalahan lagi, Dara... dan aku sendiri yang akan memutuskan jalurmu.”Dara tersenyum kecil.“Itu adil. Karena kau satu-satunya yang pernah aku percaya tanpa rencana.”“Kita mulai kapan?” tanya Kenzo. “Malam ini. Karena besok... Florence takkan pernah sama.”Mereka berdiri hampir bersamaan.Di tangan Nadiya, chip itu terasa seperti bara.Dan dari jendela kafe, siluet seorang pria berjubah abu-abu tampak mengamati dari kejauhan. Dia tak dikenal, tapi ada lambang seri

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   106

    Setelah perjalanan emosional dari Napoli, Nadiya menerima pesan terenkripsi dalam bentuk lukisan digital—sebuah gambar siluet gadis berdiri di bawah pohon maple yang tampak seperti dirinya sendiri, tapi dengan goresan tinta bertanda D.A.Di bawahnya hanya ada satu baris pesan:"Kita sama, tapi jalur kita berbeda. Temui aku di tempat di mana bayangan tak bisa bersembunyi."— DKoordinatnya menunjuk ke Roma, di taman yang menghadap museum seni. Villa Borghese, tempat penuh ketenangan yang ironis bagi dua jiwa penuh luka.Nadiya datang lebih awal, mengenakan mantel krem dan syal biru laut yang diberikan Kenzo sebelum berpisah di stasiun Termini.Dara muncul tanpa suara. Rambutnya kini lebih pendek, wajahnya lebih tenang, tapi sorot matanya masih seperti badai yang belum selesai.Tak ada pelukan. Tak ada salam.Hanya... tatapan dua orang yang tahu bahwa satu kalimat bisa menyelamatkan atau menghancurkan."Kamu makin

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   105

    Langit Genoa berwarna kelabu keperakan saat kereta Frecciarossa melaju cepat dari Florence. Dari balik jendela, Nadiya memandangi siluet pelabuhan tua yang mulai terlihat di kejauhan — tempat kisah ini akan melompat ke babak yang lebih kelam, dan mungkin... lebih jujur.Di sampingnya, Kenzo memegang sebuah map lusuh berisi arsip tua dengan inisial “L.M.” — konon, pelukis misterius yang pernah menjadi ikon avant-garde Italia, sebelum menghilang tanpa jejak. Tapi menurut informasi rahasia dari arsip galeri gelap di Tokyo, L.M. adalah mantan agen seni dari jaringan rahasia Umbra yang kabur setelah melihat hal yang tak seharusnya.Mereka tiba di penginapan kecil dekat Vicolo delle Grazie, jalan sempit berundak dengan bangunan batu tua.“Pasti di sinilah tempat terakhirnya,” bisik Nadiya sambil menatap pintu studio tertutup di ujung gang.Kenzo mengangguk. “Arsip menunjukkan, dia biasa dipanggil Maestro Ombra. Tapi sekarang orang-orang memanggilnya—pel

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   104

    Florence tak hanya menyambut Nadiya dengan kemegahan arsitektur Renaisans dan aroma kopi yang kuat. Kota ini juga mempertemukannya dengan bayang-bayang yang tidak ia undang. Hari pertama program artist-in-residence, Nadiya mengenakan apron putih dan menggenggam kuas dengan tangan sedikit bergetar. Di ruang studio kaca besar, bersama seniman-seniman muda dari seluruh dunia, ia merasa kecil… tapi kuat. Lalu masuklah Agnese Bellotti, seniman senior dengan reputasi tinggi dalam komunitas seni Eropa. Berambut perak seperti kabut pagi dan bibir tajam seperti pisau palet, wanita itu mendekati kanvas Nadiya dan berkata dalam bahasa Inggris yang tajam: “Your strokes… they’re emotional. But messy. Like someone who still hasn’t resolved their past.” Nadiya hanya menatapnya, menahan reaksi. Tapi matanya menyala. Ia tahu ini bukan hanya kritik teknik. Ini penghakiman diam-diam terhadap siapa dirinya. Tak b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status