공유

170

작가: Melyana_Arum
last update 최신 업데이트: 2025-09-04 20:50:06

Aruna berhenti di bawah lampu jalan, tubuhnya gemetar hebat.

Tangannya meremas dada, tepat di atas jantungnya, seperti ingin menahan sesuatu yang bergejolak di dalam.

"Aku lelah. Aku benci ini. Aku benci harus memilih. Aku benci mereka berdua berantem karena aku."

Hujan membawa memori lama saat ia dulu kabur ke dunia malam. Musik keras, lampu neon, dentuman bass yang menenggelamkan rasa sakit. Ada godaan kuat yang muncul kembali:

"Kalau aku kembali ke sana… aku nggak harus mikirin semua ini. Nggak ada cinta, nggak ada gosip, nggak ada pilihan."

Jalan di depannya bercabang: ke arah rumah yang terang (meski penuh masalah), atau ke arah distrik hiburan malam yang ia tahu terlalu baik.

Aruna menunduk, bibirnya bergetar.

“Kenapa aku… selalu gagal menjaga diriku sendiri…?”

Hujan deras menelan seluruh kota, dan di bawah lampu jalan yang temaram, Aruna berdiri sendiri.

Setengah langkah ke rumah, setengah langkah ke dunia lama
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   178

    “Pagi, Runa,” ucap Ezra sambil mengangkat tangan, wajahnya santai seolah tidak ada masalah dunia.Aruna menghela napas, menahan senyum. “Kenapa kamu ada di sini? Biasanya kamu telat lima menit.”Ezra mengedikkan bahu. “Ya… aku pikir, kalau aku telat, kamu bakal kepikiran. Jadi aku datang lebih cepat.”Aruna menunduk, menahan rona merah di pipinya. “Kamu ini… bikin orang salah paham terus.”Ezra terkekeh. “Yaudah, biar aku yang salah. Yang penting kamu nggak sendirian.”Mereka berjalan masuk bersama. Beberapa murid berbisik, sebagian menatap dengan rasa penasaran, bahkan iri. Tapi Aruna hanya menegakkan punggungnya, sementara Ezra dengan santainya menaruh tangan di saku dan tetap di sisi Aruna.Waktu istirahat, Aruna duduk bersama Nadira dan teman sekelas lainnya. Ezra tanpa ragu menaruh nampannya di sebelah Aruna.“Eh, Ezra… biasanya kamu duduk sama cowok-cowok,” celetuk salah satu teman mereka.Ezra dengan sant

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   177

    Pagi itu, langit biru cerah, udara terasa lebih ringan meski gosip di sekolah belum benar-benar reda.Aruna datang ke gerbang sekolah lebih awal, tapi ternyata Ezra sudah menunggunya.“Pagi, Runa,” ucap Ezra sambil mengangkat tangan, wajahnya santai seolah tidak ada masalah dunia.Aruna menghela napas, menahan senyum. “Kenapa kamu ada di sini? Biasanya kamu telat lima menit.”Ezra mengedikkan bahu. “Ya… aku pikir, kalau aku telat, kamu bakal kepikiran. Jadi aku datang lebih cepat.”Aruna menunduk, menahan rona merah di pipinya. “Kamu ini… bikin orang salah paham terus.”Ezra terkekeh. “Yaudah, biar aku yang salah. Yang penting kamu nggak sendirian.”Mereka berjalan masuk bersama. Beberapa murid berbisik, sebagian menatap dengan rasa penasaran, bahkan iri. Tapi Aruna hanya menegakkan punggungnya, sementara Ezra dengan santainya menaruh tangan di saku dan tetap di sisi Aruna.Waktu istirahat, Aruna duduk bersama N

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   176

    Kerumunan kembali gaduh antara yang kaget, ragu, ada yang masih menuduh. Tapi aura Aruna dan Ezra yang berdiri bersebelahan, saling menggenggam tangan di bawah cahaya api unggun dan kembang api terakhir, menciptakan momen yang begitu kuat.Beberapa siswa yang semula berteriak kini mulai diam. Ada yang saling berbisik, bingung, bahkan mulai meragukan gosip itu.Raska yang berdiri di samping, akhirnya maju setengah langkah. Dengan senyum tipis namun tegas, ia berkata:“Kalian semua tahu Aruna. Kalian lihat sendiri siapa dia di sini, setiap hari. Masa kalian rela percaya kebohongan murahan tanpa bukti lain?”Kata-kata itu makin memecah kebisuan.Aruna menunduk sebentar, air matanya jatuh tapi kali ini bukan karena putus asa, melainkan karena ia merasa kuat untuk pertama kalinya.“Aku tidak akan lari lagi. Tidak dari diriku sendiri, tidak dari mereka, dan tidak darinya…”Ia menggenggam tangan Ezra lebih erat, menatap api unggun y

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   175

    Ezra bergerak cepat, berdiri di depan Aruna, melindunginya dari tatapan-tatapan penuh tuduhan.“Berhenti! Jangan percaya begitu saja!” suaranya tegas, tapi tak cukup menghentikan bisik-bisik yang makin membesar.Raska yang ada di kerumunan maju, mencoba menenangkan siswa lain.“Tunggu dulu, ini belum tentu benar—”Tapi seseorang menyela lantang:“Foto nggak mungkin bohong!”Suasana menjadi kacau. Beberapa siswa menyalakan ponsel mereka, memotret foto itu, menyebarkan ke media sosial. Gosip berubah jadi gelombang fitnah yang tak terbendung.Aruna merasakan dunia mengecil. Suara musik festival berganti jadi gema yang memekakkan. Wajah-wajah yang tadinya tersenyum kini menatapnya seperti monster.“Semua orang tahu. Semuanya terbongkar. Aku… kotor.”Air mata hampir pecah, tapi Aruna menahannya mati-matian. Ia mundur selangkah, lalu selangkah lagi, sampai punggungnya menyentuh bahu Ezra.“Aruna…” Ezra menoleh, sua

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   174

    Musik tradisional bercampur dengan lagu modern dari panggung siswa. Beberapa pasangan mulai menari di dekat api unggun. Ada yang saling menggenggam tangan, ada juga yang duduk berdekatan menikmati kembang api kecil yang dibagikan panitia.Ezra tiba-tiba berbalik menatap Aruna.“Mau ikut?”“Hah? Apa?”“Menari. Atau paling nggak, jalan ke dekat api. Kamu kelihatan pengen, tapi nahan.”Aruna refleks menyangkal. “Nggak ah. Aku malu.”Ezra tidak menjawab panjang. Ia hanya mengulurkan tangan. Matanya menatap dalam, seolah berkata: “Aku di sini. Kamu nggak sendirian.”Aruna menatap tangan itu lama. Jantungnya berdebar. Semua gosip, semua trauma, seolah memudar saat ia akhirnya meletakkan tangannya di genggaman Ezra.Mereka berjalan ke dekat api. Kilau cahaya membuat wajah Aruna bersinar, dan Ezra tidak bisa mengalihkan pandangan.Di antara kerumunan yang tertawa dan bersorak, mereka berdua seperti punya dunia sendiri.“A

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   173

    Aruna menatap tulisan itu, lalu balik menuliskan pesan,“Kenapa kamu lebih suka ngajarin lewat catatan kecil daripada bisikan?”Ezra membacanya, lalu membalas dengan cepat:“Kalau aku bisik, nanti kamu malah makin gugup.”Aruna menahan tawa kecil, pipinya memerah. Dia bener-bener tahu kelemahanku ya…Mereka duduk berdua di kantin, dan untuk pertama kalinya, Aruna membawa bekal buatan sendiri.Ezra membuka kotaknya, menatap nasi gulung yang bentuknya agak miring. “Ini… kamu bikin?”“Ya. Jangan banyak komentar,” kata Aruna cepat, sedikit defensif.Ezra mengambil satu, menggigitnya, lalu berhenti.“Gimana?” Aruna menatap gugup.Ezra mengunyah pelan, lalu tersenyum samar. “Agak asin. Tapi… anehnya enak.”Aruna menoleh, pura-pura sibuk dengan air minum. Pipinya merah lagi.“Kalau mau jujur, bilang aja nggak enak.”“Aku serius,” Ezra menegaskan. “Aku nggak suka makanan terlalu manis. Jadi ini… pas.”

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status