Share

43

Penulis: Melyana_Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-05 12:34:06

Di grup-grup keluarga, obrolan pun tak kalah heboh. Pihak WO sampai menerima panggilan bertubi-tubi untuk memastikan kebenaran undangan.

Wala, yang belum sepenuhnya siap berbicara kepada publik soal pertunangannya, merasa sempat terpojok.

“Aku belum bilang ke semua teman kantor. Bahkan teman lamaku belum tahu. Sekarang semua tahu dari gosip?!”

Tapi saat ia sedang duduk terpaku di ruang tamu, masih menatap layar ponselnya yang dipenuhi notifikasi seseorang masuk dan berdiri tegap di hadapannya.

Kaisar Gumilar, kakak sulung Nataya, sekaligus sosok yang sejak awal protektif atas adiknya, berdiri di ruang tengah yang dipenuhi keluarga dari dua pihak. Mata semua orang mengarah padanya.

Dengan penuh keyakinan, Kaisar berkata:

“Kalau undangan sudah tersebar, artinya semesta ikut menyambut niat baik ini.”

“Sebagai kakak Nataya… aku memberikan restu sepenuh hati untuk Wala. Aku
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   44

    Nataya mengangguk. “Iya. Aku mau. Tanpa ragu.” Langit sore di halaman belakang keluarga Nusantara tampak tenang. Langit sedikit jingga, seolah memberkati hari itu dengan kehangatan yang lembut. Tenda putih yang sama saat lamaran Kaisar dan Narumi kini berdiri lebih besar, dihiasi bunga melati, kenanga, dan sentuhan calla lily yang merupakan bunga favorit Nataya. Tamu-tamu keluarga Gumilar, Dewangga, dan Nusantara berkumpul. Tak hanya untuk menyaksikan janji pertunangan, tapi juga untuk merayakan pengikatan dua nama yang telah membawa sejarah panjang: cinta, kehilangan, dan pertemuan kembali. Dijalankan oleh Bu Naomi, Bu Prasasti, dan Bu Hermina, siraman melambangkan penyucian jiwa dan restu ibu dari tiga keluarga penting dalam hidup Wala dan Nataya. Air diambil dari tiga sumber berbeda, disatukan dalam kendi tanah liat: simbol penyatuan nilai, restu, dan doa. Wala dan keluarga me

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   43

    Di grup-grup keluarga, obrolan pun tak kalah heboh. Pihak WO sampai menerima panggilan bertubi-tubi untuk memastikan kebenaran undangan. Wala, yang belum sepenuhnya siap berbicara kepada publik soal pertunangannya, merasa sempat terpojok. “Aku belum bilang ke semua teman kantor. Bahkan teman lamaku belum tahu. Sekarang semua tahu dari gosip?!” Tapi saat ia sedang duduk terpaku di ruang tamu, masih menatap layar ponselnya yang dipenuhi notifikasi seseorang masuk dan berdiri tegap di hadapannya. Kaisar Gumilar, kakak sulung Nataya, sekaligus sosok yang sejak awal protektif atas adiknya, berdiri di ruang tengah yang dipenuhi keluarga dari dua pihak. Mata semua orang mengarah padanya. Dengan penuh keyakinan, Kaisar berkata: “Kalau undangan sudah tersebar, artinya semesta ikut menyambut niat baik ini.” “Sebagai kakak Nataya… aku memberikan restu sepenuh hati untuk Wala. Aku

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   42

    Minggu berikutnya, banyak hal berubah. Nataya dan Wala terlihat makin sering bersama, tapi bukan dengan drama... dengan ketenangan yang dewasa. Pak Nusantara mulai meminta Wala ikut dalam beberapa keputusan rumah dan kegiatan sosial, perlahan mengarah pada pengakuan serius. Kaisar yang dulu posesif, kini diam-diam menjaga dari jauh, bahkan kadang menitipkan pesan lucu lewat Narumi. Di hari Minggu sore, Nataya dan Wala berjalan di pasar seni. Mereka tertawa saat membeli lukisan kecil bertuliskan: “Kebahagiaan dimulai saat kamu berhenti takut kehilangan.” Wala menatap Nataya dan berkata: “Kalau suatu hari nanti kamu ragu lagi… baca lukisan ini.” Nataya hanya mengangguk dan menggenggam tangan Wala lebih erat. Hari itu, matahari baru saja menyapa lembut pekarangan rumah keluarga Nusantara, langit bersih, dan

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   41

    Namun Nataya yang membuka pembicaraan, “Aku pernah bilang ke diriku sendiri, kalau kamu menulis surat itu tiga minggu lebih awal, mungkin aku langsung lari ke pelukanmu.” “Tapi kamu gak lari,” sela Wala, sedikit getir. Nataya tersenyum pahit. “Karena kamu lambat, bodoh, keras kepala. Tapi kamu juga lelaki yang berani menyimpan luka sendiri. Dan aku… aku gak bisa membohongi diri. Suratmu itu, Wala… membuat jantungku sakit sekaligus lega.” Wala menunduk. Suara seraknya keluar tertahan. “Aku takut kamu udah terlalu jauh buat aku kejar.” “Kamu gak perlu kejar kalau aku berhenti di tempat.” Wala menatap cepat penuh harapan. Nataya menyilangkan tangan di dada, lalu berkata dengan senyum samar: “Tapi aku gak suka jadi pilihan kedua. Kamu harus yakin. Harus tahu ke mana kamu melangkah. Kalau kamu m

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   40

    Wala menatap bunga itu, lalu pada Nataya. Dengan suara yang rendah tapi jujur, ia berkata: “Kalau bunga itu aku yang lempar hari itu... kamu akan tangkap, ‘kan?” Nataya terdiam. Lalu mengangguk pelan. “Aku akan tangkap, Wala.” Pertemuan yang tak direncanakan itu menjadi awal baru. Tidak perlu kata "kembali" atau janji manis yang rumit. Tapi ada ketulusan dan waktu—dua hal yang paling penting bagi hati yang sempat terluka. Hari itu, di antara bunga kertas dan tawa anak-anak, benih itu tumbuh lagi. Lebih pelan, tapi lebih pasti. Dan Nataya tahu, mungkin... mungkin kali ini, ia akan menjaganya baik-baik. Ditemukan di dalam kotak kecil berlapis kayu jati, di antara buku-buku tua di meja kerja Pak Nusantara. Nataya menemukannya secara tak sengaja setelah membantu membersihkan ruang kerja Wala, beberapa hari setelah pertemuan di rumah sakit. Kepada: Nataya

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   39

    Semua mata tertuju padanya. Kaisar menegang. Narumi tampak terkejut tapi tetap tenang. “Wanita itu Narumi bukan siapa-siapa! Dia memalsukan identitasnya! Dia memalsukan tes DNA demi bisa masuk ke keluarga Dewangga dan menikahi Kaisar!” Kejutan menyapu seluruh ruangan. Beberapa tamu bergumam. Tapi sebelum Nayla melangkah lebih jauh... Dewa maju ke depan. Suaranya dingin, namun mengandung ketegasan yang membuat ruangan terdiam. “Cukup, Nayla.” Ia melambaikan tangan, dan layar LED utama memutar rekaman CCTV saat Nayla mendekati rumah sakit dan menyuap salah satu staf medis, serta bukti digital hasil forensik yang menunjukkan upaya peretasan data DNA Narumi. “Semua yang kau tuduhkan adalah hasil rekayasa—dari pihakmu,” tegas Dewa. Bu Hermina, dengan suara tajam, berkata, “Kau tidak hanya mencemarkan nama Narumi, tapi mencemarkan nilai keluarga kami. Kau akan bertanggung jawab.”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status