Share

TKDCP 5

Author: Melyana_Arum
last update Last Updated: 2025-01-16 18:11:35

Di salah satu ruangan VIP, seorang pria paruh baya duduk dengan tatapan tajam. Pak Nusa, dengan raut wajah yang tak bisa ditebak, menatap pemuda gagah di hadapannya—Kaisar.

Kaisar, seorang pria dengan wibawa dan kekuasaan besar di dunia entertainment, berdiri tegap. Ia baru saja mengungkapkan niatnya untuk menikahi Narumi, wanita yang telah meminjam uangnya untuk pengobatan. Namun, respon Pak Nusa jauh dari yang ia harapkan.

“Pak Nusa, saya datang dengan niat baik. Saya ingin menikahi Narumi karena dia harus membayar hutangnya pada saya,” ucap Kaisar penuh dengan harapan.

Pak Nusa menarik napas panjang, lalu menghela pelan. Matanya menatap lurus ke dalam mata Kaisar, seakan menimbang segala kemungkinan yang ada.

“Kaisar, aku tahu kau pria yang baik telah menolong Narumi. Tapi ada hal yang harus kau pahami. Dalam Islam, wali nikah yang sah bagi seorang perempuan adalah ayah kandungnya. Aku hanya ayah angkatnya. Aku tidak punya hak untuk menikahkannya,” jujur Pak Nusa mengungkapkan apa yang lama disembunyikan.

Mendengar hal itu, Kaisar mengernyitkan dahi. Matanya menatap Pak Nusa dengan serius.

“Narumi… tidak tahu tentang ini, bukan?” tanya Kaisar dengan Hati-hati pada calon mertuanya.

Pak Nusa mengangguk pelan.

“Sejak kecil, aku membesarkannya seperti anak sendiri. Aku tak pernah ingin dia merasa berbeda. Namun, kenyataannya, dia bukan darah dagingku,” cerita Pak Nuas

Kaisar mengepalkan tangannya. Ini adalah kenyataan yang tidak ia duga sebelumnya. Namun, ia tidak akan mundur begitu saja.

“Lalu, di mana ayah kandungnya? Aku akan mencarinya,” ucap Kaisar dengan penuh keyakinan untuk mencari ayah kandung Narumi.

Pak Nusa menghela napas berat. Tatapannya menerawang ke masa lalu, ke hari saat ia menemukan Narumi.

“Aku tidak tahu pasti siapa ayah kandungnya. Yang kutemukan hanyalah sebuah liontin dan selendang biru yang menyelimuti tubuh kecilnya saat aku menemukannya di depan rumahku dua puluh tahun lalu. Hanya itu petunjuk yang kumiliki,” jelas Pak Nusa saat menceritakan tentang saat menemukan Narumi.

Kaisar mengangguk. Matanya menyala dengan tekad.

“Baik. Aku akan mencari tahu siapa ayah kandung Narumi. Aku tidak akan menyerah. Jika itu syarat untuk menikahinya, aku akan melakukannya,” ucapnya.

Pak Nusa menatap Kaisar dengan mata yang penuh arti. Ada harapan, ada kekhawatiran, dan ada kepercayaan yang mulai tumbuh.

“Kalau kau memang ingin menikahinya, maka ini adalah caranya. Temukan ayah kandungnya. Baru setelah itu, kita bisa bicara tentang pernikahan,” lanjut Pak Nusa mengingatkan.

Kaisar tersenyum tipis, lalu membungkukkan badan dengan hormat.

“Terima kasih, Pak Nusa. Saya akan kembali dengan jawaban yang kita cari.”

Dengan langkah tegap, Kaisar meninggalkan ruangan. Dalam hatinya, ia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai. Ia harus menemukan ayah kandung Narumi, sebelum restu yang diharapkannya berubah menjadi penolakan abadi.

***

Beberapa hari berikutnya, kondisi Pak Nusa sudah membaik. Kaisar pun sibuk dalam pencarian juga pekerjaannya.

Pagi hari ini, Bunda Naomi yang akhirnya tersadar dari kondisi kritisnya. Menatap Narumi dengan penuh haru, Bunda Naomi ingin berbicara banyak hal dengan anak bungsunya ini. Tapi kondisinya yang baru saja siuman membuat tubuhnya lemas. Dia hanya tersenyum dan merespon dengan perlahan-lahan apa yang dibicarakan oleh Narumi.

Dokter dan perawat masuk untuk membawa Bunda Naomi untuk diperiksa lebih lagi. Disaat menunggu itulah, kakak-kakak Narumi datang untuk menjenguk.

Narumi yang menunggu Bunda Naomi belum tahu jika kakak-kakaknya datang.

Di ruangan VIP, tempat dimana Pak Nusa berbaring. Dia kedatangan tamu yang tak asing, mereka anak prianya yang lama tak datang menjenguknya.

“Dasar kalian anak kurang ajar!” emosi Pak Nusa pada kedua anaknya.

“Maafkan kami yah,” ucap Cakrabuana meminta maaf.

“Jadi… begini balasan kalian kepadaku?” suara Pak Nusa bergetar, antara kecewa dan geram. “Aku berbaring di sini hampir seminggu, karena kecelakaan, sementara kalian sibuk dengan urusan masing-masing! Bahkan menengok pun kalian tak sempat!”

Cakrawala mengusap tengkuknya, mencoba mencari alasan yang terdengar masuk akal. “Ayah, pekerjaan kami tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Aku punya tanggung jawab besar.”

“Sama, Yah,” timpal Cakrabuana, suaranya lebih tajam. “Aku tak bisa begitu saja meninggalkan semua urusan di Kantor cabang,” Cakrabuana memperjelas apa yang menjadi penghambat mereka datang.

Pak Nusa menggeram pelan. “Omong kosong! Kalian hanya mencari alasan! Lalu sekarang kalian datang, tapi hanya untuk berdiri seperti patung di hadapanku?”

Ruangan seketika hening, hanya terdengar desahan napas berat dari Pak Nusa. Namun, sejenak kemudian ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.

“Aku ingin berbicara soal Narumi,” ucapnya akhirnya, suaranya lebih terkendali.

Cakrabuana dan Cakrawala saling berpandangan. Narumi, nama adik mereka yang sejak lama memiliki rahasia besar yang mereka simpan rapat-rapat dalam hati.

“Ada apa dengan Narumi?” tanya Cakrabuana, nadanya sedikit curiga.

Pak Nusa memandang kedua anaknya dengan tajam sebelum akhirnya berkata, “Dia dilamar seseorang.”

Seperti petir di siang bolong, pernyataan itu membuat Cakrabuana menegang. Wajahnya seketika memerah, matanya melebar tak percaya.

“Tidak mungkin!” seru Cakrabuana, emosinya meledak. “Narumi… dia tidak bisa menikah dengan orang lain!”

Pak Nusa menaikkan alisnya. “Dan kenapa tidak? Seorang pria datang melamar, dan aku harus menolaknya begitu saja?”

Cakrabuana mengepalkan tangannya, berusaha menahan gejolak yang membakar dadanya. Ia mencintai Narumi. Perasaan itu tumbuh dan mengakar dalam hatinya sejak lama, meski ia tahu Narumi bukan adik kandungnya sejak sepuluh tahun yang lalu.

Cakrawala, yang lebih pendiam, menatap ayahnya dengan sorot tajam. “Ayah, kau tahu betul bagaimana perasaan Cakrabuana terhadap Narumi…”

Pak Nusa tersenyum tipis, tapi ada tantangan dalam matanya. “Kalau begitu… aku akan memberlakukan syarat yang sama seperti seorang yang melamar Narumi,” ucap Pak Nusa dengan santai.

Cakrabuana dan Cakrawala menunggu dalam diam.

“Siapa pun di antara kalian yang lebih dulu menemukan ayah kandung Narumi… dialah yang berhak menikahinya,” ujar Pak Nusa memberi kesempatan untuk Cakrabuana. Dengan tantangan yang sama pada Kaisar.

Suasana kembali tegang. Cakrabuana menggertakkan giginya, sementara Cakrawala menatap ayahnya dengan pandangan penuh arti.

Sebuah pertaruhan baru dimulai. Dan kali ini, bukan hanya perasaan yang dipertaruhkan… tetapi juga takdir.

Tanpa mereka sadari, Kaisar yang menyempatkan waktu untuk menjenguk Pak Nusa dan Bunda Naomi juga bertemu Narumi. Kaisar berhenti didepan pintu ruang itu, tanpa ingin masuk.

Karena saat itu dia mendengarkan suara calon mertuanya yang meminta seseorang mencari ayah kandung Narumi. Kalau orang tersebut bisa menemukan ayah kandung Narumi lebih cepat darinya.

Maka Kaisar akan gugur, tanpa ingin melihat Siapa yang sedang berbicara dengan calon Ayah mertuanya.

Kaisar langsung pergi setelah meletakkan barang bawaannya tepat di depan pintu ruangan Pak Nusa.

"Tapi putri Anda sudah menukar dirinya dengan uang untuk pengobatan kalian!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   93

    Kenzo mengingat satu hal, “Aruna pernah bilang… dia bermimpi tentang rumah yang beratap langit.” Kaisar langsung terdiam. “Itu bukan mimpi. Itu basis penelitian rahasia lama, di puncak Gunung Batu Langit. Hanya ada satu akses ke sana dan hanya aku yang punya peta jalur utamanya.” Narumi tak ingin menunggu. Ia bersikeras ikut. Dan untuk pertama kalinya, keluarga inti ini melakukan perjalanan penyelamatan mereka sendiri tanpa pasukan, tanpa protokol kerajaan, hanya insting seorang ayah, ibu, dan dua anak yang ingin menyelamatkan adik mereka. Sebuah pintu logam tua tertutup oleh lumut, dengan kode sidik jari lama milik Kaisar. Begitu terbuka, mereka turun ke lorong bawah tanah dan menemukan, Dinding berisi foto anak-anak perempuan dengan label “ARUNA_001” hingga “ARUNA_009”. Hanya ARUNA_003 yang tidak dicoret dengan tinta merah. Di bawah labelnya tert

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   92

    Beberapa hari kemudian, Narumi menemukan sepucuk surat di atas bantalnya. Tulisan tangan kasar, tak beridentitas. Tapi kalimatnya menggetarkan:“Untuk yang memperjuangkan darahnya dengan cinta,Aku tak akan biarkan mereka menyentuh satu helai rambut Aruna.Dunia ini sedang dikendalikan oleh tangan-tangan lama. Dan aku sudah bosan sembunyi.”— RPertemuan mereka berlangsung di reruntuhan hangar militer lama, di wilayah yang tak tercatat secara legal.Rafael kini berambut panjang, tubuh penuh bekas luka. Tapi matanya... masih menyala seperti dulu."Sudah saatnya aku membayar utang nyawa, Kaisar.""Aruna mungkin bukan anakku. Tapi dia bisa jadi obor terakhir dari dunia yang tak kita selamatkan dulu."Kaisar menggenggam tangan Rafael.“Selamat datang kembali ke dunia nyata.”Dengan Rafael, mereka mengaktifkan jaringan lama bernama "Tangan Ketiga", sebuah sisa pasukan bayangan yang dulu mengundurkan diri dari siste

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   91

    Langit seperti pecah di atas kepala mereka. Hujan tak hanya jatuh dari langit, tapi dari hati Narumi yang hancur setelah membaca ulang arsip dari fasilitas rahasia itu. Aruna... Putrinya. Bukan sekadar putri biologis, tapi—menurut dokumen tua itu—proyek hidup. Subjek yang sudah "dirancang" oleh suatu kekuatan yang pernah mengikat masa lalu Kaisar dalam pelatihan militer genetis. Narumi berdiri memeluk Aruna yang tertidur di sofa. Sementara Kaisar bersandar di kusen pintu, pandangannya kosong menatap keluar jendela rumah yang kini seperti tak punya tembok lagi. “Jadi semua ini… sudah dirancang bahkan sebelum kita menikah, Kaisar?” Suara Narumi parau. Kaisar tak langsung menjawab. Tapi saat akhirnya ia menoleh, matanya merah. “Aku mencintaimu sebelum semua ini dimulai, Narumi. Dan Aruna... dia bukan rancangan siapa pun. Dia anak kita. Bukan eksperimen. Bukan proyek.”

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   90

    Narumi menunggu anak-anak tertidur. Ia menyelinap masuk ke kamar Kenzo. Tapi ketika ia membuka laci rahasia di bawah meja—dan menemukan map, peta lokasi, serta diagram pengawasan sederhana—jantungnya runtuh perlahan.Ia duduk di lantai.Membaca satu demi satu tulisan Kenzo.“Mereka pikir kami anak-anak tidak tahu.”“Aku tahu sosok itu muncul tiga kali. Tapi aku tidak cerita pada ibu.”“Aku mau jadi penjaga Aruna dan Aurea seperti Ayah menjaga Ibu.”Narumi menahan isaknya.Lalu perlahan, suara berat terdengar di belakangnya.Kaisar.“Dia mewarisi sisi gelapku. Tapi juga semua cintaku padamu.”Keesokan paginya, Kenzo bangun dengan wajah tegang. Ia tahu. Ia tahu malam itu map rahasianya pasti sudah ditemukan.Tapi yang mengejutkannya adalah ketika ia melihat ayah dan ibunya… tersenyum lembut. Tanpa marah. Tanpa teriak.Narumi mendekat. Membelai rambut Kenzo dan membisik:

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   89

    Kenzo tidak menyerang. Ia berdiri diam, menunggu, memantau. Ia tak berniat membuat adik-adiknya takut. Tapi ia mencatat.Di bawah tempat tidurnya, Kenzo menyimpan jurnal penjagaan.Berisi sketsa wajah, waktu patroli, gerak-gerik orang-orang dewasa yang menurutnya mencurigakan. Bahkan perasaan aneh yang ia rasakan saat melihat orang tertentu bicara dengan Aruna.Aruna pernah berkata, "Aku pengen punya kakak seperti di kartun-kartun. Yang punya sayap dan bisa terbang nolongin kita."Tapi Kenzo menatapnya, senyum kecil.“Aku enggak butuh sayap. Kakak nggak boleh pergi ke mana-mana. Kakak harus tetap di sini.”Untuk sekarang, Kenzo diam. Tapi dia tahu—ada sesuatu yang mengintai. Sesuatu yang tak bisa dilawan oleh permainan, atau lentera dari kaleng bekas.Dan saat itu datang, Kenzo bersumpah:“Aku akan jadi perisai paling pertama. Dan tak seorang pun boleh menyentuh mereka... bahkan bayangan.”Aurea dikenal seba

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   88

    Aruna terbangun suatu pagi, memegang selembar kertas kosong.“Aku mimpi, kak... Livia bilang ada anak kecil yang kehilangan cahaya. Kita harus bantu dia.”Aurea, yang sudah terbiasa mendengar cerita dari mimpi Aruna, tidak menertawakan. Sebaliknya, ia justru diam lama, lalu mengangguk.“Berarti ini misi kedua.”Di akhir pekan, mereka pergi ke Perpustakaan Kecil Nenek Senja, yang ada di rumah tua milik ibu dari Jingga. Di sana, mereka menemukan buku harian anak bernama Sera, anak perempuan berusia 9 tahun yang menghilang bertahun-tahun lalu dalam kabut di taman yang sama.“Katanya dia takut gelap, dan sejak malam badai itu, dia tak pernah kembali,” bisik Mael.Aqila menggenggam tangan Aruna. “Jadi kita cari... cahaya untuk Sera?”Dengan senter kecil, jubah dari handuk bekas, dan bendera klub yang dibuat dari sprei sobek, mereka berempat memulai perjalanan mereka malam itu.Mereka menamai diri mereka:Aurea Sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status