Disebuah rumah yang cukup besar dari tempat tinggal mereka 18 tahun yang lalu. Dua paru baya sedang menikmati sebuah kopi dan teh dengan menyaksikan sebuah proyektor yang memperlihatkan video sebuah kelahiran bayi perempuan yang sangat cantik. Kain bedong yang membalut tubuh kecil itu. Kian yang hilang bersama anaknya setelah dilahirkan.
"Dia sudah besar sekarang ya, Mas. Apa langkah besar kita bisa mencarinya lagi?" tanya wanita parubaya itu pada suaminya.Dulu karena perjuangan mereka mencari keberadaan anaknya. Mereka kehilangan banyak perusahaan maupun usaha mereka. Karena mereka butuh dana untuk mencari seorang yang berharga.Rasa sesak pun terjadi lagi, pria itu pun menuntun istri masuk kedalam kamar. Untuk membiarkan istrinya istirahat.Membiarkan video itu terus berputar tanpa ada yang menontonnya. Sampai dimana anak sulungnya datang dari pencarian yang sangat lelah tiga hari ini.Dia sudah pusing karena sudah dikejar-kejar deadlBruk!! Narumi mendorong tubu yang memeluknya. Bukan membalas pelukan itu melainkan menghindari pria itu. "Kenapa Rumi? Biasanya kalau kita saling rindu. Kita kan berpelukan kena sekarang kamu?" Wala bertanya tanya akan perubahan sikap Narumi. "Bukan seperti itu, hanya saja. Kita sudah dewasa dan pelukan seperti itu bisa menjadi kesalah paham orang yang melihat," alibi Narumi. "Kesalahpahaman bagaimana? Kita kan kakak beradik. Semua juga pasti tahu itu," ucap Wala menenangkan Narumi. "Tapi... Rumi risih, maaf." Tak mau berdebat dan mendapatkan kedekatan yang lebih lagi. Narumi beranjak dari tempat itu. Tapi sayang sekali Wala tidak membiarkan Narumi lepas begitu saja. Dia memang merindukan Narumi. Bahkan semenjak Wala datang ke Rumah Sakit. Narumi tak pernah lama untuk ber-interaksi dengan dirinya. Hal itu yang membuat Wala bingung tak seperti biasanya. Bergelayut manja pada dirinya saat sudah lama tak berjumpa. "Jujur kenapa kamu menghindari ku?" tanya Wala dengan p
Di Cafe tempat Narumi bekerja, setelah kepergian Wala. Narumi kedatangan seorang yang menagih utangan atas perjanjian yang telah mereka sepakati. Narumi menghela napas lalu menarik Kaisar sedikit menjauh dari keramaian cafe tersebut. Ruangan kerjanya menjadi tempat mereka berbicara saat ini. Narumi mempersilahkan Kaisar duduk dan tak lupa memberikan minuman juga camilan. Narumi pun duduk berhadap-hapan dengan Kaisar. Narumi menghela napasnya sebelum mulai pembicaraan mereka. "Bagaimana Tuan? Apa sudah menemukan keluarga yang akan menikahkan saya? atau mereka sudah meninggal semua?" Kaisar pun menatap Narumi penuh arti, "Entah ini kabar baik atau kabar buruk buat kamu. Ada dugaan mereka keluarga kamu. Tapi aku belum tahu pastinya." "Bukankah sudah saya berikan sampel rambut saya? Belum cukup untuk mengetahui mereka benar-benar keluarga saya atau tidak?" kata Narumi penuh dengan ketenangan. "Untuk memastikan hal tersebut. Lebih baik kamu ikut saya sekarang juga." "Baiklah.
Di tempat yang tak jauh dari Narumi mengambil sampel untuk Test DNA. Ada sepasang kekasih yang maju mundur untuk memeriksa sang wanita kedokteran kandungan. Dia Nayla dan Tryan. "Ayo, daftar! Gue gak mau punya anak ini! Gara-gara lo gue harus putus dari Narumi. Gara-gara lo bicith!" suara Tryan begitu lembut keci dan menusuk. "Tapi ini anak kamu!" "Gak ada, baru beberapa minggu yang lalu kita berhubungan kenapa bisa sudah kami 2 bulan? Lo pasti menjebak gue kan?" Nayla menggelengkan kepalanya. "Ini anak kamu, sumpah ini anak kamu! Kamu lupa akan apa yang terjadi beberapa bulan yang lalu," sangkal Nayla tentang tuduh Tryan. Mereka bertengkar hingga tanpa mereka sadari Narumi berdiri didekat mereka tapi tak disadari keduanya. Narumi berjalan pergi meninggalkan mereka yang sedang bertengkar. Tapi Nayla yang tersulut emosi. Melihat Narumi yang berlalu begitu saja. Dengan gerakan cepat Nayla menarik rambut Narumi yang terikat di tengah ramainya poli klinik di rumah sakit i
"Duh Narumi kok lama ya? mamah masih ingat mengenal Narumi lebih dalam. Kemana ya?" tanya Bu Prasasti pada anaknya. "Tadi sepertinya ke toilet?" jawab Dewa. "Mamah akan menyusul dia," Bu Prasasti pun berjalan menuju toilet. Tapi saat melihat satu persatu toilet perempuan disana tak ada Narumi. Segera Bu Prasasti kembali untuk menemui Dewa dan suaminya juga Kaisar. Bu Prasasti berjalan dengan sangat cepat dan terlihat sangat terburu-buru. "mamah kenapa?" tanya Dewa pada ibunya. "Tadi katamu Narumi ada ditoilet tapi sayang dia tak ada disana," lirih ibu yang sedang merindukan seorang anak. "Lebih baik kita mencarinya," ujar Kaisar yang melangkah dahulu untuk mencari Narumi. Mereka berempat menelusuri lorong-lorong yang sudut-sudut rumah sakit. Hingga saat Kaisar lancar dia melihat ada sebuah gunungan di dekat poliklinik Rumah Sakit tersebut. Lalu dia mencoba untuk mendekati kerumunan kerumunan itu yang sangat ramai di sebuah teriakan dari seseorang perempuan. Karena penasaran Kai
Bab 1 Tono ayah dari kekasihnya Narumi pun mengambil alih mikrofon dari host di pesta ulang tahun Tryan anaknya yang ke dua puluh tahun. "Mari kita sambut tunangan Tryan, yaitu ...." Tono menjeda ucapannya dan tersenyum menatap Narumi yang berada di depan panggung, sementara dirinya berada di atas panggung bersama istri dan juga anaknya. Narumi meremas gaunnya dengan perasaan senang luar biasa, kali ini dia akan dikenalkan pada khalayak ramai di pesta ulang tahun Tryan, kekasihnya. Akhirnya penantian selama 3 tahun, mereka akan melangkah ke tahap yang lebih serius. Senyum Narumi dan juga ayah Tryan masih mengembang, lalu laki-laki paruh baya itu mengambil napas sejenak, "Marilah kita sambut tunangan anak saya, Naila Mawardi." Deg! Jantung Narumi berdetak sangat kencang saat nama yang disebut oleh Tono adalah nama sahabatnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Tono salah mengucapkan namanya? Namun, itu sangat tidak mungkin. Tono tersenyum misterius setelah memanggil
Ciuman panas, membuat Narumi membeku. Tubuhnya tak sempat bereaksi saat bibir Kaisar menyentuh bibirnya dalam satu gerakan yang cepat, tiba-tiba, dan tanpa izin. Dunia seolah berhenti berputar, tapi bukan karena jatuh cinta melainkan karena syok, marah, dan jijik yang mengalir dari ujung kepala hingga kaki. Tangannya yang semula menggigil karena takut kini mengepal dengan begitu kuat hingga kuku-kukunya menancap ke telapak tangan. Ciuman itu memang singkat, tapi dampaknya meledak seperti petir menyambar di ruang tertutup. Narumi mendorong tubuh Kaisar agar misahkan dari ciuman tiba-tiba itu tapi masih belum berhasil. Hingga Kaisar sendiri yang menarik tubuhnya sedikit, masih menatap Narumi dengan senyum miring yang penuh kemenangan. Seolah dia baru saja menaklukkan sesuatu yang berharga. Namun, yang terjadi bukan kemenangan. Yang terjadi adalah letusan. “KAU GILA!” teriak Narumi dengan suara melengking, gemetar, penuh amarah. Tangannya refleks terangkat dan menampar pipi Kai
Bab 3 Di depan Kaisar, Narumi dengan tegas dan tanpa takut menyobek surat perjanjian itu. Merobek-robek sampai kecil lalu melemparkan sobeknya di depan muka Kaisar. “Anda pikir saya wanita macam apa? Menjual hidup demi uang ratusan juta. Hanya hidup penuh perintah Anda. Jangan harap!” jelas Narumi menolak. Ada beberapa poin yang tak Narumi sukai dan tentu di luar nalar. Yah walaupun, kesepakatan itu bisa dibicarakan. Tapi karena Narumi tak suka banyak hal tentang semua point didalamnya. Sehingga Narumi memilih untuk menolak. Narumi berjalan menuju pintu yang terkunci itu. Tangan Narumi sudah mencoba membuka pintu itu tapi tak terbuka. Brak! Brak! “Buka pintu ini, Tuan!” seru Narumi, tangannya memukul-mukul pintu yang terkunci. Narumi berbalik badan lalu berjalan ke arah Kaisar. Tentu saja dengan sorotan mata yang tajam. Narumi yang ingin segera keluar dari kamar ini. Narumi berjalan lebih dekat lagi dengan Kaisar. Tangan Narumi menarik kerah kemeja yang digunakan
“Sederhana saja, menikah dengan saya. Dan menjalani pernikahan kontrak bersama saya. Bagaimana?” ucap Kaisar menjelaskan kembali syaratnya. “Tapi Uangnya bisa cair sekarang kan?” kata Narumi yang hanya ingin uang untuk pengobatan orang tuanya. Tentang hatinya Narumi tak peduli, dia tak suka dengan pria di depannya. Dia hanya fokus pada upah yang diberikan Kaisar saat dia setuju untuk menjadi istri kontraknya. “Bisa kalau kita menikah sekarang,” saut Kaisar dengan mudahnya. Tanpa tahu kondisi yang dialami Narumi sekarang. “Bisa saja kita menikah sekarang. Tapi apa tidak butuh wali?” kata Narumi masih belum bisa berterus-terang. “Nah, ngomong-ngomong wali. Bagaimana pagi ini kita menemui Wali kamu. Supaya kita cepat menikah,” tantang Kaisar. “Tapi ayah dan ibu saya sedang dirumah sakit,” jelas Narumi. Kaisar yang mendengar kalimat itu langsung menatap Narumi dengan penuh selidik. “Rumah Sakit? Rumah Sakit mana?” tanya Kaisar yang ikut cemas juga. “Rumah sakit WG. T
"Duh Narumi kok lama ya? mamah masih ingat mengenal Narumi lebih dalam. Kemana ya?" tanya Bu Prasasti pada anaknya. "Tadi sepertinya ke toilet?" jawab Dewa. "Mamah akan menyusul dia," Bu Prasasti pun berjalan menuju toilet. Tapi saat melihat satu persatu toilet perempuan disana tak ada Narumi. Segera Bu Prasasti kembali untuk menemui Dewa dan suaminya juga Kaisar. Bu Prasasti berjalan dengan sangat cepat dan terlihat sangat terburu-buru. "mamah kenapa?" tanya Dewa pada ibunya. "Tadi katamu Narumi ada ditoilet tapi sayang dia tak ada disana," lirih ibu yang sedang merindukan seorang anak. "Lebih baik kita mencarinya," ujar Kaisar yang melangkah dahulu untuk mencari Narumi. Mereka berempat menelusuri lorong-lorong yang sudut-sudut rumah sakit. Hingga saat Kaisar lancar dia melihat ada sebuah gunungan di dekat poliklinik Rumah Sakit tersebut. Lalu dia mencoba untuk mendekati kerumunan kerumunan itu yang sangat ramai di sebuah teriakan dari seseorang perempuan. Karena penasaran Kai
Di tempat yang tak jauh dari Narumi mengambil sampel untuk Test DNA. Ada sepasang kekasih yang maju mundur untuk memeriksa sang wanita kedokteran kandungan. Dia Nayla dan Tryan. "Ayo, daftar! Gue gak mau punya anak ini! Gara-gara lo gue harus putus dari Narumi. Gara-gara lo bicith!" suara Tryan begitu lembut keci dan menusuk. "Tapi ini anak kamu!" "Gak ada, baru beberapa minggu yang lalu kita berhubungan kenapa bisa sudah kami 2 bulan? Lo pasti menjebak gue kan?" Nayla menggelengkan kepalanya. "Ini anak kamu, sumpah ini anak kamu! Kamu lupa akan apa yang terjadi beberapa bulan yang lalu," sangkal Nayla tentang tuduh Tryan. Mereka bertengkar hingga tanpa mereka sadari Narumi berdiri didekat mereka tapi tak disadari keduanya. Narumi berjalan pergi meninggalkan mereka yang sedang bertengkar. Tapi Nayla yang tersulut emosi. Melihat Narumi yang berlalu begitu saja. Dengan gerakan cepat Nayla menarik rambut Narumi yang terikat di tengah ramainya poli klinik di rumah sakit i
Di Cafe tempat Narumi bekerja, setelah kepergian Wala. Narumi kedatangan seorang yang menagih utangan atas perjanjian yang telah mereka sepakati. Narumi menghela napas lalu menarik Kaisar sedikit menjauh dari keramaian cafe tersebut. Ruangan kerjanya menjadi tempat mereka berbicara saat ini. Narumi mempersilahkan Kaisar duduk dan tak lupa memberikan minuman juga camilan. Narumi pun duduk berhadap-hapan dengan Kaisar. Narumi menghela napasnya sebelum mulai pembicaraan mereka. "Bagaimana Tuan? Apa sudah menemukan keluarga yang akan menikahkan saya? atau mereka sudah meninggal semua?" Kaisar pun menatap Narumi penuh arti, "Entah ini kabar baik atau kabar buruk buat kamu. Ada dugaan mereka keluarga kamu. Tapi aku belum tahu pastinya." "Bukankah sudah saya berikan sampel rambut saya? Belum cukup untuk mengetahui mereka benar-benar keluarga saya atau tidak?" kata Narumi penuh dengan ketenangan. "Untuk memastikan hal tersebut. Lebih baik kamu ikut saya sekarang juga." "Baiklah.
Bruk!! Narumi mendorong tubu yang memeluknya. Bukan membalas pelukan itu melainkan menghindari pria itu. "Kenapa Rumi? Biasanya kalau kita saling rindu. Kita kan berpelukan kena sekarang kamu?" Wala bertanya tanya akan perubahan sikap Narumi. "Bukan seperti itu, hanya saja. Kita sudah dewasa dan pelukan seperti itu bisa menjadi kesalah paham orang yang melihat," alibi Narumi. "Kesalahpahaman bagaimana? Kita kan kakak beradik. Semua juga pasti tahu itu," ucap Wala menenangkan Narumi. "Tapi... Rumi risih, maaf." Tak mau berdebat dan mendapatkan kedekatan yang lebih lagi. Narumi beranjak dari tempat itu. Tapi sayang sekali Wala tidak membiarkan Narumi lepas begitu saja. Dia memang merindukan Narumi. Bahkan semenjak Wala datang ke Rumah Sakit. Narumi tak pernah lama untuk ber-interaksi dengan dirinya. Hal itu yang membuat Wala bingung tak seperti biasanya. Bergelayut manja pada dirinya saat sudah lama tak berjumpa. "Jujur kenapa kamu menghindari ku?" tanya Wala dengan p
Disebuah rumah yang cukup besar dari tempat tinggal mereka 18 tahun yang lalu. Dua paru baya sedang menikmati sebuah kopi dan teh dengan menyaksikan sebuah proyektor yang memperlihatkan video sebuah kelahiran bayi perempuan yang sangat cantik. Kain bedong yang membalut tubuh kecil itu. Kian yang hilang bersama anaknya setelah dilahirkan. "Dia sudah besar sekarang ya, Mas. Apa langkah besar kita bisa mencarinya lagi?" tanya wanita parubaya itu pada suaminya. Dulu karena perjuangan mereka mencari keberadaan anaknya. Mereka kehilangan banyak perusahaan maupun usaha mereka. Karena mereka butuh dana untuk mencari seorang yang berharga. Rasa sesak pun terjadi lagi, pria itu pun menuntun istri masuk kedalam kamar. Untuk membiarkan istrinya istirahat. Membiarkan video itu terus berputar tanpa ada yang menontonnya. Sampai dimana anak sulungnya datang dari pencarian yang sangat lelah tiga hari ini. Dia sudah pusing karena sudah dikejar-kejar deadl
Narumi mengeluarkan hasil test Dna yang tadi diambilnya. Kaisar meraihnya walaupun sudah tahu apa isinya. "Apa ini?" Kaisar pura-pura bertanya pada Narumi. "Ini hasil test aku bukan anak Pak Nusa. Bukan karena ingkar akan perjanjian kita. Tapi soal wali yang akan menikahkan ku. Aku tak tahu," jelas Narumi. "Aku tahu, aku sedang berusaha mencari siapa orang tua kamu sebenarnya. Pak Nusa juga sudah memberi tahu ku. Kita tinggal tunggu hasilnya. Tapi jangan harap kamu bisa berpaling dari ku, ingat itu!" peringatan itu yang Kaisar berikan pada Narumi. Tok! Tok! "Masuk!" Klik! Suara kunci ruangan punn terbuka. Seorang pria masuk, dia Putra Dewanga. Salah satu sahabat Kaisar dan orang yang diminta tolong Kaisar untuk menemukan data kehilangan di berbagai daerah pada tahun-tahun Narumi ditemukan oleh Pak Nusa."Wah siapa lagi nih Bro?" ucap Dewa panggilnya. Menggoda Kaisar karena sering kali Kaisar berganti wanita yang menemaninya hanya untuk memastikan sesuatu. "Bukan urusanmu, bag
Kaisar dan Narumi menahan napas saat melihat apa yang dilakukan Bu Hermina. Bu Hermina membuka surat itu perlahan. Tangannya anggun tapi tegas, dengan kuku terawat sempurna yang menandakan betapa ia terbiasa mengurus hal-hal penting dalam hidup dan bisnis. Kaisar sempat menahan napas, dan Narumi secara refleks menahan lengan baju Kaisar—tak sadar bahwa ia sedang melakukannya.Namun begitu deretan kalimat dalam kertas itu mulai terbaca, gurat tegang di dahi Bu Hermina mulai memudar. Sorot matanya berubah dari curiga menjadi datar, lalu beralih sedikit lega.“Surat perjanjian kerja sama?” gumamnya pelan, lebih seperti sedang meyakinkan diri sendiri daripada bertanya. Ia membaca cepat tapi teliti: perihal kerja sama proyek pemasaran konten digital antara Gumilar Group dan startup tempat Narumi magang. Ada tanda tangan digital dari pihak legal perusahaan, serta bukti bahwa proposal itu masuk melalui prosedur resmi.Kaisar segera angkat suara, seolah ingin mempertegas. “Itu kerja sama anta
Bu Hermina berdiri tegap di depan pintu ruangan Kaisar. Wajahnya yang biasanya tenang dan anggun kini menunjukkan sorot tajam penuh kekecewaan. Tatapannya menelusuri dari kepala hingga kaki putranya. Kemeja Kaisar kusut, dua kancing atas terbuka, rambutnya berantakan seperti baru bangun tidur, dan napasnya masih terengah sedikit.Namun itu belum membuat Bu Hermina terkejut.Yang membuatnya tercekat adalah sosok di belakang putranya.Narumi. Gadis sederhana yang dulu sempat ia lihat sekali di lobi. Kali ini berbeda—bajunya tampak sedikit basah di bagian bahu, rambutnya kusut, wajahnya merah padam. Bahkan dari balik tubuh Kaisar, Bu Hermina bisa melihat secangkir kopi yang tumpah di lantai dan jaket kerja milik Kaisar yang tergeletak begitu saja di sofa belakang."Astaga... Kaisar Gumilar!" seru Bu Hermina dengan nada tertahan, tetapi tajam seperti cambuk.Kaisar terdiam. Detik itu juga, semua aura berkuasanya sebagai pimpinan perusahaan runtuh di hadapan ibunya. Ia seperti anak kecil y
Narumi memejamkan matanya dengan dorongan keras. Dia kira akan jatuh ke tanah tapi sebuah tangan kokoh menahan tubuhnya. Dengan indra penciuman Narumi dapat mengenali bau parfum yang beberapa kali selalu ada bersamanya. "Kamu tak apa-apa?" suara pria yang baru beberapa minggu ini Narumi kenalin. Mata Narumi membuka sejenak lalu mata Narumi bertatapan dengan mata Kaisar. "Kamu tak apa-apa?" tanya Kaisar pada Narumi. Dan hal itu yang menyadarkan Narumi dari pelukan penyelamatan Kaisar pada Narumi. Narumi hanya menganggukkan kepalanya, lalu berdiri dengan tegap dibantu Kaisar. Lalu mata Kaisar menyoroti satpam yang tadi mendorong Narumi. Dan melihat penampilan Narumi yang biasa saja. Kaisar menghela napasnya langsung berucap dengan menujuk kearah Satpam itu, "Nanti kamu ke ruangan HRD.""Baik, Tuan," ucap Satpam itu menundukkan kepala semakin dalam. Setelah itu Kaisar langsung menarik tangan Narumi untuk masuk kedalam Gedung Menara Gumilar Group. Semua pasang mata melihat kearah N