Share

Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan
Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan
Penulis: Nay Dinanti

Malam yang Panjang

“A-abang!”

Masayu hampir jatuh kalau saja sepasang tangan kokoh tidak cepat meraih pinggang rampingnya. Hanya perlu beberapa detik bagi mereka saling menatap secara intens dengan posisi yang begitu intim ini.

Glek!

Terdengar suara saliva yang ditelan berasal dari si pria. Masayu tersadar, pakaian ‘dinas’ yang ia persiapkan untuk menyambut kepulangan sang suami membuat posisi mereka semakin intim.

Ia pun buru-buru melepaskan diri dengan sangat gugup.

“M-maaf, Bang.”

Gadis itu berdiri salah tingkah. Kemudian menunduk. Tangannya yang gemetar lalu mengusap pipinya yang kini bagaikan tomat.

Demi kenyamanannya, Masayu berniat meninggalkan tempat itu. Namun, sebuah lengan kokoh yang terjulur di ambang pintu lagi-lagi menghadang langkahnya.

"Mau ke mana?" Seperti biasa, suaranya terdengar begitu dingin dan datar, meski sebagai istri, Masayu selalu menawarkan kehangatan padanya.

"Mau ... mau ke kamar Ayu, Bang," sahutnya gagap.

Gadis itu berani bersumpah, sejak dulu dirinya selalu takut menatap wajah pria itu meski ia tampan dan karismatik. Sikap dingin yang selalu ditampakkan padanya menjadi salah satu alasannya. Namun, entah mengapa Masayu malah berjodoh dengannya.

Tangan pria itu lalu menunjuk ke pojok kamar.

"Terus kopernya kamu biarkan begitu saja di sana?"

"Ah, iya. Ayu lupa, Bang. Maaf."

Pria itu kemudian masuk ke kamar mandi saat Masayu sedang berjibaku dengan kopernya.

Wangi parfum masih cukup kuat menempel meskipun semuanya merupakan baju bekas pakai.

Sepasang tangannya bergerak melambat ketika pandangannya menangkap sesuatu yang terselip pada tumpukan baju kotor. Sesuatu itu kini menarik perhatiannya.

‘Apa itu?’

Perlahan, ia pun meraihnya. Tangannya sontak gemetaran saat lingerie seksi berwarna merah menyala itu telah berada dalam genggamannya. Masayu mengendusnya, harum. Tapi ini bukanlah aroma dari parfum milik suaminya.

Terdengar pintu kamar mandi dibuka. Cepat-cepat ditaruhnya kembali lingerie itu ke dalam koper, kemudian menutupnya. Sementara pakaian kotornya ia masukkan ke dalam keranjang.

Gadis itu lalu berjalan ke lemari dan mengambilkan pakaian tidur untuk suaminya. Hatinya masih diliputi rasa penasaran akan penemuannya tadi, hingga membuatnya merasa tidak tenang.

Namun sialnya, listrik tiba-tiba padam. Refleks, Masayu pun terpekik.

"Aaahh!!!"

Keadaan kamar yang gelap gulita, seketika membuatnya ketakutan.

Ia memang memiliki phobia jika berada dalam ruangan yang gelap. Napasnya tiba-tiba menjadi sesak, disusul dengan keringat dingin yang keluar sebesar-besar biji jagung. Masayu merasa hampir mati.

"Shit!" Lelaki itu mengumpat. Terlebih ketika mendengar gadis itu mulai terisak.

Mendengar Bian mengumpat, kini ia justru lebih takut dengan lelaki itu. Sepasang kakinya gemetar, terpaku sembari memegangi piyama milik suaminya.

“Kenapa lama sekali?” Terdengar pria itu sedikit kesal. "Apa tadi nggak ada pemberitahuan terlebih dulu kalau listrik akan padam?" Bian bertanya pada gadis itu.

Masayu menggeleng. "A-ayu nggak tau, Bang."

"Kenapa bisa nggak tau? Lalu kamu ngapain aja di rumah?!" bentaknya hingga membuat istrinya itu kaget.

Tak ayal, tangisnya pun makin pecah karenanya.

Lelaki itu kembali mendengus. Kemudian ia berjalan menghampiri Masayu.

"Mana bajunya??" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

"I-ini, Bang." Masayu menyerahkan piyamanya dengan sesenggukan.

Karena kondisi sangat gelap, secara tak sengaja tangan Bian malah menyentuh sepasang gundukan kenyal di depannya.

Sesaat, keduanya sama-sama seperti tersengat aliran listrik. Sama-sama terkejut dan melotot, meski insiden tadi hanya sesaat, lantaran Bian langsung menarik kembali tangannya pun Masayu yang mundur dengan refleksnya.

Tepat pada saat itu lampu tiba-tiba menyala. Suasana yang tadinya gelap gulita seketika berubah terang benderang.

Keduanya nampak mematung, salah tingkah.

Masayu yang lebih dulu sadar kecanggungan di antara keduanya pun memutuskan untuk cepat-cepat pergi dari ruangan itu.

Tetapi, langkahnya mendadak terhenti ketika tubuhnya direngkuh dari belakang.

Seketika Masayu membeku dengan mata terbelalak. Degup jantungnya makin tak karuan bunyinya.

"B-Bang ...."

"Sebentar saja. Siapa suruh kau berpakaian seperti ini, hm? Sengaja ingin memancingku rupanya." Dengan nakal Bian mengendus leher putih gadis itu, membuat Masayu merasa kegelian dan makin salah tingkah.

Malam, ini … Masayu memang berdandan ekstra. Mengikuti perkataan mertuanya, ia memulas wajah dengan make up tipis, juga memakai pakaian tidur dengan tali spaghetti yang seksi.

Namun, ia tidak menyangka … suaminya yang biasanya dingin itu justru tertarik dan menyadari perubahannya.

"Bang ... to-tolong hentikan ... ah ...!" Akhirnya lolos juga desahan yang sejak tadi ditahannya.

Larangan gadis itu sama sekali tak diindahkannya. Bian justru semakin liar mencumbu tengkuknya. Sementara kedua tangannya pun tak mau tinggal diam.

Di sela-sela desahannya, Masayu tak henti memohon agar pria itu mau menyudahi kenakalannya.

"Bang ... to-long hen-ti-kan. Ay-Ayu b-belum sssiiaap ...!"

Tiba-tiba saja Bian membalikkan tubuhnya, membuat Masayu kian terbelalak. Belum lagi habis rasa terkejutnya, pria itu lalu melumat bibirnya kuat-kuat.

Ciuman itu lalu turun ke leher, kemudian dadanya. Masayu kian menggelinjang. Tindakan Bian semakin nekat dengan membawa tubuh Masayu yang hampir tak berdaya itu ke atas meja.

Kondisi pakaiannya yang sudah awut-awutan membuat pria itu makin liar mencumbunya.

Di tengah birahinya yang memuncak, Masayu kembali memohon agar pria itu mau menyudahinya.

"Bang ... Ayu benar-benar belum siappp ....!"

Lagi, Bian seolah tuli dan justru kembali mengunci bibirnya dengan ciuman yang mematikan. Kali ini lebih dahsyat dengan durasi lebih lama.

Gadis itu benar-benar kelabakan. Ia merasa nyaris mati karena kehabisan napas.

Masayu terbangun dengan napas tersengal-sengal. Ia memegangi dadanya. Hanya perlu waktu beberapa detik agar nyawanya terkumpul semua.

"Cuma mimpi?"

desisnya dengan dahi berkerut. Rasa heran menguasai hati sebab mimpi itu serasa sangat nyata. Jemarinya meraba bibir. Bahkan bekas ciuman itu masih bisa dirasakannya.

Bergegas ia menurunkan selimut dan memeriksa pakaiannya. Ia lalu bernapas lega karena semuanya masih lengkap.

‘Ah, ternyata memang cuma mimpi,’ pikirnya.

Baru saja merasa lega, ia kembali dikejutkan oleh kedatangan Bian yang tiba-tiba saja keluar dari kamar mandinya.

Sambil menggosok rambut basahnya, pria itu hanya menatapnya sekilas. Lalu dengan cueknya ia membuka handuk yang melilit di pinggangnya.

Hal itu sontak membuat Masayu memalingkan mukanya dari pemandangan nakal tersebut. Jantungnya berdegup tak menentu.

'Ngapain, sih, Bang Bian mandi di kamar mandiku?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status