Share

Campur Tangan Ibu Mertua

Author: Nay Dinanti
last update Last Updated: 2024-02-27 12:32:11

Saat Bian tengah bolak-balik dengan hanya bokser seksi yang membalutnya, pandangan Masayu yang mengedar seketika membulat.

"Astaga!" pekiknya seraya melompat dari tempat tidur.

Ini bukan kamarnya, melainkan kamar Bian.

‘Jangan bilang kalau yang semalam itu bukan mimpi?!’

Dengan panik, Masayu bergegas memeriksa area ranjang yang diselimuti seprai putih di atasnya itu. Pandangannya meneliti mencari-cari sesuatu. Tak ada apa-apa, bersih tanpa noda sedikit pun.

"Apa perlu kupinjami kaca mataku supaya nampak jelas apa yang sedang kamu cari?"

Masayu terperanjat ketika tau-tau Bian sudah berdiri di sebelahnya.

"Ah, nggak perlu, Bang. Makasih," sahutnya seraya tersenyum singkat.

Ia kembali menggigit bibir memikirkan apa yang sebenarnya terjadi tadi malam? Mengapa dirinya bisa sampai tertidur di kamar Bian?

"Apa yang kamu cari?" tanya Bian dengan sorot menelisik pada gadis di hadapannya itu.

Saat ini pria itu sudah berpakaian lengkap. Terlihat tampan dan berwibawa dengan jas mahal di tubuhnya.

"Ah, bukan apa-apa, Bang. Ayu ... Ayu cuma mau beresin tempat tidur ini aja, kok," jawabnya gugup. Ia lalu bergegas melipat selimut dan merapikan tempat tidur yang tampak awut-awutan.

Melihat kondisi ranjang yang berantakan, rupanya membuat hatinya makin risau saja.

'Tidak mungkin. Tidak mungkin dia mau menyentuhku. Bukankah selama ini dia tak suka padaku?’ Tangan dan pikirannya sama-sama sibuk bekerja. ‘Lagi pula, aku masih perawan. Di seprai tidak ada noda darah sama sekali.’

"Sekalian beresin yang di sofa." Masayu mengernyit mendengar perintah suaminya. Pandangannya lantas tertuju ke salah satu sisi di ruangan kamar yang luas itu.

Sebuah sofa single panjang yang kondisinya tak jauh berbeda dari ranjang. Di mana terdapat selimut dan bantal yang sepertinya baru saja ditiduri.

Masayu yang penasaran lantas memberanikan diri bertanya pada suaminya, "Abang tadi malam tidur di situ?"

"Hmm ...."

Suaminya hanya menggumam. Masayu manggut-manggut. Dalam hati ia tersenyum lega sebab apa yang ditakutkannya ternyata tidak terjadi.

Bergegas ia melangkah ke sofa dan mulai membereskan bekas tidur suaminya.

"Ayu permisi keluar dulu, Bang. Mau beresin anak-anak ke sekolah," ujarnya setelah selesai dengan tugasnya.

Bian yang sedang duduk di sofa sembari mengecek pekerjaan di laptopnya hanya mengangguk tanpa sama sekali melihatnya.

Gadis itu hendak melangkah. Namun, niatnya seketika urung saat tiba-tiba ia teringat akan sesuatu.

"B-Bang." Ia kembali berbalik dan memanggil sang suami dengan suara tercekat.

Bian lantas mendongak. Menunggu gadis itu mengatakan sesuatu.

Masayu menggigit bibir, lalu mencoba memberanikan diri berkata, "Lain kali, kalau Ayu ketiduran di sini tolong dibangunkan. Biar Ayu pindah ke kamar Ayu."

Pria itu hanya tersenyum sinis seraya menggeleng-gelengkan kepala. Berpikir gadis itu akan mengatakan sesuatu yang sangat penting, ternyata hanya membuang-buang waktunya saja. Perhatiannya lantas kembali disibukkan ke layar laptop tanpa memedulikan gadis itu lagi.

Merasa tak diacuhkan, Masayu memilih melangkahkan kakinya.

"Tak perlu bicara yang tidak penting. Cukup ganti pakaianmu, karena itu tidak cocok untuk bentuk tubuhmu!"

Celetukan Bian sontak membuat langkah Masayu terhenti di ambang pintu. Hatinya tersinggung mendengar ucapan suaminya.

Niat hati ingin menarik perhatian sang suami, orang yang dimaksud justru tidak menghargai upayanya.

Masayu yang merasa kesal lantas menutup pintu kamar dengan sedikit kasar. Kemudian berjalan ke kamarnya untuk berganti baju.

***

"Bian, mana Masayu? Kok nggak ikut turun?"

Herlina, ibu Bian mengerutkan dahi ketika melihat sang anak turun sendirian, tanpa sang istri.

"Tidak tau, Mah," sahut Bian mengangkat bahu. Kemudian menghampiri kedua anaknya yang tampak asyik melahap menu sarapannya, lalu mengecup kepalanya satu per satu.

"Loh, kok bisa nggak tau, sih? Bukannya tadi malam kalian tidur bareng?"

Bian yang tengah menarik kursi lantas menyahut dengan santainya, "Bian sudah menduga, pasti itu kerjaan Mama, kan? Udahlah, Mah. Nggak usah aneh-aneh."

"Aneh-aneh apa, sih? Maksud kamu apa?" tanya Herlina sembari menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Nggak usah pura-pura. Mama bisa tau kalau kami tidur bareng, pasti Mama yang menaruh obat tidur untuk gadis itu, kan?"

"Ssstt. Pelankan suaramu, Bian!" Herlina berbisik pelan, sembari mengawasi keadaan kalau-kalau ucapan Bian didengar orang lain.

Bian lantas menghela napas. "Lain kali jangan berbuat aneh-aneh. Bian nggak suka. Sudah dua kali Mama seperti ini."

Dulu, ketika Bian dan Masayu masih baru-baru menikah, ibunya pernah dengan sengaja memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Masayu dan mengunci keduanya di dalam sebuah kamar hotel.

Bian yang mengetahui jika Masayu tengah berada dibawah pengaruh obat lantas menyiram sekujur tubuh gadis itu dengan air dalam jumlah banyak demi membuatnya tersadar. Kemudian menguncinya di dalam kamar mandi sampai pagi. Hal itu membuat Masayu terkena demam tinggi pada keesokan harinya hingga harus dirawat di rumah sakit selama berhari-hari.

Jahat memang. Namun, itu dilakukannya semata-mata demi menghukum sang ibu karena sudah mengerjainya.

Herlina tersenyum. "Iya, iya, maaf. Mama tau kalau salah. Habis mau gimana lagi. Apa hubungan kalian akan seperti ini terus? Suami istri tapi kayak bukan suami istri. Kamu juga Bian, kapan sih kamu akan bersikap lembut sama istri kamu? Kasihan dia."

Bian yang mendengar ocehan panjang lebar ibunya hanya diam sembari pura-pura sibuk dengan ponsel di tangannya.

"Minggu depan, pernikahan kalian sudah genap satu tahun. Mama berencana ingin merayakannya."

Mendengar itu, Bian agak sedikit terkejut. "Tidak, tidak. Bian tidak setuju." tolaknya cepat.

"Mama nggak perlu persetujuan dari kamu, Sayang. Kamu dan istrimu hanya perlu mempersiapkan diri.” Wanita itu kemudian mengedikkan bahu seraya tersenyum puas memandang sang anak. “Lagian, kamu nggak bisa mengelak lagi, Bian, karena Mama udah sebar undangan. Mama minta, minggu depan kamu kosongkan semua acara kamu, titik!"

Sejenak, Bian terdengar menghela napas panjang.

"Apa Mama lupa dia siapa?" Bian bertanya dengan nada mengingatkan.

Herlina menarik napas sesaat, lalu dengan tegas menjawab, "Bian, dia gadis pilihan Mama yang sengaja Mama nikahkan sama kamu. Dia gadis yang baik, sederhana, lembut. Untuk penampilan, dia not bad lah."

Ucapannya terjeda sesaat. Pandangannya beralih pada kedua cucu yang duduk di sebelahnya. Sambil mengelus rambut cucunya dia kembali berkata dengan lembut, "Dan yang paling penting, dia bisa mengurus anak-anak kamu. Lihat, Genta dan Gita saja begitu manja terhadapnya."

"Bukan itu, Ma. Apa Mama lupa kalau dia yang sudah membuat keluarga kita jadi seperti ini??"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Ayahmu

    Masayu menatap nanar wajah suaminya yang masih terlelap. Wajah tampan itu tidak lagi pucat. Hanya saja perkataan Nenek Rose masih terus terngiang di telinganya. Ia pun menarik napas dan mulai membatin. Sebenarnya peristiwa kelam apa yang pernah dialami pria ini? Saat pikirannya sedang berkecamuk, mendadak ponselnya berbunyi. Dia menatap layar dan melihat deretan nomor baru yang bergerak-gerak. Tanpa merasa ragu, Masayu pun mengangkatnya. "Halo ....""Ayu ... tolong Ayah, Yu. Ayah sekarang ada di sel." Suara sang Ayah terdengar meratap. Masayu tercengang. Namun, itu hanya sesaat. Sebab dia sendiri sudah memperkirakan hal ini bakal terjadi. Cepat atau lambat, polisi pasti akan menemukan Marwan kembali. "Pasti Bian si*lan itu yang udah mengadu ke polisi!" maki ayahnya. Hati Masayu sontak merasa panas. Dia segera menyingkir dari tempat itu dan berdiri di balkon. Kemudian membantah ucapan ayahnya, "Apa maksud Ayah? Jangan sembarangan menuduh. Bang Bian nggak mungkin seperti itu. Dia

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Kemarahan Nenek Rose

    Masayu sedang dalam kondisi banjir peluh ketika mobil yang ditumpangi ibu mertuanya memasuki halaman rumah. Dia bergegas meletakkan gagang pel dan berjalan untuk membukakan pintu. Saat ini, tenaganya bahkan telah terkuras habis untuk membuka pintu yang ukurannya bak raksasa tersebut."Masayu??!" Herlina tampak terkejut saat melihat Masayu yang baru saja melebarkan pintu dengan wajah tampak lemah, letih, dan lesu akibat kelelahan."Kamu mengerjakan ini semua?!" tanya Herlina lagi. Masayu mengangguk tak berdaya. "Di mana Nenek?" Herlina melangkah ke dalam. "Nenek lagi di lantai atas, Ma." "Kenapa nggak telepon jasa cleaning service aja? Bisa bengek kamu bersihin rumah ini sendirian, Masayu," tegur Herlina."Nenek melarang, Ma. Katanya ini memang tugas seorang wanita. Nggak apa-apa, Ma, Masayu masih sanggup, kok."Herlina geleng-geleng kepala dan berjalan menuju ke lantai atas. Masayu melanjutkan pekerjaannya. Tidak berapa lama, dari lantai atas terdengar suara perdebatan. Makin l

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Nenek Bule

    "Astaga, astaga, astaga ...! Anak muda jaman sekarang kalau bercinta memang tidak tau tempat, ya!" Keduanya sama-sama terperanjat. Bian buru-buru membetulkan resleting celananya yang terlanjur sesak. Sementara Masayu dengan gugup merapikan blusnya yang acak-acakan lalu segera turun dari meja.Di hadapannya kini berdiri seorang nenek-nenek berwajah bule sambil membawa tongkat, tetapi nampak berwibawa. Nenek tersebut terlihat menggelengkan kepalanya berulang kali. "Nenek ...!" Bian berseru. Kemudian dia berkata kepada Masayu yang masih harus memasangkan beberapa kancing blusnya, "Masayu, dia nenekku. Ayo, kenalan dulu ...!" Masayu tersenyum gugup, lalu berjalan mendekati sang nenek. "Bian ... ini siapa? Perempuan mana lagi yang kamu permainkan? Memanganya kamu belum puas nakalnya? Bian ... itu nggak baik, kamu jangan seperti itu, ya ...?" Nenek sangat ketus berbicara seraya melirik sekilas ke arah dada Masayu yang belum sepenuhnya tertutup. "Nek ... saya Masayu, istrinya Bang Bian

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Imbalan

    "Jangan lupa kalau aku sudah menolong ayahmu. Aku juga membuat jalannya menjadi mulus. Jadi, kalau kamu keberatan melakukannya, anggap saja ini sebagai sebuah imbalan atas apa yang sudah kulakukan," ucap Bian dengan suara hampir berbisik, tetapi terdengar tajam di telinga Masayu. Di tengah kesulitannya dalam bergerak, Masayu sontak menelan ludah. "T-tapi, Bang ... Ayu masih menstruasi ...." Masayu tergagap sembari menggigit bibir bawahnya. Matanya bergerak-gerak memerhatikan raut wajah Bian di atasnya. Dan benar saja, wajah yang tadinya bersemangat itu, sebentar saja telah berubah menjadi kecewa. "Kenapa nggak bilang dari tadi?!" tanya Bian dengan nada kecewa. Setelah itu dia bangkit dari tubuh Masayu. Wanita itu hanya diam saja sembari merapikan pakaiannya yang tampak awut-awutan. "Kira-kira kapan selesainya?" Bian bertanya lagi. "Mungkin dua hari lagi," jawab Masayu. Bian lantas beranjak dari ranjang dan akan keluar kamar. Namun, baru dua langkah, tiba-tiba saja dia kembali l

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Seorang Pencuri dan Penguping

    Sesampainya di halaman rumah, Bian langsung keluar dari mobil dan lagi-lagi menutup pintunya dengan kasar. Masayu yang sabar hanya menghela napas panjang, kemudian turun dengan anggun dari mobil. Namun anehnya, rumah dalam keadaan sepi saat dia masuk. Seolah-olah, kondisi rumah yang sepi memang khusus diciptakan untuk mereka berdua.Masayu lalu pergi ke dapur. Di sana hanya ada Bian yang terlihat sedang minum sembari menatap tajam ke arahnya. Karena takut, Masayu pun membalikkan badannya menuju ke lantai atas. Siapa sangka Bian justru mengejarnya. Masayu yang tersadar seketika itu juga mempercepat langkahnya. Sesaat kemudian, terjadi aksi kejar-kejaran antara keduanya di atas loteng. Masayu berhasil masuk ke kamarnya, tetapi tidak berhasil menutup pintunya lantaran Bian dengan cepat menahannya. Keduanya kini saling mendorong pintu."Abang mau ngapain?" Masayu bertanya dengan panik. Matanya mencari-cari sesuatu agar bisa menahan pintu tersebut. Namun dia tidak mendapatkannya. Ada pun

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Gagal Unboxing

    Bian dengan telaten merawat luka bakar Masayu. Kulitnya yang putih kini tampak memerah, mungkin sebentar lagi akan melepuh. Bian lalu membalut punggung tangan Masayu menggunakan perban. "Masih sakit?" tanyanya.Masayu mengangguk dan menatap wajah Bian. Berharap pria itu mau mengucapkan sepatah kata maaf untuknya. Namun, yang tejadi malah, "Kali ini aku memaafkanmu. Tapi lain kali tidak. Jangan mengerjaiku seperti itu. Aku nggak suka!" tegas Bian sambil sekilas melirik Masayu. Mendapati Masayu tengah menatapnya begitu lama, mau tak mau Bian pun membalas tatapan teduh itu. "Ada apa??" tanya Bian kemudian.Masayu sontak tergeragap dan spontan bertanya, "Abang nggak minta maaf sama Ayu?""Maaf untuk apa??" Masayu memasang raut wajah kecewa. Rupanya, saking terlenanya menikmati wajah tampan di depannya, dia sampai tidak menyimak perkataan Bian. Pada akhirnya, Masayu menilai Bian adalah pria kaku yang tidak mempunyai rasa empati. Perlakuan Bian kepadanya barusan merupakan hal yang wajar

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Amarah Bian

    Sebelum mereka sempat melakukan aksinya, Bian sudah lebih dulu menahan tangan mereka dan memelintirnya. Suasana tampak tegang karena terjadi adu otot. Membuat Masayu menjerit berulang kali. Dengan segala kemampuannya, Bian akhirnya mampu melumpuhkan orang itu satu per satu. "Abang, cukup, Bang. Tolong hentikan ...!" pekik Masayu ketika melihat para warga yang sudah jatuh terkapar."Kamu tahan tinggal di lingkungan primitif seperti ini?? Ayo, sebaiknya kita tinggalkan tempat ini. Dasar gil4 mereka semua!!" umpat Bian seraya mengatur napasnya yang tampak ngos-ngosan. Mengeluarkan tenaga dan emosi secara bersamaan memang bukan hal yang mudah. Masayu yang pergelangan tangannya telah ditarik oleh suaminya cepat-cepat menyahut dengan berbisik, " Nggak mungkin Ayu ninggalin Ayah sendirian di sini, Bang." Sorot mata Masayu menatap suaminya dalam-dalam, seolah minta untuk dimengerti."Tapi bagaimana kalau nanti mereka berbuat macam-macam padamu? Apa perlu aku lapor polisi?"Bergegas Masayu m

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Digerebek

    Masayu tidak memungkiri jika dia sangat membenci ayahnya. Namun, apabila ayahnya diperlakukan secara kasar di depan matanya, Masayu jelas tidak terima."Kenapa Abang pukul Ayah? Kenapa? Apa salah Ayah?" Masayu berteriak memukul-mukul dada suaminya. Bian dengan santai menangkap kedua pergelangan tangan Masayu dan berkata, "Ayahmu memang harus dilumpuhkan untuk sementara. Kebanyakan bicara membuat luka tembak ayahmu akan semakin parah, bisa-bisa dia kehilangan banyak darah." Mendengar penjelasan Bian, Masayu berangsur-angsur mulai tenang. "Lalu selanjutnya bagaimana?" tanya Masayu setelah dia melepaskan diri dari Bian. "Kembalikan saja ayahmu ke penjara!" sahut Bian cuek.Masayu membeliak marah. "Bukannya tadi kita udah sepakat?" Bian kemudian mengeluarkan ponselnya, lalu berkata setelah sejenak dia menarik napas, "Sebenarnya agak susah. Tapi biar kucoba."Masayu berjongkok mendekati ayahnya ketika Bian berjalan menjauh untuk menelepon seseorang. Ekspresi wajahnya datar tatkala dia

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Sebuah Negosiasi

    Masayu bimbang, tidak mungkin dia meminta tolong pada Bian terkait ayahnya. Selain sedang berseteru, Bian juga tahu tentang skandal pembunuhan ayahnya. Bisa-bisa dia melapor ke polisi dan mengatakan kalau ayahnya ada di sini."Nggak ... nggak mungkin, Yah. Nggak mungkin Ayu minta tolong sama Bang Bian. Lebih baik Ayah urus diri sendiri saja. Ayu nggak berani bertindak lebih lanjut karena Ayah buronan. Bisa-bisa Ayu ikut terseret ke dalam penjara!" Masayu lalu berbalik badan dan akan pergi. Namun ayahnya berteriak memanggilnya. "Ayu, tunggu! Apa kamu bilang tadi? Bian? Bian anaknya Baswara itu? Jadi, kamu menikah sama dia?"Masayu kembali menghadap ayahnya. "Iya, Yah. Ayu menikah sama dia."Marwan tampak berpikir keras. Hal itu nampak dari keningnya yang berkerut dalam. "Kenapa bisa? Ayu, kenapa bisa kamu menikah sama dia??!" Masayu agak terkejut mendengar nada bicara ayahnya yang meninggi. Kali ini gantian Masayu yang mengerutkan dahinya, kemudian bertanya heran pada Marwan, "Kenapa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status