共有

Misteri Biantara

作者: Nay Dinanti
last update 最終更新日: 2024-02-28 13:20:38

Lelaki itu menyemburkan tawanya.

"Arjuna! Mau apa kamu? Sedang apa kamu di sini?!" tanya Masayu ketika orang itu melepaskan bekapan pada mulutnya. Tidak salah lagi, berarti orang yang menabrak mobil Bian tadi memang Arjuna. Masayu menatap curiga, apa jangan-jangan Arjuna sengaja membuntutinya?

"Aku yang harusnya nanya, ngapain kamu di sini? Wajahmu agak pucat. Kamu sedang sakit?" Arjuna bermaksud menyentuh pipi gadis itu, tetapi segera ditepis oleh Masayu.

"Ck! Payah! Kamu sudah banyak berubah!" sungut Arjuna.

"Aku nggak punya banyak waktu meladeni kamu. Maaf, aku harus pergi sekarang!" Masayu lantas mengayun langkah.

Akan tetapi, sebuah cekalan di lengan seketika membuat langkahnya terhenti. Arjuna kembali mendorong tubuh gadis itu dan menghimpitnya di dinding.

"Juna! Mau apa kamu, lepas!" Masayu meronta dengan posisi kedua tangan yang dicengkeram ke atas.

"Kamu banyak berubah, Yu. Kamu lupa siapa aku? Kamu lupa dulu kita seperti apa?" Arjuna membentak.

Masayu tersenyum sinis.

"Aku nggak pernah lupa, wahai Arjuna. Bahkan ketika kamu menyakitiku dengan terang-terangan selingkuh sama Mita di depanku, aku masih ingat dengan jelas!" balasnya sengit.

"Ya, aku mengaku salah. Aku sangat menyesal soal itu. Maafkan aku, Yu. Bagaimana pun, kamu adalah wanita terbaik dalam hidupku, sejak dulu."

Masayu mencibir dalam hati meski Arjuna memasang wajah iba. Bahkan ia merasa jijik ketika mantan kekasihnya itu mulai mendekatkan wajahnya dan menyatukan dahi mereka. Bergegas ia pun memalingkan muka.

"Jangan macam-macam denganku, Juna!" desisnya tak suka.

"Aku mohon, kembalilah padaku, Yu. Aku janji nggak akan mengecewakanmu. Aku janji akan menyayangimu setulus hatiku," rengek Arjuna. Namun, dibalas tatapan tajam oleh Masayu.

"Kamu tidak juga sadar, kah, kalau hati kamu itu nggak pernah tulus? Harusnya dulu aku mendengarkan apa yang dikatakan oleh almarhumah ibuku untuk nggak pacaran sama kamu, Juna. Sayang, saat itu telinga, mata, dan hatiku sedang dibutakan oleh yang namanya cinta." Masayu mendengus, tidak terpengaruh pada sorot wajah memelas sang mantan. "Dan ... kamu tahu ini apa?" Masayu menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya.

Mata yang semula sayu itu kini tampak memicing.

"Masayu ... kamu sudah ... menikah?" Terbata Arjuna bertanya.

Masayu mengangguk. "Yap. Kamu terlambat, Arjuna. Aku sudah milik orang lain sekarang. Bahkan, jika takdir tidak membawaku kepada pernikahan pun aku tak kan sudi kembali sama kamu!"

"Kurang ajar! Sombong sekali kamu, hah!" Arjuna kembali mendesak tubuh Masayu, menguncinya dengan kedua tangan hingga tak dapat bergerak sama sekali.

"Akh, lep-pass, Arjunaaa!" Masayu memalingkan wajahnya berulang kali ketika pria itu hendak menciumnya.

Beruntung, tepat pada saat itu ada seseorang yang masuk ke area toilet. Arjuna sontak menghentikan aksi gilanya. Hal itu jadi kesempatan emas bagi Masayu untuk segera kabur dari sana.

Masayu terus berlari hingga napasnya tak beraturan. Berulang kali ia menoleh ke belakang demi memastikan Arjuna tidak mengejarnya.

"Dari mana saja kamu?!"

Gadis itu tersentak setengah mati ketika Bian berhasil menangkapnya hingga jatuh ke dalam pelukan pria pemilik tubuh atletis itu.

"Eng ... dari ..." Ia tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Hanya saja matanya berkali-kali menengok ke belakang.

"Kenapa berantakan sekali penampilanmu?" tanya Bian lagi sambil menatap curiga. Ia segera melepaskan sang gadis dari pelukannya.

"Ah, i-ini ... tadi ... Ayu ..." jawabnya gugup seraya merapikan rambutnya yang tampak sedikit awut-awutan. Sengaja ia menghindari tatapan suaminya yang sejak tadi memandangnya dengan sangat tajam.

"Abang udah selesai teleponnya? Kita pulang sekarang, kan?" Masayu lantas mengalihkan percakapan. Kemudian memilih menggigit bibir setelah tak kunjung mendapat jawaban dari sang suami. Sementara suaminya itu masih terus menatapnya dengan seksama dari ujung rambut sampai ujung kaki, seakan ingin mengulitinya hidup-hidup. "Ayu dari toilet tadi, Bang," celetuk Masayu akhirnya. Tak tahan mendapat serangan tatapan yang seakan menghunjamnya sejak tadi.

"Dari toilet kenapa berantakan sekali? Lagian, kenapa tadi kamu lari-lari?"

"Karena ... di toilet ... eng ... ada hantunya, Bang." Masayu terpaksa berbohong.

"Sangat tidak masuk di akal!" pungkas Bian datar seraya berlalu. Dengan tergesa Masayu mengikutinya. Lalu berhenti di apotik untuk menebus obat. Setelahnya mereka baru pulang ke rumah.

Di dalam mobil pikiran Masayu terus berkecamuk lantaran pertemuan tak terduganya tadi dengan Arjuna. Antara lega bisa lepas dari pria itu tapi juga bertanya-tanya, mengapa Arjuna bisa ada di tempat yang sama dengannya? Sedang apa dia di situ? Lagi pula mengapa dirinya harus bertemu lagi dengan orang yang pernah menghianatinya? Di saat seperti ini pula, ketika ada suaminya. Bagaimana kalau Bian sampai memergokinya tadi?

Masayu gemetar mengingat bagaimana Arjuna hendak melecehkannya tadi. Rasanya ia ingin menangis sekarang.

"Kamu kenapa?!"

Masayu tersentak. Lalu menggeleng.

"Ng-gak apa-apa, Bang."

Tiba-tiba Bian menghentikan laju mobilnya. Membuat Masayu makin terkejut dan menatap suaminya.

"Kamu aneh sejak tadi. Jujur! Ada apa sebenarnya?!" Bian setengah membentak agar gadis itu mau jujur. Tapi sia-sia.

Lagi-lagi Masayu menggeleng. Ia coba menelan ludah berharap seluruh perasaan tidak enak yang terus menekannya bisa ikut tertelan.

Tanpa ia kehendaki air matanya jatuh berlinangan. Melihat itu, Bian pun menarik napasnya dalam-dalam.

"Ayu pingin pulang," ucap Masayu lirih sambil menunduk.

"Okay!" sahut Bian setelah mengangguk pasrah.

Mobil kembali melaju dengan keheningan yang diciptakan oleh keduanya.

***

Sesampainya di rumah, Herlina memberondong putranya dengan berbagai pertanyaan soal menantu kesayangannya. Dibuntutinya sang putra sampai masuk ke kamarnya.

"Bian, apa yang terjadi dengan istrimu?"

"Tidak ada. Memangnya ada apa, Ma?" tanya Bian sambil melepas sepatu.

"Wajahnya terlihat sedih, seperti habis menangis. Kamu tidak mengganggunya, kan?"

Bian tertawa lirih. "Tidak lah. Bian mana berani mengganggu mantu Mama itu. Bian takut sama pawangnya."

"Jangan ngejek Mama, Bian. Trus, soal obat itu, istrimu nggak kenapa-kenapa, kan?"

"Tidak, Ma. Asal rutinin aja minum obatnya."

"Jadi ... istrimu nggak hamil?"

"Ada-ada saja, Mama, pertanyaannya."

"Hmm, ya, sudah, Mama keluar dulu," ujar Herlina setelah menarik napas.

Sepeninggal mamanya, Bian menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Merebahkan kepalanya dan mulai memejamkan mata. Alih-alih tertidur, justru pikirannya melayang pada Masayu.

Sedetik kemudian, satu sudut bibirnya tertarik ke samping, menerbitkan seulas senyuman sinis.

Kepalanya menggeleng berkali-kali sembari menyebutkan nama istrinya. Senyuman sinis itu pun berubah menjadi kekehan panjang.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Ayahmu

    Masayu menatap nanar wajah suaminya yang masih terlelap. Wajah tampan itu tidak lagi pucat. Hanya saja perkataan Nenek Rose masih terus terngiang di telinganya. Ia pun menarik napas dan mulai membatin. Sebenarnya peristiwa kelam apa yang pernah dialami pria ini? Saat pikirannya sedang berkecamuk, mendadak ponselnya berbunyi. Dia menatap layar dan melihat deretan nomor baru yang bergerak-gerak. Tanpa merasa ragu, Masayu pun mengangkatnya. "Halo ....""Ayu ... tolong Ayah, Yu. Ayah sekarang ada di sel." Suara sang Ayah terdengar meratap. Masayu tercengang. Namun, itu hanya sesaat. Sebab dia sendiri sudah memperkirakan hal ini bakal terjadi. Cepat atau lambat, polisi pasti akan menemukan Marwan kembali. "Pasti Bian si*lan itu yang udah mengadu ke polisi!" maki ayahnya. Hati Masayu sontak merasa panas. Dia segera menyingkir dari tempat itu dan berdiri di balkon. Kemudian membantah ucapan ayahnya, "Apa maksud Ayah? Jangan sembarangan menuduh. Bang Bian nggak mungkin seperti itu. Dia

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Kemarahan Nenek Rose

    Masayu sedang dalam kondisi banjir peluh ketika mobil yang ditumpangi ibu mertuanya memasuki halaman rumah. Dia bergegas meletakkan gagang pel dan berjalan untuk membukakan pintu. Saat ini, tenaganya bahkan telah terkuras habis untuk membuka pintu yang ukurannya bak raksasa tersebut."Masayu??!" Herlina tampak terkejut saat melihat Masayu yang baru saja melebarkan pintu dengan wajah tampak lemah, letih, dan lesu akibat kelelahan."Kamu mengerjakan ini semua?!" tanya Herlina lagi. Masayu mengangguk tak berdaya. "Di mana Nenek?" Herlina melangkah ke dalam. "Nenek lagi di lantai atas, Ma." "Kenapa nggak telepon jasa cleaning service aja? Bisa bengek kamu bersihin rumah ini sendirian, Masayu," tegur Herlina."Nenek melarang, Ma. Katanya ini memang tugas seorang wanita. Nggak apa-apa, Ma, Masayu masih sanggup, kok."Herlina geleng-geleng kepala dan berjalan menuju ke lantai atas. Masayu melanjutkan pekerjaannya. Tidak berapa lama, dari lantai atas terdengar suara perdebatan. Makin l

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Nenek Bule

    "Astaga, astaga, astaga ...! Anak muda jaman sekarang kalau bercinta memang tidak tau tempat, ya!" Keduanya sama-sama terperanjat. Bian buru-buru membetulkan resleting celananya yang terlanjur sesak. Sementara Masayu dengan gugup merapikan blusnya yang acak-acakan lalu segera turun dari meja.Di hadapannya kini berdiri seorang nenek-nenek berwajah bule sambil membawa tongkat, tetapi nampak berwibawa. Nenek tersebut terlihat menggelengkan kepalanya berulang kali. "Nenek ...!" Bian berseru. Kemudian dia berkata kepada Masayu yang masih harus memasangkan beberapa kancing blusnya, "Masayu, dia nenekku. Ayo, kenalan dulu ...!" Masayu tersenyum gugup, lalu berjalan mendekati sang nenek. "Bian ... ini siapa? Perempuan mana lagi yang kamu permainkan? Memanganya kamu belum puas nakalnya? Bian ... itu nggak baik, kamu jangan seperti itu, ya ...?" Nenek sangat ketus berbicara seraya melirik sekilas ke arah dada Masayu yang belum sepenuhnya tertutup. "Nek ... saya Masayu, istrinya Bang Bian

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Imbalan

    "Jangan lupa kalau aku sudah menolong ayahmu. Aku juga membuat jalannya menjadi mulus. Jadi, kalau kamu keberatan melakukannya, anggap saja ini sebagai sebuah imbalan atas apa yang sudah kulakukan," ucap Bian dengan suara hampir berbisik, tetapi terdengar tajam di telinga Masayu. Di tengah kesulitannya dalam bergerak, Masayu sontak menelan ludah. "T-tapi, Bang ... Ayu masih menstruasi ...." Masayu tergagap sembari menggigit bibir bawahnya. Matanya bergerak-gerak memerhatikan raut wajah Bian di atasnya. Dan benar saja, wajah yang tadinya bersemangat itu, sebentar saja telah berubah menjadi kecewa. "Kenapa nggak bilang dari tadi?!" tanya Bian dengan nada kecewa. Setelah itu dia bangkit dari tubuh Masayu. Wanita itu hanya diam saja sembari merapikan pakaiannya yang tampak awut-awutan. "Kira-kira kapan selesainya?" Bian bertanya lagi. "Mungkin dua hari lagi," jawab Masayu. Bian lantas beranjak dari ranjang dan akan keluar kamar. Namun, baru dua langkah, tiba-tiba saja dia kembali l

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Seorang Pencuri dan Penguping

    Sesampainya di halaman rumah, Bian langsung keluar dari mobil dan lagi-lagi menutup pintunya dengan kasar. Masayu yang sabar hanya menghela napas panjang, kemudian turun dengan anggun dari mobil. Namun anehnya, rumah dalam keadaan sepi saat dia masuk. Seolah-olah, kondisi rumah yang sepi memang khusus diciptakan untuk mereka berdua.Masayu lalu pergi ke dapur. Di sana hanya ada Bian yang terlihat sedang minum sembari menatap tajam ke arahnya. Karena takut, Masayu pun membalikkan badannya menuju ke lantai atas. Siapa sangka Bian justru mengejarnya. Masayu yang tersadar seketika itu juga mempercepat langkahnya. Sesaat kemudian, terjadi aksi kejar-kejaran antara keduanya di atas loteng. Masayu berhasil masuk ke kamarnya, tetapi tidak berhasil menutup pintunya lantaran Bian dengan cepat menahannya. Keduanya kini saling mendorong pintu."Abang mau ngapain?" Masayu bertanya dengan panik. Matanya mencari-cari sesuatu agar bisa menahan pintu tersebut. Namun dia tidak mendapatkannya. Ada pun

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Gagal Unboxing

    Bian dengan telaten merawat luka bakar Masayu. Kulitnya yang putih kini tampak memerah, mungkin sebentar lagi akan melepuh. Bian lalu membalut punggung tangan Masayu menggunakan perban. "Masih sakit?" tanyanya.Masayu mengangguk dan menatap wajah Bian. Berharap pria itu mau mengucapkan sepatah kata maaf untuknya. Namun, yang tejadi malah, "Kali ini aku memaafkanmu. Tapi lain kali tidak. Jangan mengerjaiku seperti itu. Aku nggak suka!" tegas Bian sambil sekilas melirik Masayu. Mendapati Masayu tengah menatapnya begitu lama, mau tak mau Bian pun membalas tatapan teduh itu. "Ada apa??" tanya Bian kemudian.Masayu sontak tergeragap dan spontan bertanya, "Abang nggak minta maaf sama Ayu?""Maaf untuk apa??" Masayu memasang raut wajah kecewa. Rupanya, saking terlenanya menikmati wajah tampan di depannya, dia sampai tidak menyimak perkataan Bian. Pada akhirnya, Masayu menilai Bian adalah pria kaku yang tidak mempunyai rasa empati. Perlakuan Bian kepadanya barusan merupakan hal yang wajar

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status