Share

Tragedi di Toilet

Author: Nay Dinanti
last update Last Updated: 2024-02-27 13:17:39

"Lambat sekali jalanmu!" Bian melotot.

Masayu lantas menggigit bibir. "Abang yang terlalu cepat. Perut Ayu sakit," ujarnya sambil memegangi perutnya.

Bian bahkan lupa kalau dia membawa gadis itu kemari lantaran sakitnya. Ia yang semula ingin marah mendadak mengurungkan niatnya. 

"Ya, Aku lupa, Maaf," ucapnya datar. "Ayo!" Ia lantas menggenggam jemari Masayu, kemudian menariknya agar jalannya beriringan.

Bukannya melangkah, Masayu malah terpaku di tempatnya. Ia tertegun menatap jemarinya yang tengah digenggam pria itu.

"Ayo! Tunggu apa lagi!" Bian kembali menarik tangan gadis itu. Sorot matanya menatap Masayu serius.

"Ayu ... jalan sendiri aja, Bang." Masayu berencana menarik tangannya, tapi Bian malah makin mempererat genggamannya. Hingga kemudian Masayu mengalah setelah mendapat tatapan tajam dari pria itu.

Dan akhirnya, sepanjang jalan menyusuri koridor panjang, Masayu tidak berani mengangkat wajahnya.

Masayu lagi-lagi melongo ketika pria itu membawanya masuk begitu saja ke ruangan dokter. Berbeda dengan dirinya yang biasanya harus mengurus segala tetek-bengek terlebih dahulu. Belum lagi mengantri lama menunggu namanya dipanggil, barulah setelah itu ia dapat bertemu dengan dokter.

Gadis itu makin dibuat takjub ketika melihat Bian berpelukan akrab dengan dokter pria itu.

"Bian, apa kabar?"

"Baik. Kamu sendiri bagaimana?" Bian balik bertanya pada dokter yang merupakan teman sekelasnya saat sekolah dulu. Namanya Edo.

"Yah, seperti yang kamu lihat sekarang. Aku baik-baik saja," ujar Edo sembari menepuk bahu Bian. Seketika pandangan matanya pun beralih kepada Masayu, "Ini ... pacar barumu?" tanyanya menerka.

Bian tertawa. Masayu masih terdiam mengamati mereka berdua.

Lagi-lagi Edo menepuk bahunya sambil balas tertawa. "Dasar! Playboymu dari dulu tidak berubah, ya!"

Lalu, sambil bergurau dia berpesan pada Masayu, "Hati-hati, ya, Mbak. Bian pacarnya banyak. Kamu jangan kaget kalau sewaktu-waktu didatangi wanita cantik. Kalau bukan sales, ya berarti kekasihnya Bian."

"Eh ...." Masayu bergumam, bingung mau menjawab apa.

Sekilas ia melirik Bian yang hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Edo. Ekspresi Masayu itu malah membuat tawa Edo jadi pecah seketika.

"Ya, sudah. Kamu ada perlu apa ke sini?" tanya Edo pada Bian setelah tawanya reda.

"Eng ... begini ....." Bukannya melanjutkan, Bian malah menarik Edo sedikit menjauh. Hal itu sontak membuat Masayu mengernyitkan alisnya.

Tak lama kemudian, kedua pria itu kembali ke tempatnya semula. Edo bergegas menyuruh Masayu berbaring di ranjang pasien.

"Kita periksa dulu, ya." Dokter Edo mulai memeriksa dari kedua mata Masayu, kemudian mulut, urat nadi, lalu sedikit menekan perutnya.

"Perutnya masih sakit?"

"Masih, Dok. Dada saya juga rasanya berdebar-debar terus sejak tadi," jawab Masayu.

"Oh, kalau itu mungkin karena ada saya, haha!" gurau Edo seraya tertawa sambil melirik pria yang sedang berdiri membelakangi mereka.

"Tapi, Dok. Saya berdebar-debarnya dari sebelum datang ke mari, kok," jawab Masayu polos.

"Ehm! Maaf. Saya cuma becanda tadi. Jangan diambil hati. Kita periksa lagi ya kalau begitu." Edo berdehem, lalu kembali lanjut memeriksa.

Bian yang sejak tadi membelakangi lantaran merasa cemas, kini menoleh, dan makin cemas ketika melihat Edo mulai memeriksa bagian dada Masayu yang sedikit terbuka menggunakan stetoskop.

Napasnya sempat tertahan selama beberapa detik, lalu tanpa sadar ia mengembuskannya secara kasar sampai bisa didengar oleh Edo dan Masayu.

"Udah, nggak usah pakai hela-hela napas segala. Udah selesai ini," sindir Edo.

Masayu tersenyum geli.

Sementara Bian tergeragap. Ia langsung menyelanya dengan berbagai alasan, "Eng ... bukan begitu ... akh ... maksud kamu apa, sih?! Udah apa belum? Saya banyak urusan, nih!"  Bian pura-pura memeriksa arloji di tangannya.

Edo mencibir. "Iya, udah. Sebentar, saya resepkan obatnya dulu."

Edo berjalan menuju ke mejanya, diikuti Bian dari belakang.

"Gimana, Do. Kira-kira bahaya, tidak?"

"Apanya?"

"Efeknya. Dia seperti itu karena efek dari obat tidur, kan?"

"Kalau diliat dari gejalanya sepertinya iya. Untuk hasil yang lebih akurat sebaiknya kamu segera cek urinnya ke lab. Tapi ini nggak apa-apa, kok. Nggak bahaya. Paling beberapa jam gejalanya udah hilang. Rutinin aja minum obatnya." Edo menjelaskan sembari memberikan secarik kertas pada Bian.

"Satu lagi. Bilang sama ibumu jangan sembarangan ngasih obat ke mantunya. Ini baru obat tidur. Siapa tahu lain waktu ibumu malah ngasih inex," canda Edo.

Bian hanya menyunggingkan senyum samar.

"Eee ... tunggu." Lagi-lagi Edo menahan langkah Bian saat pria itu akan pergi.

"Ada apa?"

Edo berbisik. "Lain kali kamu bilang terus terang kalau itu istri kamu. Hampir aja aku naksir tadi."

"Sialan!" sungut Bian sambil menyikut pelan perut Edo.

Ia lalu menghampiri Masayu, keduanya pun bergegas pulang setelah sebelumnya berpamitan pada Dokter Edo.

Di tengah-tengah menyusuri koridor, tiba-tiba ponsel Bian berdering.

Pria itu memberi kode pada Masayu untuk mengangkat telepon, yang kemudian dibalas oleh anggukan istrinya. Bian pun beringsut mencari tempat nyaman untuk mengobrol.

Semenit, dua menit, sampai 10 menit berlalu Bian belum juga kembali. Di samping lelah berdiri, Masayu mendadak ingin buang air kecil. Bergegas ia mencari toilet.

Setelah berhasil ketemu, tak sabar ia pun segera masuk demi menuntaskan hajat yang sempat ditahannya selama beberapa menit.

Baru saja menutup pintu hendak keluar, Masayu dibuat terkejut ketika tiba-tiba saja tubuhnya didesak oleh seseorang hingga mepet ke tembok.

Kepanikan seketika menguasai diri. Lebih-lebih pria itu membekap kencang mulutnya. Namun, matanya sontak membulat  begitu menyadari sosok yang kini berdiri di depannya.

'D-dia?? Mau apa dia di sini?'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Ayahmu

    Masayu menatap nanar wajah suaminya yang masih terlelap. Wajah tampan itu tidak lagi pucat. Hanya saja perkataan Nenek Rose masih terus terngiang di telinganya. Ia pun menarik napas dan mulai membatin. Sebenarnya peristiwa kelam apa yang pernah dialami pria ini? Saat pikirannya sedang berkecamuk, mendadak ponselnya berbunyi. Dia menatap layar dan melihat deretan nomor baru yang bergerak-gerak. Tanpa merasa ragu, Masayu pun mengangkatnya. "Halo ....""Ayu ... tolong Ayah, Yu. Ayah sekarang ada di sel." Suara sang Ayah terdengar meratap. Masayu tercengang. Namun, itu hanya sesaat. Sebab dia sendiri sudah memperkirakan hal ini bakal terjadi. Cepat atau lambat, polisi pasti akan menemukan Marwan kembali. "Pasti Bian si*lan itu yang udah mengadu ke polisi!" maki ayahnya. Hati Masayu sontak merasa panas. Dia segera menyingkir dari tempat itu dan berdiri di balkon. Kemudian membantah ucapan ayahnya, "Apa maksud Ayah? Jangan sembarangan menuduh. Bang Bian nggak mungkin seperti itu. Dia

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Kemarahan Nenek Rose

    Masayu sedang dalam kondisi banjir peluh ketika mobil yang ditumpangi ibu mertuanya memasuki halaman rumah. Dia bergegas meletakkan gagang pel dan berjalan untuk membukakan pintu. Saat ini, tenaganya bahkan telah terkuras habis untuk membuka pintu yang ukurannya bak raksasa tersebut."Masayu??!" Herlina tampak terkejut saat melihat Masayu yang baru saja melebarkan pintu dengan wajah tampak lemah, letih, dan lesu akibat kelelahan."Kamu mengerjakan ini semua?!" tanya Herlina lagi. Masayu mengangguk tak berdaya. "Di mana Nenek?" Herlina melangkah ke dalam. "Nenek lagi di lantai atas, Ma." "Kenapa nggak telepon jasa cleaning service aja? Bisa bengek kamu bersihin rumah ini sendirian, Masayu," tegur Herlina."Nenek melarang, Ma. Katanya ini memang tugas seorang wanita. Nggak apa-apa, Ma, Masayu masih sanggup, kok."Herlina geleng-geleng kepala dan berjalan menuju ke lantai atas. Masayu melanjutkan pekerjaannya. Tidak berapa lama, dari lantai atas terdengar suara perdebatan. Makin l

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Nenek Bule

    "Astaga, astaga, astaga ...! Anak muda jaman sekarang kalau bercinta memang tidak tau tempat, ya!" Keduanya sama-sama terperanjat. Bian buru-buru membetulkan resleting celananya yang terlanjur sesak. Sementara Masayu dengan gugup merapikan blusnya yang acak-acakan lalu segera turun dari meja.Di hadapannya kini berdiri seorang nenek-nenek berwajah bule sambil membawa tongkat, tetapi nampak berwibawa. Nenek tersebut terlihat menggelengkan kepalanya berulang kali. "Nenek ...!" Bian berseru. Kemudian dia berkata kepada Masayu yang masih harus memasangkan beberapa kancing blusnya, "Masayu, dia nenekku. Ayo, kenalan dulu ...!" Masayu tersenyum gugup, lalu berjalan mendekati sang nenek. "Bian ... ini siapa? Perempuan mana lagi yang kamu permainkan? Memanganya kamu belum puas nakalnya? Bian ... itu nggak baik, kamu jangan seperti itu, ya ...?" Nenek sangat ketus berbicara seraya melirik sekilas ke arah dada Masayu yang belum sepenuhnya tertutup. "Nek ... saya Masayu, istrinya Bang Bian

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Imbalan

    "Jangan lupa kalau aku sudah menolong ayahmu. Aku juga membuat jalannya menjadi mulus. Jadi, kalau kamu keberatan melakukannya, anggap saja ini sebagai sebuah imbalan atas apa yang sudah kulakukan," ucap Bian dengan suara hampir berbisik, tetapi terdengar tajam di telinga Masayu. Di tengah kesulitannya dalam bergerak, Masayu sontak menelan ludah. "T-tapi, Bang ... Ayu masih menstruasi ...." Masayu tergagap sembari menggigit bibir bawahnya. Matanya bergerak-gerak memerhatikan raut wajah Bian di atasnya. Dan benar saja, wajah yang tadinya bersemangat itu, sebentar saja telah berubah menjadi kecewa. "Kenapa nggak bilang dari tadi?!" tanya Bian dengan nada kecewa. Setelah itu dia bangkit dari tubuh Masayu. Wanita itu hanya diam saja sembari merapikan pakaiannya yang tampak awut-awutan. "Kira-kira kapan selesainya?" Bian bertanya lagi. "Mungkin dua hari lagi," jawab Masayu. Bian lantas beranjak dari ranjang dan akan keluar kamar. Namun, baru dua langkah, tiba-tiba saja dia kembali l

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Seorang Pencuri dan Penguping

    Sesampainya di halaman rumah, Bian langsung keluar dari mobil dan lagi-lagi menutup pintunya dengan kasar. Masayu yang sabar hanya menghela napas panjang, kemudian turun dengan anggun dari mobil. Namun anehnya, rumah dalam keadaan sepi saat dia masuk. Seolah-olah, kondisi rumah yang sepi memang khusus diciptakan untuk mereka berdua.Masayu lalu pergi ke dapur. Di sana hanya ada Bian yang terlihat sedang minum sembari menatap tajam ke arahnya. Karena takut, Masayu pun membalikkan badannya menuju ke lantai atas. Siapa sangka Bian justru mengejarnya. Masayu yang tersadar seketika itu juga mempercepat langkahnya. Sesaat kemudian, terjadi aksi kejar-kejaran antara keduanya di atas loteng. Masayu berhasil masuk ke kamarnya, tetapi tidak berhasil menutup pintunya lantaran Bian dengan cepat menahannya. Keduanya kini saling mendorong pintu."Abang mau ngapain?" Masayu bertanya dengan panik. Matanya mencari-cari sesuatu agar bisa menahan pintu tersebut. Namun dia tidak mendapatkannya. Ada pun

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Gagal Unboxing

    Bian dengan telaten merawat luka bakar Masayu. Kulitnya yang putih kini tampak memerah, mungkin sebentar lagi akan melepuh. Bian lalu membalut punggung tangan Masayu menggunakan perban. "Masih sakit?" tanyanya.Masayu mengangguk dan menatap wajah Bian. Berharap pria itu mau mengucapkan sepatah kata maaf untuknya. Namun, yang tejadi malah, "Kali ini aku memaafkanmu. Tapi lain kali tidak. Jangan mengerjaiku seperti itu. Aku nggak suka!" tegas Bian sambil sekilas melirik Masayu. Mendapati Masayu tengah menatapnya begitu lama, mau tak mau Bian pun membalas tatapan teduh itu. "Ada apa??" tanya Bian kemudian.Masayu sontak tergeragap dan spontan bertanya, "Abang nggak minta maaf sama Ayu?""Maaf untuk apa??" Masayu memasang raut wajah kecewa. Rupanya, saking terlenanya menikmati wajah tampan di depannya, dia sampai tidak menyimak perkataan Bian. Pada akhirnya, Masayu menilai Bian adalah pria kaku yang tidak mempunyai rasa empati. Perlakuan Bian kepadanya barusan merupakan hal yang wajar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status