Lucas mengantar Eloise sampai ke tempat parkir mobil. Ia membuka pintu mobil saat Eloise hendak masuk ke dalam mobil penumpang. "Terima kasih, Lucas." "Sama-sama, hati-hati di jalan." Lucas menutup pintu mobil dan melambaikan tangan saat mobil yang dikendarai Dominic melaju menjauhinya. Eloise menghela nafas panjang. Sementara itu Lucas masih berdiri memperhatikan hingga mobil menghilang di tikungan. Ada sesuatu dalam diri Eloise yang membuatnya menjadi terobsesi dengan wanita itu. Sebastian pulang hampir tengah malam. Sebelum masuk ke kamarnya, ia mengunjungi kamar Ethan. Bayi mungil itu tertidur pulas. Sebastian mengelus rambut coklat Ethan dengan sayang. Lama ia berdiri di sisi box bayinya sebelum kemudian menuju kamar tidurnya. Eloise tampaknya juga telah tertidur. Sebastian berjalan pelan menuju kamar mandi, tak ingin gerakannya menimbulkan bunyi yang bisa membangunkan istrinya. Ia mandi sebentar sebelum keluar dan menuju lemari pakaian. Setelah memakai kaos dan c
Keadaan berjalan lancar setelah bulan-bulan berikutnya. Hari ini sidang lanjutan kasus Naomi digelar di pengadilan distrik NYC. Sebastian hadir kembali sebagai saksi. Pengacara Naomi meminta keringanan hukuman dengan alasan kliennya mengalami gangguan kesehatan mental. Jaksa penuntut menolak permintaan pengacara pembela sehingga sidang akan kembali dilanjutkan kembali di hari yang telah ditentukan. Eloise sedikitnya telah menyelesaikan dua lukisan dalam beberapa bulan belakangan. Rosa membantunya mengasuh Ethan saat Eloise ingin melukis. Charles melakukan panggilan video di ponsel Eloise siang itu. "Hai, Nak. Bagaimana kabarmu?" Charles terlihat berada di rumahnya. Jelas terlihat nuansa rumah modern minimalis di belakangnya. "Baik, Ayah," sahut Eloise cepat. Charles tampak tertegun sesaat. Sepertinya baru kali ini ia mendengar Eloise memanggilnya ayah. "Dimana cucuku?" tanya Charles menahan haru. Eloise berjalan ke arah Rosa yang tengah menggendong Ethan. Ia
Sebastian datang ke mansion setelah sekian lama tak berkunjung. Tujuan kedatangannya adalah menemui Rosa dan memintanya membantu Eloise mengurus apartemen dan Ethan. Saat tiba di ruang tengah, ia bertemu dengan Jolie. "Hai, Sebastian, apa kabar?" tanya Jolie kaku. Sebastian tersenyum. "Baik, aku ingin bertemu Rosa, apakah dia ada di dapur?" Suasana mansion tampak sepi. Sebastian memang terpaksa mengurangi pekerja di mansion karena tidak banyak pekerjaan yang harus dikerjakan di sana. "Tadi dia sedang memasak untuk makan siang." Jolie mengamati Sebastian. Pria itu sedikit berbeda, raut wajahnya tak sedingin dulu. Kini Sebastian tampak lebih hidup, berseri-seri layaknya seorang suami dan ayah yang berbahagia. Sepertinya ia harus mengakui, Eloise yang sederhana telah mengubah Sebastian. "Baiklah, Jolie. Aku akan menemui Rosa." Sebastian melangkah menuju dapur. Jolie masih mengamati hingga pria itu menghilang di balik dinding dapur. Dari arah tangga, Valerie turun dan melan
Sean memesan bingkisan untuk putra Sebastian dan meminta toko untuk mengirimnya. Karena Sean bingung dengan begitu banyak pilihan, akhirnya ia membeli hampir semua jenis perlengkapan bayi dengan berbagai merk. Sean muncul di apartemen Sebastian berselang sepuluh menit setelah kedatangan kurir toko. "Kau ingin membuka toko perlengkapan bayi di apartemenku?" tanya Sebastian gusar saat melihat ruang tengah kini penuh dengan berbagai macam jenis perlengkapan bayi. "Aku tak pernah memiliki bayi. Aku bingung, jadi kusuruh toko mengirim semua yang dibutuhkan bayi baru lahir," ucap Sean membela diri, "dimana bayimu?" tanyanya bersamaan dengan Eloise yang muncul dari dalam kamar dengan menggendong Ethan.Sean terpana sesaat. Ia seakan melihat sosok malaikat. Eloise dengan gaun tidur warna putih gading dengan belahan dada rendah serta wajah berseri-seri berjalan menghampiri Sean. "Hai, Sean. Ini keponakanmu.""Keponakan tiri," ralat Sebastian datar. Sean tak mempedulikan ucapan Sebastian.
Ketegangan semakin intens saat pembukaan mencapai sembilan. Eloise ingin mengejan tapi tindakan itu tidak diperbolehkan karena bisa menyebabkan pembengkakan mulut rahim dan menghambat persalinan normal. Ia menahan sakit hingga tubuhnya bergetar hebat. Tangannya menggenggam erat lengan Sebastian, menyalurkan rasa sakitnya. Eloise menumpukan dahinya di pinggiran bathtub dengan menarik nafas panjang. "Sabar, Sayang. Sedikit lagi," bisik Sebastian dengan senyum, berusaha menepis rasa nyeri di lengannya karena cengkeraman kuat tangan Eloise. Sebastian merasa tubuhnya berkeringat dan baru tersadar jika ia masih memakai jas dan dasi. Eloise memejamkan mata dan meremas kembali tangan Sebastian ketika kontraksi melanda perutnya semakin kuat. Seorang perawat yang berdiri di samping bathtub mendekat dan memeriksa kondisi Eloise. "Sudah pembukaan lengkap, silakan minggir sebentar, Tuan, kami akan membantu persalinan," ucap seorang perawat. Sebastian mundur. Ia membuka jas dan dasinya
Hari ini hari terakhir Charles berada di New York. Siang harinya ia sudah mengemasi pakaian dan memasukkan ke dalam koper. Eloise merasa ada sesuatu yang hilang. Kebersamaan bersama Charles selama seminggu lebih menyisakan kesan yang mendalam. Eloise bersandar di kusen pintu, memperhatikan kesibukan Charles. "Jika bayiku sudah lahir, aku akan datang mengunjungimu di Washington." Charles menoleh dan tersenyum. "Aku sangat menantikan kunjunganmu, Sayang." Eloise berjalan sedikit pelan, dari semalam ia merasakan tidak nyaman pada perutnya. Ia duduk di tepi ranjang. "Kau baik-baik saja?" tanya Charles saat dilihatnya Eloise meringis kesakitan. Ia berjalan mendekat. Memperhatikan Eloise yang tampak pucat, "sebaiknya kita ke rumah sakit." Charles membantu Eloise berdiri, ia menyusupkan tangan ke bawah lengan Eloise dan melingkarkan lengan Eloise ke pundaknya. Eloise mendesis kesakitan. "Sepertinya aku tak kuat berjalan, perutku terasa kram dan menegang." "Kau mengalami kontra