Share

Sean Barnard

Penulis: luscie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-20 09:08:01

Sebastian mungkin kejam dan tidak memiliki empati terhadap orang lain, tetapi di sisi lain, pria itu ternyata sangat murah hati. Ia memesan gaun pengantin di sebuah butik ternama di kota New York, meminta manajer toko memilihkan gaun pengantin termahal untuk Eloise.

Ia menunggu Eloise mengepas baju pengantin sementara ia sendiri sibuk dengan jadwal meeting di ponselnya. Sebagai kepala divisi produksi, ia bertanggungjawab penuh atas kualitas barang yang diproduksi oleh Olympic Corp.

“Tuan Sebastian, silahkan.” Sang manajer toko mempersilahkan Sebastian untuk melihat baju pengantin yang dikenakan calon istrinya.

Sebastian bangkit berdiri menuju kamar ganti. Ia tertegun sesaat. Eloise berdiri membelakanginya hingga detik selanjutnya berbalik menghadap Sebastian. Nafas Sebastian tercekat di tenggorokan. Detik berikutnya ia menelan ludah dengan susah payah. Eloise terlihat…seksi. Ternyata selama ini gadis itu menutupi tubuhnya dengan memakai baju kemeja tidak menarik yang ukurannya kebesaran. Sebastian harus mengakui jika tubuh gadis itu sangat diluar dugaannya selama ini. Dada Eloise memiliki ukuran di atas rata-rata gadis seumurannya. Sementara dengan pinggang ramping seperti itu, Eloise benar-benar terlihat menggoda di matanya.

“Ganti bajunya,” ujar Sebastian serak. Ia berdehem sesaat.

“Maaf, Tuan. Ini gaun terbaik yang kami miliki.”

Sebastian mengalihkan pandangan dari Eloise yang tertunduk sejak tadi. “Maksudku, pilih yang tertutup di bagian dada,” ucap Sebastian setengah berbisik.

Sang manajer toko mengangguk patuh. Sebastian terpaku sesaat sebelum berbalik pergi. Mengenyahkan pikiran-pikiran mesum dari otaknya.

Sepuluh menit berlalu, manajer toko kembali meminta Sebastian untuk kembali ke ruang ganti baju.

Sebastian mengeluh dalam hati. Baju yang kedua juga tampak sempurna di tubuh Eloise. Meski bagian dada tertutup dan hanya menyisakan lengan telanjang, tapi balutan gaun yang pas di tubuh Eloise membuat gadis itu masih terlihat sangat seksi.

“Tak ada pilihan lain?” tanya Sebastian lagi.

“Rata-rata hampir semua terbuka di bagian dada, tuan.”

Sebastian berfikir sejenak. “Baiklah, yang ini saja.”

Sang manajer toko mengangguk. Menyuruh staf toko yang berdiri di samping Eloise untuk mempersiapkan baju pengantin yang dikenakan gadis itu.

“Kamu punya daftar teman yang ingin kau undang ke pernikahan kita nanti?” tanya Sebastian saat berkendara menuju mansion.

Eloise menggeleng. “Tidak ada,” jawabnya singkat. Ia tak memiliki teman dekat. Selama ini ia cenderung menjauh dari teman-temannya karena beberapa kasus pelecehan verbal maupun fisik yang dialaminya. Sejak mengalami pelecehan fisik dari salah satu teman sekolah, Eloise berubah menjadi tidak percaya diri. Setiap hari ia memilih memakai jaket untuk menutupi dadanya yang memang memiliki ukuran besar. Tapi hal itu tak berhenti sampai di situ, pelecehan selanjutnya datang dari guru olahraga, Eloise sempat absen selama beberapa kali saat pelajaran olahraga hingga pihak sekolah mengancam akan memberi nilai rendah untuk mata pelajaran olahraga, membuat Eloise terpaksa patuh dengan aturan sekolah.

Tak ada teman untuk berbagi cerita, tak ada satupun tempat mengeluh dan meminta perlindungan. Pernah sekali Eloise bercerita pada Valerie, ibunya malah mengumpat dan mengatainya seorang pelacur, wanita yang suka memamerkan tubuh. Sejak saat itu Eloise berubah. Ia menjadi gadis yang tidak banyak bicara, lebih suka menyendiri.

Sesampai di mansion keduanya berpisah tanpa mengucapkan sepatah kata. Sebastian memiliki agenda padat hari ini di Olympic Corp. Kematian Jeff yang mendadak, membuatnya disibukkan dengan para pemegang saham yang mendesak agar segera diadakan rapat pengganti pimpinan Olympic Corp.

Sesampai di ruang tamu, ia bertemu Sean yang juga bersiap pergi. “Kau ke kantor hari ini?”tanya Sean pada Sebastian.

Sebastian mengangguk.

Sean tak bertanya lagi. Ia melangkah menuju mobilnya. Menghidupkan mobil sportnya sebentar saat matanya terpaku pada Eloise yang berbincang dengan pelayan di kebun yang terletak di sisi kanan mansion. Sudah lama sebenarnya ia menaruh hati pada gadis pendiam itu. Sekilas pandang, Eloise memang tidak menarik. Potongan baju yang dipakainya cenderung monoton. Kemeja besar dan rok panjang atau celana panjang. Tapi pernah sekali Sean bertemu Eloise di satu kesempatan yang menempatkan Sean di posisi dekat dengan Eloise. Gadis dengan mata sendu dan bibir penuh menggoda. Tanpa pulasan make up samasekali membuat Eloise lebih menarik di matanya. Tapi sayangnya, sebelum Sean mengenal Eloise lebih dekat, Sebastian telah mendahului langkahnya. Si brengsek Sebastian.

Sean dan Sebastian tak pernah akur. Selisih usia 8 tahun membuat jarak di antara mereka semakin jauh. Sean paham mungkin Sebastian membenci dirinya dan keluarganya sejak ia dan ibunya, Anna Mayer pertama datang di mansion keluarga Sebastian tepat lima bulan setelah kematian ibu Sebastian, Paula Belisaria. Saat itu usia Sean menginjak dua tahun.

Saat masih terikat pernikahan dengan Paula, Jeff selingkuh dengan sekretaris pribadinya, Anna Mayer hingga Jeff memutuskan menikahi Anna tanpa sepengetahuan Paula. Hingga lahirlah Sean.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Makan malam bersama

    Suara mesin kopi di pantry Stratton Consulting mendengung pelan saat Jolie menuang cappuccino ke cangkir kertas. Kantor sudah mulai ramai, layar komputer menyala, suara tuts keyboard bercampur dengan dering telepon.Ia melirik jam, pukul 09.15. Hari baru, proyek baru, rutinitas yang mulai membuatnya terbiasa. Jolie kembali ke mejanya yang rapi, penuh dengan tumpukan laporan dan daftar tugas. Di layar, email dari klien AS menunggu balasan. Ia mulai mengetik, tapi pikirannya melayang pada percakapan kemarin di kafe, kata-kata Adrian yang masih terngiang. Penawaran kerja dari pria itu sedikit membuatnya bimbang. Tapi Jolie mencoba menepisnya. Stratton memang tidak membayar setinggi perusahaan Adrian, tapi di sini ia punya rekan kerja yang ramah, atasan yang suportif, dan jam kerja yang masih manusiawi. Setelah kegagalan pernikahan dengan Sean, kestabilan ini adalah obat yang ia butuhkan. Setidaknya, ia merasa mandiri dan berguna. Namun, saat rapat mingguan dimulai, saat rekan-rekannya

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Jolie dan Adrian

    Hari Sabtu pagi di London dimulai dengan suara kereta overground yang bergemuruh dari kejauhan. Jolie bangun di ranjang sempit, cahaya matahari musim dingin menembus tirai tipis berwarna krem. Udara kamar sedikit lembap, dan ia meraih sweater tebal sebelum menyalakan ketel air untuk membuat teh. Ia menatap jam di dinding: pukul 7.30. Dulu, jam segini ia sudah berlari mengelilingi Regent’s Park, lalu sarapan di kafe mahal bersama teman-teman kampus. Pagi-pagi mereka diwarnai tawa dan rencana besar untuk menaklukkan dunia bisnis. Sekarang? Ia duduk sendirian di meja kecil, menyeruput teh murah yang rasanya terlalu pahit. Meski begitu, ada sesuatu yang mendorongnya untuk keluar. London bukan kota asing baginya, dan sebagian hatinya ingin membuktikan bahwa ia masih bisa berjalan di jalanan ini tanpa merasa kalah. Jolie memutuskan untuk pergi ke Marylebone, daerah yang dulu jadi titik favoritnya. Bus dua tingkat membawanya melintasi jalan-jalan penuh toko kecil dan rumah bata mera

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Pindah ke mansion

    Valerie menyukai apartemen yang dipilih Sebastian untuknya. Tidak terlalu besar tapi terkesan bersih dan mewah. Dan yang terpenting, Valerie tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membayar gaji karyawan dan semua pengeluaran bulanan di mansion. Tanpa banyak drama dan keluhan, Valerie menyiapkan semua barangnya dan pindah di hari ketiga saat Sebastian telah melunasi harga apartemen dan mentransfer sejumlah besar uang sebagai harga saham yang dibelinya. Di hari Minggu, mereka tiba di mansion dengan barang bawaan yang cukup banyak. Paul menyambut majikan lamanya dengan suka cita. Pemilik sah dan pewaris Harold telah datang dan tinggal di mansion. "Selamat datang Tuan dan Nyonya Harold." Paul membuka pintu mansion lebar. "Terima kasih, Paul," ucap Sebastian dengan senyum. Rosa sangat bahagia kembali tinggal di mansion, bertemu kembali dengan teman-teman lamanya. "Terima kasih, Paul," kata Eloise. Mereka menempati kamar Sebastian yang telah kosong lama, sementara Ethan ting

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Kesepakatan

    Keesokan harinya, Valerie nekat menemui Sebastian di ruang kerja presdir. Siang sebelum istirahat makan siang, Valerie telah berada di depan pintu ruangan Sebastian, menunggu sekretaris pria itu menelepon atasannya dan mempersilahkan Valerie masuk. Sebastian duduk dengan arogansi yang selalu terlihat di setiap gestur tubuh nya. Setidaknya itu yang Valerie lihat pada Sebastian. "Ada apa, Valerie?" tanya Sebastian tak sabar seakan kedatangan wanita itu sangat mengganggunya. "Aku ingin menawarkan saham ku karena aku butuh dana untuk modal pengembangan butikku." Valerie enggan menjelaskan keadaan yang sebenarnya jika butiknya hampir bangkrut. Sebastian tampak mempertimbangkan ucapan Valerie. "Aku akan membelinya sedikit di atas harga pasar saat ini, bagaimana?"Valerie berseru gembira dalam hati. Ia tak bisa membayangkan berapa banyak kekayaan yang dimiliki pria itu hingga dengan mudahnya menyanggupi membeli saham miliknya. "Jadi kapan aku bisa mendapat uangnya?" tanya Valerie mendes

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Menjual saham

    Sean berangkat ke Kansas setelah acara penyerahan jabatan. Sebastian berbicara dengan beberapa pemegang saham, menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar situasi di cabang Kansas, apakah harus dilakukan tindakan penutupan atau tidak. "Kita usahakan yang terbaik untuk meningkatkan penjualan di Kansas, beri kami waktu sampai akhir tahun." Sebastian berusaha meyakinkan. Setelah pembicaraan panjang dan melelahkan, akhirnya mereka sepakat menunggu hingga akhir tahun. Malam itu Sebastian pulang tepat waktu. Ia menyempatkan bermain dengan Ethan setelah beberapa kali dirinya pulang malam dan hanya bertemu saat hari libur. "Jagoan Papa." Sebastian mengangkat putranya tinggi membuat Ethan tertawa senang. Ethan memperlihatkan mainan barunya yang dibelikan Eloise tadi siang. Sementara itu Eloise tengah menyiapkan makan malam bersama Rosa dan sesekali tersenyum melihat Ethan dan Sebastian yang tampak sibuk bercengkrama bersama. Setelah makan malam dan menidurkan Ethan, Sebastian duduk di sofa me

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Penyerahan jabatan

    "Aku ingin menyerahkan jabatanku." Sean berujar tanpa basa basi saat mereka telah duduk di sebuah coffe shop di sekitar gedung Olympic Corp. Sebastian menatap sekilas pada Sean seperti ucapan Sean tidak sungguh-sungguh. Ia kembali membalas pesan dari bawahannya yang menanyakan tentang jadwal rapat untuk besok. "Aku ingin fokus ke kantor cabang Kansas, jadi aku akan menetap di sana."Sebastian mengalihkan pandangan dari layar ponsel memperhatikan Sean. "Jangan melepas tanggung jawab setelah kau membuat kekacauan.""Aku tidak akan melepas tanggung jawab justru aku akan memperbaikinya. Tapi kurasa jabatan presdir memang bukan untukku, aku tak bisa hidup nyaman karena penuh tekanan," ucap Sean dengan senyum getir, "aku akan memulai menata hidupku di kota baru, semoga saja aku bisa memperbaiki kesalahanku."Sebastian terpekur lama. Memikirkan hal awal yang membuat dirinya harus melepaskan jabatan presdir dulu. "Aku melepas jabatan itu karena aku tak ingin rahasia video Eloise tersebar."

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status