Home / Romansa / Terjebak BossZone / CHAPTER 7: Gay?

Share

CHAPTER 7: Gay?

Author: Anaa
last update Last Updated: 2022-09-25 11:11:21

"Kamu sudah cukup lama menjadi sekretaris Edgar. Kamu pasti mengetahui banyak tentang kehidupan anak saya, apa kamu tahu tentang urusan percintaannya—maksudnya, apa kamu tahu Edgar sedang menjalin hubungan dengan seorang perempuan?" Mia menatap Nesa dengan tatapan penuh harap.

Nesa menggeleng sebagai jawaban. Walaupun ia sudah cukup lama menjadi sekretaris Edgar, tapi ia tidak pernah tahu urusan percintaan bosnya. "Maaf, tapi saya tidak mengetahui urusan percintaan Pak Edgar, sepertrinya itu juga terlalu privacy."

"Kamu tidak tahu ya... baiklah." Mia menjeda ucapannya beberapa detik, lalu kembali menatap Nesa. "Tapi, apa kamu pernah melihat Edgar tertarik dengan seorang perempuan, maksudnya pergi berkencan, atau menyuruh kamu untuk mencari tahu kehidupan salah seorang perempuan karena Edgar tertarik kepada perempuan itu?" Mia kembali melanjutkan pertanyaannya.

Lagi-lagi Nesa menggeleng. Edgar tidak pernah membahas tentang perempuan kepadanya.

Melihat Nesa menggeleng, membuat Mia mendadak lesu. "Nes..." Mia menatap manik mata Nesa dengan lekat. "Apa Edgar tidak menyukai perempuan?" lirihnya sangat pelan namun masih mampu di dengar oleh Nesa, perempuan itu sampai tersedak ludahnya sendiri ketika mendengar pertanyaan Mia yang satu ini.

"Kamu tahu nggak Nes, saya tuh kepikiran banget sama omongannya Mbak Evi. Mbak Evi bilang kalau Edgar nggak mau nikah sampai sekarang mungkin karena dia emang nggak tertarik aja sama perempuan. Saya khawatir kalau itu benar."

Nesa menggeleng. "Bu, Pak Edgar nggak mungkin kaya gitu, 'kan? Mungkin Pak Edgar belum mau menikah karena memang belum mau saja, dia masih ingin fokus dengan pekerjaannya," jelas Nesa mencoba membuat Mia berpikir positive tentang putranya.

"Tapi coba kamu ingat, apa Edgar pernah berhubungan dengan seorang perempuan? Sepertinya hanya sekedar duduk mengobrol santai dengan seorang perempuan saja tidak pernah... ya, kecuali kalau masalah pekerjaaan—maksud saya berinteraksi dengan seorang perempuan diluar urusan pekerjaan. Apa dia penah? Tidak kan? Apalagi membawa seorang perempuan ke rumah, memperkenalkannya kepada keluarga... tidak pernah, Nes...."

Benar sekali. Padahal ada banyak sekali perempuan yang dengan terang-terangan menggodanya jika sedang menghadiri sebuah acara, namun Edgar terkesan acuh, seperti tidak tertarik. Bahkan, ada juga beberapa orang tua rekan bisnisnya yang secara tidak langsung, maupun secara gamblang berniat untuk mengenalkan putri-putrinya kepada Edgar, namun tentu saja lelaki itu menolaknya.

"Bagaimana kalau itu adalah kenyataannya, Nes. Edgar... gay?" Mia langsung menutup wajah dengan kedua tangan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Nesa? Perempuan itu hanya mampu menelan ludahnya gugup, awalnya ia memang tidak berpikir sejauh itu, tapi sekarang... setelah Mia mengatakan itu, ia jadi ragu dengan orientasi seksual bosnya.

"Vanesa!"

Nesa terperanjat kaget ketika mendengar suara bosnya. "I—iya?" Nesa bertanya gugup.

"Kamu tidak mendengarkan saya sedari tadi? Saya sudah memanggilmu lebih dari lima kali kalau kau ingin tahu!" Suara Edgar seperti biasa terdengar dingin dan tegas. Nesa yang sedang duduk di sampingnya mendadak gugup, tadi ia sedang mengingat obrolannya dengan Mia beberapa jam yang lalu.

"Maaf, Pak. Saya sedang tidak fokus. Mohon maaf, tadi Pak Edgar bertanya tentang apa?"

"Tumben sekali Mama mengundangmu ke rumah, ada apa?"

Nesa menggeleng. Malam di mana resepsi pernikahan Dina dan Dion, Mia mengajak Nesa untuk ke rumahnya, Nesa kira hanya basa basi biasa, tapi rupanya Mia tidak hanya sekedar basa-basi, perempuan paruh baya itu bahkan sampai menelepon Nesa dan meminta untuk menyempatkan waktunya ke rumah. Dan, ya... Mia bertanya tentang putranya itu.

"Bu Mia, minta saya buat mengajarinya masak gulai ayam, Pak... ya... hanya itu," kata Nesa yang tentu saja berbohong.

"Kau tidak pandai berbohong! Kali ini perempuan anak siapa lagi yang ingin Mama kenalkan sama saya?" tanya Edgar, matanya masih menatap keluar jendela mobil. Dan, Nesa masih tetap diam, bingung akan menjawab apa untuk pertanyaan bosnya.

Keheningan kembali menyelimuti mobil itu, keduanya menatap jalanan kota yang cukup renggang karena malam sudah semakin larut, dan Sandi yang menjadi pengemudi fokus menyetir.

"Boleh saya bertanya?" tanya Nesa pelan, dan hati-hati. Kali ini, ia memandang wajah bosnya.

"Tidak ada perempuan yang sedang saya dekati. Beritahu Mama tentang ini!"

Lagi-lagi Nesa menelan ludahnya gugup. Sepertinya Edgar tidak bodoh, karena dia tahu betul kemana arah pembicaraan Nesa.

"Saya minta maaf sebelumnya kalau saya lancang, atau terkesan sangat ikut campur tentang kehidupan Pak Edgar. Tapi... apa Pak Edgar tidak berniat untuk menikah?" Nesa menatap wajah bosnya, ingin melihat bagaimana ekspresi lelaki itu—namun, seperti biasa lelaki itu tidak merubah mimik wajahnya. "Atau minimal menjalin hubungan dengan seseorang? Ada perempuan yang membuat Pak Edgar tertarik? Siapa? Apa perlu saya bantu?"

Edgar melirik Nesa yang terus menatapnya dengan tatapan penuh harap. "Jadi, kamu diembel-embeli hadiah apa sama Mama kalau kamu berhasil mencari tahu tentang kisah percintaan saya?"

Nesa menggeleng cepat. "Tidak, Pak. Bukan seperti itu. Saya hanya bertanya tadi, Bu Mia merasa kebingungangan tentang Pak Edgar. Katakan kepada Bu Mia jika memang tidak berniat menikah ataupun menjalin hubungan percintaan, beritahu dan jelaskan alasannya."

"Kau mengajari saya?!" Edgar menaikkan satu alisnya bertanya.

Memejamkan mata beberapa detik untuk meredamkan emosinya, Nesa mengalihkan pandangannya keluar jendela. "Bukan mengajari, tapi memberi nasihat."

Edgar menyunggingkan senyum menyebalkan mendengar perkataan Nesa. "Kau yakin memberi nasihat? Lalu, bagaimana dengan urusan percintaanmu?"

Nesa kembali menatap Edgar. Menyebalkan, kenapa lelaki itu malah membahas tentang dirinya? Pikir Nesa.

Mobil berhenti di pelataran sebuah gedung apartemen. Nesa segara memakai tasnya, menatap Sandi yang juga menatapnya lewat pantulan cermin. "Terima kasih sudah mengantarkan saya pulang, Pak Sandi—Nesa menampilkan senyumnya lalu beralih menatap Edgar dengan senyum yang terlihat dipaksakan, lalu melanjutkan ucapannya, "Terima kasih, Pak Edgar. Selamat malam."

Pukul lima sore, setelah ia menyelesaikan pekerjaannya, Nesa langsung pergi ke kediaman kedua orang tua Edgar, mengobrol banyak hal dengan Mia tentang bosnya. Lalu tepat pukul setengah sembilan malam Edgar datang, katanya sih ingin mengambil barang yang tertinggal di rumahnya saat acara arisan keluarga besar Naratama malam itu, dan ya... berakhir mengajak Nesa untuk pulang bersama—ralat! Memaksa Nesa untuk pulang bersama.

Jujur, setelah mengobrol cukup banyak dengan Mia tentang Edgar membuat Nesa merinding jika memikirkan kalau memang benar bosnya tidak tertarik dengan seorang perempuan. Edgar kan lelaki yang di mata orang-orang adalah definisi lelaki idaman. Bukan hanya hartanya melimpah, postur tubuhnya bagus, tinggi, juga pahatan yang sempurna di wajahnya. Apa kata orang jika lelaki itu ternyata... gay?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak BossZone   Extra Chapter II (Kehidupan Bian)

    "Gue ngga perlu jelasin serinci mungkin, Nes. Suami lo jelas pasti tahu semuanya." Nesa menatap Edgar dengan kening mengernyit, seolah bertanya tentang kebenaran dari ucapan Bian. "Udah sih, gue ngga papa, ngga usah natap gue kasihan gitu!" katanya. Walaupun begitu tetap saja, ada perasaan aneh yang dirasakan oleh Nesa. Ini jelas berita besar—dan yang paling mengkhawatirkan adalah bagaimana perasaan Bian selama ini? Pasti lelaki itu sudah melalui banyak hari yang berat. "Sudah berapa bulan?" tanya Bian mempersilahkan Nesa untuk duduk. "Jalan enam bulan," jawab Nesa semangat, mencoba bersikap seperti biasanya. "Apa suami lo memperlakukan lo dengan baik?" Nesa mengangguk tanpa ragu. "Mas Edgar mencintai aku... sangat!" "Bagus! Kalau dia ngga memperlakukan lo dengan baik, mending sama gue aja." Nesa terkekeh pelan, menggeleng lalu memeluk perut Edgar yang sedari tadi masih berdiri di dekatnya. "Nanti Mas Edgar sendirian, kasian." Bian menatap Edgar dengan tatapan yang

  • Terjebak BossZone   Extra Chapter I (Ngidam & Bian)

    "Mas...." Edgar terlihat menghela napas, melepaskan perlahan tangan Nesa yang melingkar di lengannya. "Mas masih marah ya?" tanya Nesa memanyunkan bibirnya, kembali mencoba melingkarkan tangannya di lengan Edgar, walaupun suaminya itu kembali melepaskannya. "Iya maaf, ngga jadi Mas. Tadi aku cuman bercanda kok," lanjutnya. "Saya berangkat," katanya terkesan jutek walaupun sebelumnya mencium kening Nesa sebagai rutinitas wajib pagi mereka sebelum Edgar berangkat kerja. "Ah Mas Edgar...." Nesa kembali merengek, menghalang langkah suaminya. "Aku minta maaf, jangan marah." "Saya ada meeting Vanesa." "Tuh kan! Panggilan sayangnya mana?" Edgar kembali menghela napas pelan, menampilkan senyum yang sebenarnya tidak sampi hati itu. "Saya berangkat kerja ya, ada meeting pagi ini sayang," kata Edgar mengulang pernyataannya. Melingkarkan tangannya memeluk pinggang Edgar, Nesa mencium pipi kanan suaminya dengan lembut. "Aku beneran cuman bercanda tadi, jangan ngambek lagi yaa... dan semoga

  • Terjebak BossZone   Chapter 62: Private Beach (Ending)

    Nesa mengerjapkan matanya perlahan, bibirnya berdecak pelan ketika telinganya masih mendengar suara notifikasi alarm dengan volume yang bukan main kencangnya.Mencoba bangun dari tidurannya untuk mengambil ponsel, tetapi tubuhnya dipeluk erat oleh sang suami.Dengan perlahan ia mencoba melepaskan tangan Edgar yang melingkar di perutnya, setelah berhasil, ia bangun lalu berjalan mengitari ranjang untuk duduk di tepi kasur, mengambil ponsel Edgar yang masih mengeluarkan suara notifikasi alarm untuk mematikannya.Disya mengernyit ketika merasakan perbedaan dengan kamar yan ditempatinya, mendongak lalu kembali memperhatikan sekitaran kamar dengan cahaya remang."Sudah bangun, sayang?" tanya Edgar, kedua tangannya kembali memeluk perutnya erat.Nesa tersenyum kecil lalu mengusap lembut lengan Edgar yang melingkar di perutnya."Sudah, tumben banget pasang alarm pagi-pagi buta begini sih?""Biar ngga kesiangan.""Mau ke mana?""Lihat sunrise.""Huh?"Nesa ingat, semalam ia dan Edgar menghadi

  • Terjebak BossZone   Chapter 61: Sunrise Gagal

    Edgar menghentikan kegiatanya yang sedang berkutat dengan laptop, melirik Nesa yang sepertinya sangat fokus menatap handphone dengan kedua telinga yang disumpal earphone, keduanya duduk bersebelahan, tetapi sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Cup! Edgar mencuri satu ciuman di pipi kanan Nesa, yang jelas hal itu dilakukan untuk mendapat perhatian dari si perempuan. "Sedang menonton apa, fokus sekali?" Nesa sedikit terperanjat kaget, langsung mematikan layar handphone, menatap suaminya dengan senyum canggung sambil melepaskan earphone yang masih terpasang di telinganya. "Ngga ada apa-apa kok—aku ngga nonton apa-apa, Mas." Edgar mengernyit, reaksi Nesa terlihat berlebihan padahal dia hanya bertanya. Ditatap sebegitunya oleh Edgar jelas membuat Nesa ciut, seolah ia tidak akan pernah bisa berbohong kepada lelaki itu. "A—aku menonton video Sandi bernyanyi, aku ngga sengaja nyari, Mas, beneran. Tiba-tiba dia muncul di beranda sosial mediaku." "Mana lihat." Nesa kembali menyalakan

  • Terjebak BossZone   Chapter 60: Hubungan Sandi & Nadya

    "Masih main?" Sandi kembali menyesap batang nikotin yang ada di sela jarinya, lalu menggeleng pelan menjawab pertanyaan Edgar. Edgar mencebikkan bibirnya tidak percaya ketika lelaki yang duduk di sampingnya menjawab tidak pada pertanyaan yang sebelumnya diajukan. "Nadya juga tidak buruk mendesah dibawah saya, dan yang paling penting saya tidak perlu repot-repot memakai pengaman ketika bercinta—wah rasanya berkali-kali lipat lebih nikmat ternyata!" "Saya pernah bilang kan, apa enaknya bercinta menggunakan karet?" Sandi menyunggingkan senyum miring, kembali mengepulkan asap rokoknya ke udara, mendongak menatap ke atas lalu menghela napas berat. "Kamu menyesal melakukannya?" Edgar bisa melihat wajah Sandi sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Jelas ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. "Hanya tidak menyangka akan sampai di titik ini." "Nesa tidak tahu kamu lelaki seperti apa. Jika dia tahu kamu sering bercinta dengan banyak perempuan jelas ia tidak akan setuju kamu bersama

  • Terjebak BossZone   Chapter 59: Kunjungan Ibu

    Jam dua siang mereka benar-benar baru meninggalkan kamar, itupun karena rasa lapar menghantui mereka. Jangan ditanya mereka melakukannya lagi atau tidak setelah membaca lembaran diary milik Nesa—tentu saja iya—maklum keduanya masih dimabuk cinta, kata Edgar ini adalah bentuk balas dendam karena selama hampir dua bulan resmi menikah mereka belum melakukannya. Beruntung Nesa mau melayaninya walaupun sembari merengek menangis. “Ih iya Mas aku lupa hari ini jadwal pemberangkatan Nadya lho,” kata Nesa ketika ia sedang fokus membuka handphonenya. “Jam berapa?” tanya Edgar. “Jam lima. Untung jam lima, jadi masih ada waktu buat ke sana,” kata Nesa mematikan layar handphonenya lalu menatap Edgar. “Aku ijin ketemu sama Nadya dulu ya Mas sebelum berangkat, ada Seruni juga kok, boleh?” Edgar mengangguk. “Sama saya.” “Oke!” Nesa kembali menampilkan senyum manisnya menatap Edgar, kembali melingkarkan kedua lengannya di leher Edgar—keduanya sedang menuruni tangga sekarang, hendak me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status