“Rumah Sakit Iris. Lantai sembilan no. 5.”
Jenna mengingat alamat tersebut dalam ingatannya.
“Jika kau bisa menyembunyikan nomormu di belakang Jerome, sepertinya kau cukup bisa dipercaya.”
Tak mudah, tapi bukan berarti Jenna tak bisa melakukannya.
“Datanglah ke sini dan jangan sampai pengawal Jerome mengendus jejakmu. Aku akan menunggumu besok. Jam sepuluh.”
“Ya. Aku akan menghubungimu jika sudah sampai di sekitar rumah sakit.”
“Hmm,” jawab Daniel dalam gumaman pelan. “Di mana Jerome?”
“Kami sedang makan malam di luar. Sepertinya dengan rekan kerjanya.”
“Siapa?”
“Namanya Samuel.”
“Samuel Marsello?”
“Kau tahu?”
Daniel mendecakkan lidahnya. “Ya, selain tentang Liora, aku juga mengenal dengan baik pria-pria yang menaruh perhatian padanya. Salah satunya Samuel.”<
Jadi, Jerome benar-benar tahu hubungan Liora dengan Samuel? Tubuh Jenna yang sempat memanas, dalam sekejap seperti guyur air es dan membuat seluruh tubuhnya membeku. Pria itu seolah sudah tahu setiap jejak pengkhianatan yang dilakukan oleh Liora tanpa kakaknya menyadari. Seolah sengaja membiarkan kakaknya melakukan apa pun dan di saat yang bersamaan, Jerome lah yang mempermainkan Liora.Yang membuat Jenna sendiri merasa tak aman akan kepercayaan pria itu yang diberikan untuknya. Apakah mungkin Jerome tahu ia menghubungi Daniel di belakang pria itu? Tidak. Jenna yakin untuk yang satu ini, ia sudah membuat kamuflase sebaik mungkin.Jerome melonggarkan lilitannya di pinggang Jenna, membiarkan wanita itu berpijak sepenuhnya ke lantai. Tangannya yang di tengkuk Jenna bergerak menuju bibir wanita itu yang merekah karena lumatannya. Pipi Jenna semerah tomat, bercampur kepucatan yang mulai merebak. Rasanya begitu menyenangkan mempermainkan emosi wanita itu dengan reaksi tubuh
Pertama kalinya, Jenna terpana menatap gedung termegah yang pernah ia lihat seumur hidupnya. Gedung tinggi bertingkat yang berdiri kokoh di hadapannya, dengan dinding kaca berwarna biru gelap yang didesain dengan begitu mewah dan sempurna."Ke arah sini, Nyonya." Si sopir menginterupsi Jenna yang masih ternganga mengagumi bangunan di depannya.Jenna mengerjap, menahan malu dan bergegas menyesuaikan ekspresinya lalu berjalan mengikuti arah si sopir. Petugas keamanan, resepsionis, dan beberapa orang berkelas yang Jenna tak kenal, entah karyawan atau yang memiliki jabatan tinggi melihat cara berpakaiannya, menyempatkan diri untuk sekedar mengucapkan sapaan 'Nyonya Lim' kepadanya. Jenna merasa sangat canggung dengan perlakuan istimewa tersebut dan membalas dengan seulas senyum tipis.Si sopir membawanya ke lift khusus di ujung lorong pendek di sebelah barat, kemudian menekan tombol bertulis 'CEO' yang ada di deretan tombol paling atas."Tuan ada di ruangannya
“B-ba ...” Suara Jenna tersekat di tenggorokan. Tak mampu menyelesaikan sepatah kata pun di ujung lidahnya karena bibirnya yang bergetar hebat.Seringai keji tersungging tinggi di ujung bibir Jerome.Jenna menoleh ketika pengawal itu keluar, berdiri di samping pengawal yang lainnya dengan ponsel yang disembunyikan Jenna di tangan. Jemarinya berselancar di layar ponsel selama beberapa saat, lalu wajahnya terangkat dan menggeleng sekali pada Jerome.Jerome mengulurkan tangan meminta ponsel tersebut.“J-jerome, aku bisa menjelaskan ini,” cicitan Jenna sangat jelas. Berusaha berdiri di antara kedua kakinya yang lembek seperti jeli.Jerome tak menggubris. Semakin dalam ia mencoba mencari apa yang ada di dalam ponsel tersebut, kemarahan di dalam dadanya semakin mendidih. Tak ada apa pun yang bisa ia temukan di dalam sana. Setiap jejak sudah dihapus bersih. Terakhir, ia membanting ponsel tersebut di lantai, tepat di samping Jenna.
Jenna meringkuk seperti bola di tengah tempat tidur yang amburadul. Mengabaikan udara dingin AC yang menerpa seluruh permukaan kulit telanjangnya. Air matanya mengalir tiada henti, tanpa suara. Ia bisa menahan tangisannya keluar dari mulut, tapi tidak dengan kedua matanya.Hanya suara gemericik air dari kamar mandi yang terdengar di ruangan yang senyap tersebut. Jerome sedang membersihkan diri di dalam sana sejak beberapa menit yang lalu. Meninggalkan tubuhnya yang kotor begitu saja, penuh kepuasan yang membuat hati Jenna mengerang penuh kebencian dan dendam.Jenna membuka mata, langsung menatap gorden balkon yang bergerak lembut tertiup oleh angin. Seolah melambaikan tangan ke arahnya. Memanggilnya dengan undangan yang tak ingin Jenna tolak. Menarik selimut sutra tipis di ujung ranjang untuk menutupi ketelanjangannya, Jenna bergerak bangkit. Menahan jeritan karena rasa sakit dan perih yang berpusat di pangkal paha ketika mengambil langkah pertamanya turun dari tempat
Jerome merasa begitu marah merasakan kepanikan yang menggelegar di dalam dadanya tak sanggup ia kuasai. Perjalanan dua puluh menit menuju rumah sakit, belum pernah terasa sepanjang ini. Dengan tangannya yang menggenggam erat pergelangan tangan Jenna dan tubuh lunglai wanita itu berada dalam rangkulannya. Tubuh Jenna mulai dingin dan wajah wanita itu terlihat sangat pucat.Lebih pucat ketimbang ketika ia menyelamatkan wanita itu dari dasar kolam renang, dan ia masih belum melupakan kepanikan bercampur kemarahan ketika menjejalkan udara ke paru-paru Jenna yang dipenuhi air kolam, sekarang wanita itu harus menambah keresahan dan kemurkaannya berkali-kali lipat dengan menyayat nadi untuk mengakhiri nyawa.Sialan. Hanya dirinya yang punya hak untuk membunuh Jenna. Untuk mengakhiri nyawa wanita itu. Bukan siapa pun atau diri wanita itu sendiri. Seluruh jiwa dan raga wanita itu hanya miliknya.“Buat dia kembali hidup apa pun caranya. Berikan apa pun yang terbaik
Kelopak mata Jenna bergerak-gerak pelan. Menarik kesadaran mulai memenuhi dirinya.“Singapore?”“...”Suara kuat itu menyelinap di antara kabut kantuk yang masih berusaha menyelubungi kesadarannya. Singapore? Sepertinya kata itu tidak terlalu asing untuk Jenna. Hingga kemudian ia tersentak sepenuhnya dan kelopak matanya terbuka sempurna.Singapore?Bukankah Daniel sedang pergi ke sana untuk mencari Liora.Apakah Jerome sudah menemukan keberadaan Daniel?“Kau tak punya batasan untuk menggunakan segala sumberdaya demi menemukan mereka, Max. Jangan menggunakan alasan tak bertanggung jawab yang menahanmu membawa mereka padaku.”Jenna menggerakkan kepala, mencari asal suara. Sepertinya anak buah Jerome belum berhasil menemukan Daniel.“LA?”“...”“Tinggalkan beberapa orang di sana untuk berjaga dan suruh yang lainnya ke LA. Kau harus mendapatkan s
“Aku tak butuh kabar buruk,” sentak Jerome siang itu ketika ponsel di meja bergetar dan ia langsung menjawabnya.“...”Jenna yang duduk di kepala ranjang tersentak pelan. Geraman Jerome memberitahu Jenna bahwa kabar buruk itu sudah dikatakan meski pria itu tidak membutuhkan. Sepertinya ini tentang Liora dan Daniel, yang tak kunjung ditemukan meski anak buah pria itu pergi ke LA.Satu-satuny keuntungan yang bisa Jenna manfaatkan dengan keberadaan Jerome di ruangan ini. Ia bisa memantau perkembangan pencarian Daniel dan Liora.Braakkkk ...Ponsel di telinga Jerome melayang ke meja kaca. Pecahan kaca berhambur di lantai, Jenna membekap mulut menahan jeritan kagetnya.“Kau senang, bukan?”Jenna menelan gumpalan ludahnya yang terasa berhenti di tenggorokan, lalu mengangkat wajahnya pada Jerome yang kini melangkah ke dekat ranjang. Dengan kegelapan yang melapisi setiap gurat di wajah pria itu.&ldq
Ketika mobil Jerome berhenti di halaman depan rumah pria itu yang luas, Jenna menatap kemegahan rumah besar tersebut dengan pandangan kosong. Akhirnya, dia kembali lagi ke rumah ini. Ke sangkar emasnya.“Turunlah,” perintah Jerome melihat Jenna yang hanya melamun setelah ia membukakan pintu mobil untuk wanita itu.Sejenak Jenna menatap tangan Jerome yang terulur sebelum menerimanya dan turun dari mobil. Ketika ia sudah berdiri dengan kedua kakinya, pria itu menarik pinggangnya hingga menempel di dada“Home sweet home,” gumam Jerome dalam bisikan berat di depan wajah Jenna. “Selamat kembali ke rumah kita, istriku.”Jenna merasakan desiran familiar setiap napas Jerome menerpa wajahnya. Posisi pria itu sangat dekat, nyaris tak berjarak. Membuat napasnya terhenti karena menahan degupan yang bertalu di dadanya. Sial, sudah cukup seluruh harga dirinya diinjak oleh Jerome. Jika Jerome tahu reaksi tubuhnya yang berada di luar k