Share

Terjebak Cinta Artis Tenar
Terjebak Cinta Artis Tenar
Author: Hakayi

1. Awal Mula Mengenal Andara

Saat itu saya dan ketiga team penulis lainnya diminta datang ke lokasi shooting untuk mengenal set lokasi di lapangan. Tujuannya agar kami makin mengenal lokasi dan bisa membuat adegan yang beragam karena mengenal medan lokasi shootingnya dengan baik. Kami berkeliling lokasi dan disambut baik oleh semua crew yang ada di sana. Begitu juga para artis yang terlibat di program acara komedi itu, mereka menyambut kami dengan hormat. Saya perhatikan sutradara yang sedang mengambil adegan. Saya kira sutradara itu seperti yang sering saya tonton di film-film ; galak, buas, berkata kasar pada artis, ternyata tidak untuk sutradara sitkom yang satu ini. Dia malah sangat baik dan orang yang paling sabar sedunia. Dia memperlakukan artis seperti memperlakukan benda berharga yang dimilikinya.

Kami berada di sana sampai malam hari. Saat itu semua crew dan para artis sudah pulang dari lokasi. Di sana yang tersisa tinggal saya, Andi dan seorang sutradara yang baik hati dan tidak sombong itu. Mungkin karena terlalu asik berdiskusi tentang naskah secara pribadi, kami menjadi penghuni terakhir di tempat itu. Saat sutradara pamit duluan pada kami, Andi menawarkan diri untuk mengantarkan saya ke kostan dengan motornya. Saya tolak, karena itu merepotkan baginya. Kalau Andi harus mengantarkan saya ke kostan, itu artinya dia akan menghabiskan waktu dua kali lipat dari jarak yang seharusnya ditempuh menuju kediamannya. Saya pun memilih untuk naik angkutan umum saja.

Saat Andi sudah pergi, dan saya pun bersiap meninggalkan lokasi, tiba-tiba ada seorang perempuan datang kepada saya. Rambutnya sebahu, dia mengenakan kaca mata, yang kelak saya mengetahui namanya adalah Ira. Dia adalah seorang manager pribadi artis.

"Mas, tolongin saya, Mas! Andara pingsan, Mas!"

“Andara?”

“Iya, Andara, Mas.”

Ya, nama Andara sudah tidak asing bagi saya. Dia adalah salah satu artis pendatang baru yang paling cantik yang menjadi peran pendukung di sitkom yang sedang saya tulis itu.

"Di mana Andaranya?" tanya saya dengan panik.

"Di sana, Mas!"

Saya dan Ira pun bergegas menuju Andara yang katanya kini sedang pingsan di set rumah. Setiba di sana kami lihat Andara sedang duduk menyandar di dinding dengan lemas. Sepertinya dia sudah sadar dari pingsannya. Saya terkejut saat melihat banyak muntahan di sekitar tempat duduknya. Bau muntah dan alkohol tiba-tiba merebak membuat saya ingin muntah juga. Saya yakin kondisinya bisa begitu karena efek dari meminum alkohol. Saya pun tidak berpikir panjang lagi dan langsung membantunya menggotong Andara menuju mobilnya dengan bersusah payah. Setelah Andara sudah berhasil kami masukkan ke dalam mobil dan kami sandarkan di bangku belakang mobil, Ira memandangiku dengan bingung.

"Mas bisa nyetir mobil nggak?"

"Kenapa?" tanya saya heran.

"Aku nggak bisa nyetir mobil, yang bisa nyetir cuman Andara, Mas. Tapi dianya begitu mau gimana? "

Saya pun tak berpikir panjang lagi dan langsung menyetiri mobil itu, mengantarkan mereka menuju ke rumah Andara.

“Sebenarnya saya udah lama nggak nyetir mobil lagi, Mbak.”

Ira panik mendengar saya bicara begitu.

“Kalo gitu minggir aja, Mas.”

“Udah lama nggak nyetir bukan berarti nggak bisa nyetir, Mbak. Saya dulu punya mobil.”

Ira tampak lega dan tenang.

“Sekarang udah nggak?”

“Masih,” jawab saya.

“Terus mobilnya ditinggal di tempat shooting?” tanya Ira heran.

“Di rumah ayah saya, Mbak.”

“Loh, kok?” ucap Ira yang tampak masih bingung.

“Ya karena mobilnya punya ayah saya yang dipinjamkan sama saya, Mbak.”

Ira tampak mengehela napas.

Kemudian dia kembali memperhatikan kondisi Andara.

“Emang Andara kenapa bisa gitu, Mbak?” tanya saya penasaran.

"Tadi aku udah bilang, kalo di lokasi shooting jangan minum. Eh ternyata dia diem-diem bawa minuman mas," curhat Ira pada saya.

"Emang dia peminum berat, ya?" tanya saya pada Ira dengan penasaran.

"Nggak juga. Dia gini karena abis putus sama pacarnya, Mas.”Ira berpikir sejenak,” Tolong jangan ceritain ke yang lain ya, Mas. Dia lagi sepi job. Cuman sitkom ini doang yang lagi dia kerjain." Pinta Ira dengan penuh harap pada saya.

"Iya, tenang aja," pinta saya pada Ira.

Ira tampak lega.

Saya pandangi wajah Andara di kaca mobil sambil menyetir. Saya terpana melihat Andara. Makhluk surga dari mana yang diturunkan Tuhan ke bumi ini yang saat ini sedang duduk di belakang saya? Saya sudah lama menyaksikan Andara membintangi berbagai FTV, sinetron dan yang lainnya. Di televisi saya lihat wajahnya biasa-biasa saja, maksud saya tipe cantiknya yang saya lihat di televisi sudah lumrah, tapi kenapa saat saya melihatnya langsung, dia menjadi sangat cantik walau dalam kondisi mabuk. Rambutnya yang panjang, kulitnya yang putih bersinar, wajahnya yang sangat mulus, ah... ini untuk pertama kalinya saya melihat makhluk Tuhan yang indah.

Tak berapa lama kemudian Andara terbangun. Matanya melotot ke arah saya.

"Heh, elooo! Siapa elo! Ngapain elo nyetirin mobil gue?! Kita udah putuuus! Berenti dan keluar dari mobil gueee!" teriak Andara.

Andara langsung menjambak rambut saya dari belakang. Saya yang sedang menyetir mendadak terkejut dan mobil yang saya setiri menjadi oleng. Akhirnya dengan sekuat tenaga saya pinggirkan mobilnya dan saya rem tepat di pinggir jalan, bersamaan denga Ira yang berusaha melepaskan tangan Andara dari kepala saya.

"Dia bukan mantan lo, Ra. Dia penulis yang gue mintain tolong buat nganter kita."

"Nggak bisa! Keluar lo anj*ng! Lo udah nyakitin perasaan gue! Lo tega duain gue sama pecun laknat satu itu! Keluaaaar!" teriak Andara pada saya dengan emosinya.

Saya paham, dia sedang mabuk, akal sehatnya sedang tidak bekerja dengan baik. Saat itu emosinya lah yang menguasainya sampai-sampai dia tidak bisa membedakan mana mantan dan mana orang lain.

Saya pun jadi takut. Akhirnya saya turun dari mobil untuk menjauh darinya karena percuma menghadapi orang mabuk, kita tak akan pernah bisa menang.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ar_key
astaga .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status