Share

Bab 3 Perkenalan

Eps 3

"Bi, Bi Marni...,"

"Ada apa, Mas arka?" jawab seorang ibu berusia sekitar 50an yang masih mengenakan celemek.

"Ayah mana, Bi?"

"Pak Hangga ada di teras belakang habis renang tadi. Mbaknya siapa, pacar Mas Arka?"

Arka hanya melotot kesal pada asisten RT yang sudah dianggapnya sebagai keluarga.

Arka menarik tangan Swari menuju keberadaan ayahnya.

"Ayah,..."

Pemilik sapaan yang merasa terpanggil segera mengarahkan pandangannya pada putra semata wayangnya.

"Ada apa, Arka? Kamu tiba-tiba menggandeng perempuan ini, dapat dari mana?" tanya Hangga heran.

Sementara Swari hanya diam terpaku melihat sosok ayah Arka sekaligus pemilik mobil mewah yang ditabraknya. 

'Kenapa ayahnya jauh berbeda dengan anaknya. Sosok yang lebih kalem, tapi fix dia tampan. Ups, kenapa aku jadi kebablasan mikirin suami orang. Aku masih waras, banyak pria single di luar sana macam Satria tapi dari dulu dia juga hanya menganggapku sahabat tidak lebih,' Swari justru melamun dengan pemikirannya.

"Ini yah, mbaknya yang nabrak mobil ayah. Bagian lampu depan yang ditabraknya ringsek," terang Arka tanpa meminta Swari menjelaskan.

"Eits, tunggu dulu Om biar saya jelaskan. Dia nggak tau apa-apa karena ada di dalam distro," seru Swari tak mau kalah.

"...."

Dan mengalirlah cerita Swari tanpa ditambah kurang sedikitpun. Hangga sesekali mengangguk paham, tapi banyak juga menggelengkan kepala ataupun mengernyitkan dahi.

"Jadi gimana Om, bukan saya yang salah kan?

"Kamu... Siapa namamu?"

 "Swari, Om."

 "Iya Swari, kamu juga salah. Di jalan tidak boleh ngebut. Mengendarai motor tidak hanya untuk keselamatanmu saja tapi menyangkut keselamatan orang lain juga."

 "Wek, wek," ledek Arka membuat Swari menghentakkan kaki ingin menghajar bocah dihadapannya.

 "Awas, ya."

 "Kamu juga salah, Arka. Kamu tidak izin memakai mobil ayah."

 "Tapi, Yah," protes Arka namun segera dibantah Hangga.

 "Sekarang kalian berdua harus bertanggung jawab karena sudah merusak mobil kesayangan saya."

 Swari dan Arka dibuat melongo karena harus menanggung akibat kesalahan mereka.

 "Tapi Om, saya tidak punya banyak uang untuk membayari bengkel mobil mewah itu. Saya masih mahasiswi semester akhir sambil kerja juga mengajar les privat," mohon Swari dengan wajah memelas dihadapan Hangga.

Hening, Swari melihat laki-laki dewasa yang berdiri di depannya sedang berpikir. Dia sedikit menjauh dan mengeluarkan ponselnya.

"Mau kemana kamu?" tanya Arka.

"Mau telepon teman sebentar."

 Swari menelpon Satria untuk menjemput di rumah pemilik mobil yang ditabraknya. Dia harus bisa melarikan diri manakala keadaan darurat terjadi karena posisinya yang tidak membawa motor.

Tak berselang lama Satria sudah mengangkat panggilannya dan meminta Swari share lokasi.

"Baiklah, sanksi buat kalian berdua adalah."

Hangga menjeda kalimatnya dengan sedikit senyuman tersungging di bibirnya membuat Swari terkagum.

"Arka terima Swari jadi guru lesmu yang baru. Tidak ada penolakan titik."

"Apa?" Kedua anak muda di hadapan Hangga melongo tak percaya.

Swari tidak bisa membayangkan mendapat murid yang menyebalkan dan angkuh, sepertinya Arka terlihat ganti-ganti guru les seperti yang disebutkan ayahnya kalau dirinya menjadi guru les yang baru.

"Tapi yah?" protes Arka namun ayahnya tetap kekeh. Semua demi anaknya supaya belajar disiplin karena sebentar lagi kelulusan dan Arka akan masuk kuliah.

"Kamu sudah berapa kali ganti guru les, Ar? Kali ini ayah minta kamu bisa belajar lebih baik dari dia!" tunjuk Hangga pada Swari yang masih kaget dengan permintaan ayah Arka.

'Benar, sesuai dugaanku ini anak pasti nggak betah sama guru les sebelumnya. Hufh, cobaan macam apa ini aku disuruh ngurus bocah menyebalkan,' gerutu Swari dalam hati.

Sementara Arka tak kalah memandang sengit lawannya yang sebentar lagi menjadi guru lesnya.

'Tunggu saja, akan aku buat kamu tidak betah jadi guru lesku,' seringai Arka dengan kalimat yang muncul di benaknya.

Arka maju mendekati Swari dan menarik lengan kanannya, hendak memberi ancaman pada Swari.

"Semua ini gara-garu kamu tahu nggak? Tunggu saja, bisa kupastikan kamu nggak betah jadi guru lesku!" Ancam Arka sembari mengayunkan tangan kanan pura-pura ingin memukul Swari.

Reflek tangan Swari maju menangkis pukulan gertakan dari Arka. Melihat reaksi perempuan dihadapannya justru membuat Arka naik pitam, sebentar lagi bakalan ada adu jotos. Swari berniat memberi pelajaran pada bocah di depannya untuk tidak menyelesaikan masalah dengan kekerasan meski dilihatnya Arka hanya ingin menggertaknya.

Hangga yang kaget melihat jurus yang dikeluarkan Swari tidak biasa langsung menarik Arka dari posisinya.

'Perempuan ini sepertinya jago karate, bisa-bisa Arka dihajarnya,' batin Hangga.

"Sudah-sudah, jangan berkelahi!"

"Kamu tidak akan bisa menandinginya, Ar. Sepertinya dia jago beladiri," bisik Hangga lirih namun masih bisa didengar Swari.

Tin tin.

Terdengar klakson motor dari luar rumah memunculkan Bi Marni yang bermaksud memanggil Swari.

"Tuan, ada laki-laki muda mencari temannya."

"Oh itu teman yang jemput saya, Bi. Saya permisi dulu Om. Insya Allah saya siap menghajarnya, eh mengajarnya," seru Swari sembari menunjuk Arka.

"Baiklah, kasih nomer ponselmu dulu sebelum pergi," titah Hangga yang diamati Swari sebagai laki-laki dewasa minim ekspresi.

Swari segera berlari kecil keluar dari rumah besar itu setelah memberi nomer ponselnya pada Hangga dan menghampiri Satria yang masih berada di atas motornya.

Dia langsung turun menyambut Swari dengan salam ala atlet karate menurut versi mereka. Tangan kiri Satria menepuk punggung Swari.

"Apa yang terjadi,Ri. Kamu nggak apa-apa kan?" tanya Satria dengan mimik khawatir.

"Aman," balas Swari sambil tos dengan tangan kanan mengepal.

Semua itu tidak luput dari pandangan Hangga dan Arka yang hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Arka kok kayak familiar dengan laki-laki tadi,Yah. Seperti..."

"Memang siapa laki-laki tadi?"

"Hah, dia atlet karate yang mewakili kota Yogya di ajang olahraga nasional. 

"Masak sih? Harusnya ayah kenal dong."

"Ishh, beda generasi kali yah." Hangga hanya mengernyitkan dahi, dia memang rutin olahraga karate tapi itu dulu. Semenjak jadi CEO di perusahaan tekstil turun temurun milik kakeknya, pemilik sabuk hitam itu jadi tidak punya waktu mendatangi dojo milik pamannya untuk melatih karate.

"Ingat kamu harus belajar yang baik sama guru lesmu yang baru, atau kamu siap-siap babak belur," ucap Hangga sambil tertawa sedangkan Arka hanya bersungut mencari ide untuk membuat Swari tidak betah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status