Share

Bab 4A Mengerjai

Eps 4A

Swari diantar Satria menuju bengkel tempat motornya dititipkan sekaligus dicek jika ada kerusakan. Satria adalah orang yang sekarang dipercaya Swari. 

Dia laki-laki yang pengertian dan penyayang. Swari kerap bertengkar dengan ayahnya yang bekerja di sebuah perusahaan besar dikota Yogya sebagai manager. Tapi Swari tidak begitu peduli ayahnya kerja di perusahaan apa.

Sejak ayahnya pisah dengan ibu kandungnya dan menikah lagi dengan janda 1 anak membuat Swari tidak mau menerima keputusan itu. Meskipun perpisahan ayah dan ibunya secara baik-baik karena merasa tidak cocok dan telah menemukan kembali pasangan masing-masing yang membuat mereka bahagia. Namun tidak dengan Swari, dia justru sering membuat ayahnya kesal.

Swari merasa tidak suka diatur ayahnya, padahal dengan ibu tirinya saja hubungannya baik. Mungkin ibu kandungnya dulu memilih pisah karena tidak cocok dengan sikap ayahnya.

Sebagai contoh Swari diharapkan ayahnya jadi perempuan yang lembut dan feminim karena ibu kandungnya keturunan putri Solo.

Sementara Swari jiwanya saat ini sedang berontak, dia justru berkeinginan mengekspresikan diri di bidang olahraga dan pendidikan.

Awalnya Swari tertarik karate karena ada Satria di sana, lambat laun Swari menemukan kebahagiaannya dan perlahan lupa dengan masalah keuarga yang membuatnya terpuruk.

"Hei, melamun aja. Ada masalah?" tegur Satria membuyarkan lamunan Swari.

"Aku kangen ibu, Sat," 

Satria sampai hafal betul kalimat yang diucapkan Swari. Jika sudah keluar ucapan itu bisa dipastikan Swari sedang kembali ke masalahnya dengan sang ayah.

"Jangan sedih, Ri. Kamu beruntung punya dua ibu yang sama-sama menyayangimu. Kamu bisa tinggal dengan salah satunya, kamu bisa juga ke Solo mengunjungi ibu kandungmu."

"Tapi aku belum bisa berdamai dengn ayahku. Aku selalu ingin memberontaknya," lanjut Swari yang menenggelamkan wajah di antara kedua lututnya.

Satria mencoba menenangkan Swari seperti biasa dengan mengelus lembut punggung perempuan yang kuat di luar tapi sejatinya rapuh di dalamnya.

"Ayo tunjukkan prestasimu, Ri. Aku yakin ayahmu akan bangga dan memahami kemampuan yang dimiliki putrinya. Mana Swarinya Satria yang ceria dan lincah. Ayolah tersenyum!" hibur Satria membuat Swari tersenyum.

Ada sedikit beban yang berkurang setelah Swari mencurahkan kesedihannya pada Satria. Laki-laki yang telah masuk dalam relung hatinya. Sayangnya Satria menganggapnya sebagai adik yang harus dijaganya seperti pesan ayah Swari padanya.

----

Hari ini Swari mengerjakan skripsinya di kos karena tidak ada jadwal konsultasi dengan dosennya. 

Meski kampus dan rumahnya hanya satu kota, dia memilih tinggal di kos untuk menghindari konflik dengan ayahnya.

Sesekali Swari pulang untuk bertemu ibu tirinya yang sangat sayang padanya atau kalau libur panjang dia ke Solo mengunjungi ibu kandungnya.

Siang nanti Swari mulai mengajar Arka anak dari Pak Hangga yang menurutnya tampan dan berwibawa.

'Ishh, kenapa aku jadi membayangkan ayahnya Arka. Dasar otak sudah tercemar,' guman Swari dalam hatinya lalu melanjutkan mengetik tugasnya.

Meskipun Swari punya masalah keluarga, dia tidak mau terpuruk denagn mengabaikan kuliahnya. Dia harus bisa lulus dengan memuaskan.

Menjelang Asar, Swari selesai bersujud pada-Nya kemudian memastikan bajunya sopan untuk mengajar les dengan mengenakan celana katun dan kaos tunik lengan 3/4. Rambut disisirnya dan tali rambut warna pink menghiasi kepalanya.

Tak lupa dibawanya tas cangklong kesukaannya pemberian dari ibu kandungnya.

Swari suka mengenakan sepatu ketz dan tidak menyukai pantofel seperti yang disarankan ayahnya biar feminim.

Perjalanan dengan motor supra miliknya kurang lebih menempuh 20 menit sudah sampai di depan rumah besar milik orang tua Arka.

Satpam bernama Pak Agung di name tag yang tertera sudah membukakan gerbang untuk Swari dan menyambutnya dengan ramah.

"Arka ada,Pak?" tanya Swari ingin memastikan anak itu sudah pulang dari sekolah.

"Mas Arka barusan masuk rumah setengah jam yang lalu mbak. Mari silakan masuk!" 

Swari melangkahkan kaki dengan pasti namun perasaannya masih belum tertata. Dia belum yakin strategi apa yang akan dipakai untuk menaklukkan sikap angkuh Arka murid baru yang awal dikenalnya mengesalkan.

"Assalamu'alaikum, Bi."

"Wa'alaikumsalam, nyari Mas Arka ya?"

Swari mengangguk sembari duduk di teras.

Tak lama kemudian datanglah sosok yang dicari Swari, namun apalah ini Swari hanya bisa mengelus dada sembari istighfar.

Arka masih muka bangun tidur, rambut acak-acakan.

Keduanya terduduk diam membisu, tak ada yang mau memulai obrolan. Swari sedang mengeluarkan jurus meluluhkan hati dosen, eh murid maksudnya.

'Biarkan saja, dia yang butuh kok. Mau diam sampai magrib pasti aku layani,' batin Swari.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status