Eps 4B
Arka masih muka bangun tidur, rambut acak-acakan.
Keduanya terduduk diam membisu, tak ada yang mau memulai obrolan. Swari sedang mengeluarkan jurus meluluhkan hati dosen, eh murid maksudnya.
'Biarkan saja, dia yang butuh kok. Mau diam sampai magrib pasti aku layani,' batin Swari.
Arka yang melihat Swari berekspresi santai makin kesal, niatnya mau ngerjain guru lesnya justru dia yang dibuat bete apalagi kondisinya yang sedang lapar pulang sekolah langsung memeluk bantal.
"Ehm ehm," Arka mencoba bersuara dengan deheman.
"Apa, lihat-lihat?" seru Swari dengan bersusah payah menahan untuk tidak tertawa, bisa-bisa hilang wibawanya.
"Katanya mau menghajarku, eh mengajarku? Mana, kenapa diam aja."
"Ckckck, memangnya situ sudah siap? Muka bantal gitu, mandi dulu kek biar segar. Nggak mood banget mau belajar matematika kayak gitu," ledek Swari.
Tampak Arka memikirkan sesuatu yang diyakini Swari pasti ada udang dibalik batu.
"Mbak Swari bisa masak?"
"Maksudnya kamu minta diajari masak? Jangan salah, gini-gini aku pintar masak," jawab Swari dengan pedenya.
"Perfect, masakin aku dulu dong mbak. Aku lapar dari siang belum makan."
"Eits, kenapa nggak minta sama bibi aja?"
Swari mulai berpikir ini alibi pertama dari Arka untuk menghindari belajar matematika pastinya.
"Kasihan bibi mbak kerja dari subuh, sekarang pasti istirahat. Jangan-jangan mbak nggak bisa masak ya? Ishshh gimana nanti kalau nikah suami dan anaknya mau dikasih makan apa," tantang Arka denagn senyum meledek membuat hormon adrenalin Swari meningkat.
'Ini bocah nggak tahu kalau aku lulus les keputrian yang dipaksakan ayah untuk kuikuti,' guman Swari.
"Ayolah nasi goreng 2 porsi sama jus jambu 2 porsi ya, please habis itu aku belajar," lanjut Arka dengan senyum seringainya.
Terjadi tawar menawar antara guru les dan muridnya. Pantas saja guru sebelumnya pada nggak betah, ini anak kreatif banget ngerjain gurunya.
"Aku mau masakin, tapi ada syaratnya."
"Apa?"
"Kerjakan halaman ini sampai ini, aku balik bawa pesananmu semua harus selesai tanpa ada yang tak terjawab. Gimana?"
tawar Swari tak mau dirugikan.
Arka menimbang-nimbamg beberapa kali, artinya sama aja dia harus mengerjakan. Tapi tak apalah demi nasgor dan jus jambu, pikirnya.
Kesepakatan dicapai, Swari sudah berkutat di dapur memakai celemek. Sementara itu Arka mau tak mau harus mengerjakan dua halaman soal matematika persiapan ujian akhir yang diberikan Swari.
Sebenarnya tidak masalah bagi Arka mengerjakannya karena otaknya yang cerdas hanya saja tingkat kemalasannya memang harus dikalahkan.
Swari yang merasa dikerjai, kini balik mengerjai Arka. Nasgor yang dimasaknya berasa pedas level atas karena Arka nggak pesan level pedasnya. Alhasil Swari membuatnya pedas tingkat dewa. Jus jambu juga sengaja tidak dikasih gula. Swari hanya senyum-senyum sendiri membayangkan Arka makan kepedasan dan minum jus tanpa gula.
Tidak sampai 30 menit nasgor dan jus 2 porsi dibawa Swari ke teras.
"Wah, baunya harum sekali. Tapi tunggu dulu jangan kepedean, aku belum ngasih testimoni rasa," seru Arka membuat Swari senyum menahan tawanya.
"Mana kerjaannya?"
Akhirnya nasgor dan jus ditukar dengan hasil kerjaan Arka yang sungguh telah penuh jawabannya.
"Aku cobain dulu ya."
Swari menatap lekat tingkah Arka.
'Sebentar lagi pasti dia kepedasan, biar jadi pelajaran ngerjai guru les disuruh masak,' pikirnya.
"Huhh, haah," Arka mengernyitkan dahinya mungkin menahan pedas pikir Swari.
Dia siap-siap untuk riang gembira melihat reaksi Arka.
Eps 5ADi sebuah kantor perusahaan Wijaya Textil, sang CEO yaitu Raditya Hangga sedang berkutat dengan laptopnya di meja kerja.Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang namun sang empunya kantor belum juga mengakhiri kegiatannya.Sampai suara ketukan pintu menggema di telinga dan masuklah seorang perempuan cantik yang tak lain adalah sekretaris Hangga bernama Kartika."Ini berkas yang harus ditandatangani, Pak. Untuk meeting besok siang sudah saya booking tempatnya di restoran Nusantara," ucap Tika dengan penuh santun berharap bosnya terpesona padanya. "Baik, bawa sini!"Hangga menerima berkas yang diserahkan Tika. Sekretarisnya menunggu sambil duduk di depannya.Dia sekretaris yang sudah bekerja lima tahunan dengan Hangga. Setelah sebelumnya sekretarisnya berkeluarga dan memilih resign.Sekretaris Hangga kali ini masih single, orangnya cantik dan menarik bahkan kentara ada rasa sama pimpinan perusahaan Wijaya namun sang CEO tidak pernah membalas perasaannya. Hangga orang yang tidak muda
Eps 5BSuara deru mobil memasuki halaman rumah besar setelah satpam membuka pintu gerbang.Arka heran melihat ayahnya pulang lebih awal kali ini. Hangga keluar dari mobil, melangkahkan kaki menuju keberadaan putranya yang sedang duduk berdua bersama guru barunya yakni Swari.Dia mengernyitkan dahi tatkala melihat di meja terhidang dua porsi makanan dan 2 gelas jus warna pink.'Ckckck, terlambat. Arka pasti sudah mengerjai Swari,' pikirnya.Dilihat Hangga, Swari sedang menahan tawanya sambil mengoreksi kerjaan Arka. Sementara Arka makan dengan lahap sepiring nasi goreng dan masih ada satu porsi utuh di depannya." Eh ayah, ayo makan. Ini nasgor lezat yang pernah Arka makan, jusnya juga pas banget rasanya," ungkap Arka membuat Swari menelan ludahnya. Pasalnya dia ingin balik mengerjai Arka kenapa justru si anak bersorak gembira nasgor dan jus buatannya enak.'Hufh aku pikir dia akan kepedasan ternyata zonk, dia maniak pedas tingkat dewa,' batin Swari."Masak sih. Ayah cobain sini!" Han
Eps 6ASwari ketakutan melihat kondisi Hangga."Gimana ini Arka?" "Hah ayah pingsan, Mbak," seru Arka membuat Swari semakin kalut."Oh tidak...," Swari segera memutar otaknya, dia tak mau dilaporkan polisi dan menjadi headline news telah membuat ayah muridnya terkapar tak berdaya gara-gara makan nasgor dan jus buatannya.Arka menyarankan untuk memanggil dokter namun Swari melarangnya. Dia takut nanti ada saksi yang tahu kejadian itu. Swari menyuruh Arka mengambil segelas air putih hangat dikasih sedikit garam dan gula pasir."Buat apa ini, Mbak? Mau meracuni ayahku?""Hush, sembarangan. Ini oralit dadakan tau nggak?""Om, bangun Om. Bi, Bi Marni." Wanita paruh baya yang merupakan asisten RT Hangga segera datang menghampiri.Swari meminta tolong diambilkan botol berisi air hangat untuk mengompres perut laki-laki yang tergeletak di sofa.Dia tak tega melihat ayah muridnya yang berwajah pucat. Aslinya Hangga berwajah kuning langsat membuat Swari jadi mengagumi ketampanannya.'Astaghfi
Eps 6BMelihat sikap Arka, Hangga hanya bisa melotot tajam ke arahnya. Ayahnya sudah tidak punya tenaga menegurnya.Hangga berangsur membaik dari kondisi lemasnya setelah minum segelas oralit yang disiapkan Swari.Lima belas menit kemudian Pak Agung datang membawa obat yang dibeli dari apotik."Ini Mbak obatnya," ucapnya sambil menyodorkan pada Swari yang duduk di sofa seberang Hangga."Trimakasih Pak Agung. Sepertinya tidak jadi diminum aja. Om Hangga nggak percaya sama saya."Ucapan Swari dibuatnya dengan intonasi tinggi sedikit ketus menyindir Hangga yang tidak terima diperlakukannya seperti pasien.Padahal kenyataannya Hangga tidak mau terlihat gugup di depan Swari.Entah apa yang terjadi, di dekat Dena yang intens mengejarnya saja Hangga terlihat biasa saja. Ini berada dekat dengan perempuan seumuran anaknya malah membuat perasaannya tak karuan."Simpan saja di kotak obat, Gung," perintah Hangga yang diangguki Agung.Dari arah luar terdengar langkah sepatu menampakkan dua sosok p
Bab 7ASejak kejadian ayah Arka sakit perut, Swari belum menyambangi rumah besar itu. Meski bukan kesalahannya, tetapi Hangga sakit perut karena makan nasgor buatannya. Swari merasa sedikit bersalah karena tidak berhasil melarang Hangga makan. Dia jadi canggung untuk bertemu lagi dengan laki-laki dewasa yang tidak mau didekatinya saat ingin menolongnya.Hari ini seharusnya Swari mengajar untuk kedua kalinya. Namun, dia ada latihan di dojo Om Dimas bersama Satria.Dia menelpon Hangga dengan sedikit gugup.Hangga hanya menjawabnya singkat seperti biasa minim ekspresi pasti wajahnya pikir Swari.Beberapa menit kemudian Hangga memberi nomer telepon Arka supaya Swari menghubungi langsung Arka karena Hangga sedang di kantor."Halo, Arka. Maaf Mbak hari ini absen dulu ya mau latihan karate.""Oh, kalau gitu aku ikut aja bisa, nggak?""Ngapain ikut?""Mau belajar karate biar bisa menghajar Mbak Swari. Hahaha.""Awas kamu ya, dasar anak pintar. Tapi bagaimanapun gurunya lebih pintar, wek."Swa
Bab 7BSwari mulai memasang kuda-kuda, melakukan gerakan dasar dan seterusnya.'Orang ini sudah level atas pastinya, jurusnya sudah tidak jauh dengan Om Dimas meski kelihatan sedikit kaku,' batin Swari.Sampai pada Hangga yang melumpuhkan pertahanan Swari dan menjatuhkannya ke matras membuat jarak pandangnya semakin dekat. Swari menatap lekat manik mata Hangga yang menusuk jantungnya.Pun demikian Hangga yang merasakan debaran jantungnya kian meningkat segara membuang pandangannya ke samping."Lain kali kalau berlatih jangan melamun," bisiknya di telinga Swari membuat perempuan di depannya tersipu malu. Sedetik kemudian ia kesal juga akibat terpesona jadi kalah tanding.Hangga segera berdiri dan mengulurkan tangan ke Swari supaya bangun. Namun, Swari tidak menggubrisnya dan justru beranjak mendekati tempat Satria beristirahat. Hangga hanya menggelengkan kepalanya lalu mendekati Dimas."Hebat Ngga, lama nggak latihan bisa ngalahin cewek tomboy itu," tawa Dimas pecah melihat wajah Hangg
Bab 8A Pacar atau Ibu Tiri?Sudah dua minggu Swari mengajar Arka, pertemuan pertama anak itu mengerjainya jadi koki dadakan.Pertemuan kedua Arka menantangnya main badminton, berujung Swari yang menang dan Arka harus mau mengerjakan tugasnya.Pertemuan ketiga dan keempat sepertinya Arka kehabisan ide untuk mengerjainya. Dia mendadak tidak protes untuk mengerjakan latihan soal matematika yang diberikan Swari.Hari ini merupakan pertemuan kelima karena Swari hanya mengajar dua kali seminggu."Mbak, ayo kita main dulu sebelum ngerjain soal," pinta Arka.Swari mulai curiga dengan mimik Arka yang berseringai, pasti anak ini sudah menyiapkan perangkap untuknya."Main apa?""ToD,"Swari tergelak mendengar permainan itu, pasalnya dia selalu jadi korban saat sedang diajak bermain bersama teman-teman kuliahnya.Dia bimbang antara menolak nanti kelihatan nggak mampu tapi kalau menerima pasti seringnya dia kalah."Ayo, Mbak Swari takut kalah ya?" ledek Arka membuat adrenalin Swari terpacu."Eits,
Bab 8B Pacar atau Ibu Tiri"Oh, jadi Mas Satria pacar Mbak ya?""Tidak-tidak Satria bukan pacar mbak juga. Kalau sudah ketemu orang yang cocok, mbak mending langsung nikah aja.""Sudah-sudah Arka jangan digodain gurumu nanti kabur lagi ayah yang susah. Oya, besok tiga hari ke depan ayah ada acara menginap di hotel. Ini ayah mau siap-siap dulu, nanti malam kamu nggak apa-apa sendiri ya ditemani Pak Agung dan Bi Marni?"Eyang katanya mau ke sini kok nanti, biar sekalian nemenin kamu. Sekarang eyang baru dalam perjalanan."Siap yah," Arka berbinar mengetahui neneknya mau mengunjunginya.Kentara sekali kasih sayang yang diberikan pada Arka.Hangga meninggalkan keduanya setelah sekilas melihat rona wajah Swari yang masih memerah. Tanpa sadar dia tersenyum dalam hati melihat tingkah guru les Arka."Isshh, ngapain cerita ke ayahmu Ar, mbak jadi malu tau nggak.""Ciieee, yang mulai tergoda dengan ayahku."Swari sudah memukul lengan Arka dengan penggaris di depannya.Aww "Sakit mbak,""Syukur