Beranda / Rumah Tangga / Terjebak Cinta CEO Tampan / 07 | Buah Apel Yang Jatuh

Share

07 | Buah Apel Yang Jatuh

Penulis: Mochallate
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-21 21:30:00

Namanya manusia. Kalau tidak menyukai, bisa jadi ia membenci.

|¤|

Yang sejak awal Sasya tahu tentang ibu mertuanya adalah wanita itu tidak menyukainya, belum menyukai lebih tepatnya. Kini ditambah fakta baru kalau ternyata ibu mertuanya memang membenci dirinya yang tiba-tiba datang sebagai menantu, padahal wanita itu sudah menyiapkan perempuan lain untuk Agaza. Dan karena Sasya, rencananya itu gagal, yang lebih parahnya lagi perempuan itu tetap ingin dinikahkan dengan Agaza. Tidak masalah walaupun jadi istri kedua. 

Tadi, Sekar memang mengajaknya naik ke lantai dua. Wanita itu membawa Sasya ke dalam ruangan yang ada di pojok lantai dua itu. Di sanalah Sasya diperlihatkan banyak potret ibu mertuanya bersama dengan Agaza, ayah mertuanya, dan perempuan yang diinginkan Sekar. Namanya Sinta. Gadis keturunan asli Jawa yang punya profesi sebagai chef di salah satu restoran mewah di Jakarta pusat. Wajah cantik, tutur kata lembut, sopan santun, karir cemerlang, siapa yang bisa melepaskan wanita potensial seperti itu? 

Berbanding terbalik dengan Sasya yang ... yah, dirinya tahu kalau dia serba kekurangan. Cantik? Yah dia cantik, dia sadar itu. Untuk tiga poin yang lain Sasya memang kalah jauh, sangat jauh. Dan sepanjang Sekar menceritakan kesempurnaan calon menantunya—yang gagal itu—Sasya hanya bisa diam dan mendengarkan, tidak banyak protes atau melayangkan kalimat nyelekit yang keluar dari mulutnya. 

"Saya harap kamu bisa sadar diri, ya? Agar tidak terlalu jauh mempertahankan Agaza," ucap Sekar sinis. "Saya tahu Sasya, kamu tidak mencintai anak saya, maka dari itu cepat lepaskan dia sebelum kamu yang akan dapat balasan dari saya." 

Jika seminggu lalu Sekar mengatakan hal ini padanya, Sasya akan dengan senang hati menurutinya. Harusnya pun saat ini Sasya bisa dengan mudah menurutinya. Tapi, entah dapat bisikan dari mana, Sasya malah berusaha sebaliknya. Ia bertekad untuk meluluhkan hati mertuanya yang beku untuknya, ia akan berusaha menyingkirkan bayang-bayang Sinta dari pikiran ibu mertuanya. Iya, dia memang harus melakukan itu. 

Sasya tidak menyadari jika kini mereka sudah ada di carport rumah mereka. Agaza sedang memandangnya dengan bingung karena selama mereka tinggal bersama, wanita ini tidak pernah melamun atau berdiam diri. Agaza melambaikan tangannya di depan wajah Sasya, tapi istrinya itu masih belum juga tersadar. 

Agaza mendekat dan mencondongkan tubuhnya ke arah Sasya, pria itu menggesekkan hidungnya di depan hidung mungil sang istri. Barulah Sasya sadar dan langsung mendorong wajah Agaza dengan telapak tangan sebelah kanan sambil mengomel sembari keluar dari dalam mobil, berjalan sambil menghentakkan-hentakkan kakinya. 

"Sya, belanjaan kamu ketinggalan nih!" teriak Agaza. 

Wanita itu berbalik, menatap balik ke arah Agaza yang sedang menyengir karena tatapan galak darinya. "Lo bawa ke dalam!" balas Sasya dengan teriakan yang lebih menggelegar lagi. 

Bukannya tersinggung, Agaza malah semakin tergelak. Pria itu mengambil semua belanjaan istrinya dari jok belakang kemudian keluar dengan senyum tersungging indah di bibirnya. 

Ngejahilin Sasya memang paling enak. 

|¤|

Rembulan mengintip malu dari balik tirai gorden pasangan suami-istri yang kini sedang beradu pandang. Saling menatap penuh permusuhan. Kalau tatapan mata bisa membunuh, sudah pasti keduanya kini terkapar menjadi mayat. 

Sasya masih tidak enak hati, apalagi memikirkan ucapan mertuanya tadi. Wanita itu terus kepikiran sepanjang hari. Ibu mertuanya menunjukkan secara terang-terangan ketidaksukaan dirinya terhadap Sasya, dan Sasya tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Mau bercerita dengan Agaza juga dia masih kesal, bisa-bisanya suaminya ini mau ambil kesempatan saat di mobil tadi. 

Sedangkan Agaza sendiri, sebenarnya sudah mau tertawa. Melihat wajah Sasya yang jutek dengan kerutan-kerutan yang ada di dahinya membuat wanita itu kelihatan menggemaskan. Tapi, ia menahannya. Agaza tahu, istrinya sedang ada masalah dengan gejolak batinnya sendiri. Jadi, ia akan menunggu saat yang tepat agar Sasya mau cerita padanya. 

"Sudah ah, capek. Saya mau tidur saja," kata Agaza memutus kontak mata mereka. "Besok mau saya ajak keluar lagi?" tanyanya sambil membenarkan posisi bantalnya. 

Sasya mengangkat bahu. "Terserah," lalu ikut berbaring di samping Agaza. Memeluk suaminya tanpa disuruh, menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Agaza yang ... seperti biasa, telanjang. 

Agaza membelai rambut sang istri, sesekali mengecup ringan puncak kepalanya. "Kalau ada sesuatu, kamu bisa cerita sama saya. Kita ini bisa memulainya dengan pertemanan, sebelum nanti kamu akan jatuh cinta sama saya." 

"Jangan memendam semuanya sendiri. Tidak baik untuk kesehatan. Kepalamu yang kecil ini tidak boleh dikasih memory berkapasitas besar, kasihan." 

Sasya tidak menanggapi. Wanita itu menggigit kecil dada suaminya, membuat Agaza mengaduh dan membalas dengan pelukan yang sangat erat. Nyaris membuat Sasya tidak bernapas. Sasya ingin cerita, sangat. Tapi, di satu sisi ia takut jika Agaza tidak percaya padanya. Parahnya kalau Agaza percaya lalu ia mendatangi ibunya dan meminta penjelasan pada mertuanya itu, nanti malah Sekar semakin membencinya karena disangka mengaduh yang tidak-tidak pada Agaza. Serba salah, kayak buah simalakama. 

"Nanti ya kalau sudah yakin, baru gue cerita." Akhirnya hanya kalimat itu yang mampu keluar dari bibirnya. 

Agaza tidak membalas lagi. Ia tahu, cepat atau lambat Sasya pasti akan cerita padanya. Agaza sudah memahami karakter Sasya, wanita ini tidak bisa memendam sesuatu sendirian. Dan Agaza akan menunggu waktu itu, mungkin besok atau lusa. Ia yakin pasti tidak akan lama.

|¤|

Jam dua malam. Sasya terbangun karena merasakan kandung kemihnya sudah penuh. Wanita itu melepas pelukan Agaza, mencari saklar dan turun dari ranjang untuk menuju kamar mandi yang bersebelahan dengan kamar mereka. Sekalian ia akan turun ke lantai bawah dan makan, perutnya tiba-tiba lapar. 

Setelah beres dengan panggilan alam, Sasya melanjutkan langkahan kakinya menuruni undakan tangga. Membuka kulkas dan mengambil buah pear segar, langsung melahap buah itu sambil mencari duduk. 

"Ada tikus ya kalau malam," suara berat dan serak khas orang bangun tidur mengalun dari balik punggungnya. Sasya membalik tubuhnya, melihat Agaza yang berjalan sambil mengucek matanya. Pria itu sudah memakai kaus tanpa lengan. 

"Lapar gue," keluh Sasya pelan. 

Agaza ikut mengambil buah; apel dari dalam kulkas, duduk di samping Sasya sambil menumpukan sebelah tangannya di meja bar. "Tumben banget," ujarnya di tengah kunyahan. 

Satu buah pear sudah habis dimakan Sasya, wanita itu akan beranjak, tapi Agaza menahan lengannya. Memberikan apel yang sudah digigitnya kepada Sasya. "Ini saja, saya sudah tidak mau." 

Ingin protes karena dapat bekas gigitan, tapi terlalu malas mengeluarkan kalimat perdebatan di pagi hari yang dingin ini. Melanjutkan kegiatannya memakan buah apel sisa gigitan Agaza. Sedangkan pria itu berdiri, mengambil tempat di depan Sasya. Ia mencondongkan tubuhnya dan menahan dengan kedua lengan yang ditumpukan pada meja bar di belakang Sasya. Pria itu mengembuskan napasnya di depan wajah Sasya, membuat kegiatan sang istri terhenti. Sasya mendongak, hidungnya menyentuh dagu Agaza yang ditumbuhi bulu halus. 

"Kenapa?" tanya Sasya gugup. 

Sasya memang punya banyak teman lelaki dan sering juga berdekatan dengan mereka, tapi rasanya tidak mendebarkan seperti saat ini. Saat Agaza tersenyum tipis dan memandangnya dengan mata sayu. Sasya jadi takut, kalau-kalau pria ini kemasukan jin saat di tangga tadi. 

"Za, jangan buat gue takut!" pekiknya. Buah apel yang dipegangnya bahkan sudah jatuh menggelinding saat Agaza semakin mendekatkan wajahnya. Sasya menahan dada suaminya agar tidak semakin mendekat. 

"Sya ...," bisik Agaza lirih. 

Agaza semakin mendekat dan Sasya semakin ketakutan. Wanita itu menutup matanya saat dirasanya wajah Agaza semakin mendekat ke arahnya, ia tidak siap menyaksikan sesuatu yang akan Agaza lakukan padanya. Jika bisa, Sasya ingin punya jurus menghilang saja. 

Pria itu mengarahkan bibirnya ke telinga Sasya agar bisa berbisik di sana. "Lain kali kalau keluar kamar jangan lupa pakai bra. Kelihatan dari luar," bisiknya pelan, kemudian langsung memeluk tubuh Sasya. Menutupi aset istrinya di bagian depan. 

Sedangkan Sasya, wanita itu mendadak lemas. Tangan yang ada di dada Agaza turun ke sisi tubuhnya. Antara malu dan kesal, Agaza selalu memperhatikannya sampai sedetail itu. Sasya meringis karena tiba-tiba Agaza mengangkatnya, membawa kedua tungkai kaki istrinya untuk melingkari pinggangnya sebelum melangkah menaiki tangga untuk menuju ke kamar mereka dan kembali tidur. 

"Besok lagi ya makannya. Gantian saya yang mau makan kamu sekarang."

|¤|

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   28 : Tamu Tak Diundang

    "Yang harus kamu tahu, setiap orang itu bisa berubah."|¤|Agaza masih belum mau bicara padanya sejak dua hari lalu, ya sudah dua hari berlalu dan semuanya masih sama. Pria itu mungkin marah pada Sasya karena dengan seenaknya membicarakan hal yang tidak-tidak tentang sahabatnya, tapi Sasya juga kesal karena apa yang dia lihat bukan hal yang diada-adakan, semuanya memang terjadi. Sayangnya Sasya tidak punya bukti.Soal mencari kerja bahkan Sasya tidak melakukannya, alasannya karena tidak berani meminta izin keluar pada Agaza. Bicara saja tidak mau, boro-boro memberi izin. Begitu yang wanita itu pikirkan.Maka selama itu pula Sasya hanya diam di rumah, mencoba beberapa resep masakan dan membagikan hasilnya kepada tetangga. Kalau menurutnya gagal, Sasya akan membuang hasil kerja kerasnya itu ke tong sampah. Jangan harap Sasya akan memakannya, karena semua makanan dimasak dengan matang, dia hanya me

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   27 : Salah Paham

    "Coba pikirkan kembali, kira-kira apa yang salah dari dirimu?"|¤|Sasya akui bahwa mencari kerja tanpa relasi memanglah sulit. Kalau dihitung-hitung, sudah hampir dua minggu dirinya berkeliling mencari perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan, tapi selama itu pula dirinya tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Namun, hatinya meyakini bahwa dia akan mendapat apa yang dibutuhkannya saat ini, yaitu pekerjaan.Wanita itu masuk ke dalam gedung berwarna pastel di depannya, berdoa semoga ini menjadi rezekinya."Oh iya, Mbak, kebetulan kami sedang mencari office girl di sini, mari saya antar masuk ke dalam." Begitu ujaran satpam ketika Sasya bertanya apakah perusahaan tersebut membuka lowongan pekerjaan atau tidak.Office girl katanya? Memang wajah Sasya dan setelannya terlihat seperti orang yang akan melamar menjadi tukang membuat kopi?

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   26 : Pembicaraan Suami-Istri

    Jarum pendek di jam dinding kamar mereka sudah menunjukkan pukul sebelas ketika keduanya masuk ke dalam kamar. Sasya mengempaskan tubuhnya ke atas ranjang, lelah sekali rasanya setelah menjalani hari ini. Sedangkan Agaza memilih untuk membersihkan tubuhnya, dia memang tidak sempat mandi saat di rumah kedua orang tuanya, sibuk ndusel-ndusel seperti anak kucing pada Sasya.Ketika Agaza keluar dengan pakaian yang sudah lengkap pun, Sasya masih tidak beranjak. Dia masih memejamkan mata meskipun telinga mendengar suara pintu kamar mandi terbuka."Kamu nggak mandi, Sayang?" tanya Agaza seraya meletakkan handuk ke atas sofa di kamar mereka."Taruh handuk di tempat lo ngambil, Za!" peringat Sasya, sudah terlalu hafal dengan kebiasaan buruk sang suami.Agaza menurut. Pria itu kembali berjalan menuju sofa kamar mereka, mengambil handuk yang dilemparkannya, lalu beralih melangkah ke atas

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   25 : Alasan Sekar

    Makan malam sudah tersaji di atas meja makan dengan berbagai macam lauk yang Sekar masak. Semua hasil kerja kera Sekar, ya memang begitu kenyataannya. Mertuanya itu belum bisa percaya dengan kemampuan memasaknya.Agaza datang bersama Sinta, membuat mood Sasya yang sudah anjlok menjadi hancur berantakan. Sungguh, lama-lama dia muak juga dengan tingkah Sinta yang menyebalkan. Perempuan itu seperti tidak tahu malu, sudah jelas Agaza adalah suami orang lain, tapi bisa-bisanya dia masih menggodanya."Eh kalian pergi bareng tadi kesini? Wah, Bunda senang banget loh. Agaza harus sering-sering ngobrol sama Sinta," kata Sekar antusias."Ekhem!" deham Karlex cukup kencang, memperingatkan istrinya.Seolah tidak mendengar teguran itu, Sekar malah membawa Sinta dan Agaza di sisi kanan dan kirinya, menghela keduanya ke meja makan tanpa perduli bahwa kini Sasya sedang memperhatikan mereka. T

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   24 : Menantu Bunda

    "Membiasakan diri memang perlu untuk beberapa hal."|¤|Siklusnya masih sama. Ketika bangun pagi, Agaza akan langsung salat subuh, mandi, sarapan, dan langsung pergi kerja. Meskipun sudah jadi maniak, tapi jika urusan pekerjaan memang tidak bisa ditinggal. Dia akan kembali jadi sosok Agaza yang ambisius dan cuek seolah tidak pernah terjadi apa pun antara dirinya dan sang istri di hari sebelumnya.Di kantor, sudah banyak tugas yang menunggu diselesaikan.Ditambah kenyataan bahwa hari ini sang sekretaris tidak bisa hadir karena anaknya masih sakit. Agaza bukan bos kejam yang akan menahan seorang ibu di tempat pekerjaan sementara anaknya bertarung dengan kematian di rumah.Untungnya Agaza mandiri, dia bisa langsung menerima berkas yang harus dilihatnya. Namun, hal itu ternyata tidak begitu baik untuknya, karena jadi banyak orang yang masuk ke dalam ruanganny

  • Terjebak Cinta CEO Tampan   23 : Siapa Ninta?

    Benar-benar menyebalkan.Sasya menyediakan makanan dan teh di dapur, sedangkan Agaza mengobrol dengan tamu mereka yang Sasya curigai sebagai selingkuhan suaminya itu. Oh, bahkan Agaza menyuruhnya menyiapkan semua ini tanpa merasa bersalah setelah membuatnya kelelahan hampir dua belas jam terakhir.Bukankah Agaza seperti memiliki kepribadian ganda? Mudah sekali berubah!Gerakan tangan Sasya terlampaui cepat saat memindahkan banyak camilan ke dalam wadah yang telah diambilnya, membuat satu gelas minuman lagi dengan rasa tidak rela. Benar-benar tidak rela!Setelah semuanya selesai, wanita itu meletakkan wadah berisi camilan dan gelas-gelas ke atas nampan. Membawa makanan dan minuman dengan langkah kaki cepat menuju ruang tamu.Sampai di sana dia mendapati pemandangan yang menyesakkan dada. Tidak kuat terlalu lama menahan bawaannya karena tangannya lemas, Sasy

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status