Terjebak Cinta CEO Tampan

Terjebak Cinta CEO Tampan

last updateLast Updated : 2025-03-18
By:  MochallateOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
28Chapters
322views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

[Follow Dulu Sebelum Baca!] Warning : [18+] |¤| "Kasih saya sebulan untuk membuat kamu jatuh cinta," ucap Agaza sambil menatap dalam pada manik mata wanita di hadapannya. "Kalau tidak bisa, silahkan ajukan surat perceraian." "Kenapa sebulan? Bukannya lebih cepat lebih baik? Ayo bercerai sekarang!" bantah Sasya. Wanita itu menatap pada Agaza dengan tajam. "Tapi, boleh deh. Lo bukan tipe gue, jadi ya ... tidak masalah mau sebulan atau berapa bulan, lumayan bisa digunakan buat bayar cicilan gue," imbuhnya setelah beberapa saat berpikir. Agaza dan Sasya. Dua manusia yang memiliki perbedaan usia yang cukup jauh. Perbedaan sifat yang saling bertolak belakang. Agaza yang penuh prinsip dan hidup disiplin, sedangkan Sasya si gadis manja yang hanya bisa menghamburkan uang saja. Pernikahan mereka bahkan bisa berlangsung karena Ayahnya Sasya—Ginanjar—mengatakan tidak akan membiayai hidup putrinya itu jika Sasya menolak, jadilah ia mau menikah dengan Agaza. Yang katanya ... si pedofil. Usia mereka terpaut tujuh tahun. Agaza pria dewasa berumur 33 tahun harus menikahi gadis berusia 26 tahun yang tidak bisa melakukan apa pun selain menghamburkan uang. Pertikaian, kesalahpahaman, penyesalan pun turut mewarnai kehidupan rumah tangga yang direncanakan hanya akan berlangsung selama satu bulan itu. Apakah dua anak manusia ini akan terus terjebak dalam garis takdir yang telah ditentukan kedua orang tua mereka? Atau ada penebusan dan jalan keluar lain? |¤| 2025 M O C H A L L A T E

View More

Chapter 1

01 | Kesepakatan

Setelah mengucapkan ijab kabul tanpa kesalahan, kini Agaza bersanding dengan Sasya—istrinya—di pelaminan yang berada di bagian paling depan gedung pernikahan mereka. Menebar senyum manis—yang palsu—pada semua tamu yang melihat ke arah mereka. Sasya bahkan berkali-kali menggerutu karena acaranya lama sekali berakhir. Dan Agaza berusaha untuk memberi pengertian pada istri kecilnya itu. 

"Sebentar lagi, lima menit. Setelah itu kita langsung ke kamar, saya juga sudah lelah."

Begitulah ucapannya empat menit tujuh belas detik yang lalu. Sasya masih harus menunggu beberapa detik untuk mengajak suaminya meninggalkan acara super mewah itu. Dia ingin istirahat dan sedikit bermain-main dengan Agaza. Pria pedofil yang beruntung menjadi suaminya.

"Ayo pergi, gue capek nih!" katanya serampangan. Tidak pakai etika sama sekali. 

Agaza menurut, menarik pinggang ramping istrinya untuk turun dari atas pelaminan dan berpamitan kepada kedua orang tua mereka. Yang dibalas dengan godaan dari semua yang mendengar.

"Pengantin baru sudah tidak sabar rupanya!" kata Tante Mika—adik Papanya Sasya—sambil tersenyum jahil. Sasya mendengkus. Tidak sabar apanya? Membuat Agaza menyesali pernikahan ini setelah apa yang akan Sasya lakukan nanti? Oh tentu saja kalau untuk itu! 

"Jangan begitu, Mika, nanti mereka malu. Ini ramai orang, loh," timpal Bude Ria—saudara jauh Mama—dengan wajah centilnya. 

"Sudah-sudah, jangan digoda terus anakku. Ya sudah, silakan sana kalian ke kamar," lerai Papa. Yang nadanya persis orang mengusir. "Eh, Za!" Papa kembali memanggil Agaza yang hendak melangkah pergi. "Jangan main kasar ya! Anak Om masih perawan," pesan Papa.

Ya Tuhan, ada apa dengan keluarga Sasya?! 

Agaza membalas dengan senyum singkat dan sikap hormat. Sedangkan Sasya mendengkus keras-keras, tidak punya etika seperti biasa. Setelah berpamitan sekali lagi barulah mereka dibiarkan lolos dari kalimat-kalimat menjijikan menurut Sasya. Kamar mereka ada di lantai 10 gedung mewah ini, berada di tengah lorong dengan hiasan bunga di depan pintu. Dari luarnya tampak seperti khas kamar pengantin sekali. 

Pintu tidak dikunci, memudahkan Sasya masuk tanpa harus berlama-lama menunggu. Wanita itu langsung masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan wajahnya. Bajunya sulit untuk dibuka, tapi tidak masalah, toh ia tidak akan lama berada di sini. Saat keluar kamar mandi, Agaza sudah menunggunya di tepi ranjang. Pria itu bahkan langsung berdiri saat melihat Sasya yang keluar tanpa make up, tapi masih menggunakan pakaian pengantinnya. 

"Oke, karena lo nungguin gue, jadi kita bisa mulai sekarang!" kata Sasya to the point. Tampak Agaza yang membeliakkan matanya terkejut. Bukankah ini terlalu cepat? Begitu pikirnya. Sebelum Sasya melanjutkan ucapannya. "Mengakhiri pernikahan ini secepatnya!" ujar wanita itu mantap. 

Agaza mendekat. Berdiri tepat di hadapan wanita yang menyandang gelar sebagai istrinya itu. Menatap balik sepasang mata yang melihatnya dengan tajam. "Maksud kamu?"

Putaran bola mata Sasya, gerakan mulut komat-kamit wanita itu, sampai dengkusan keras dari hidungnya bahkan Agaza perhatikan baik-baik. 

"Bercerai. Iya, kita harus bercerai secepatnya. Kalau bisa, talak aku sekarang!" 

"Kenapa?" tanyanya datar. Tidak ada sopan santun dalam kalimatnya. 

"Yah, karena ... karena ...," Sasya menarik napas panjang sambil menyusun kalimatnya. "Gini ya, gue nggak suka sama lo, dan ... ya, gue pikir lo juga ngerasain hal yang sama, nggak suka juga sama gue. Jadi, daripada kita tersiksa dengan adanya pernikahan ini, lebih baik kita segera bercerai. Lo bisa nemuin istri yang lebih baik dari gue, dan gue? Jelas, gue bisa dapat suami sesuai kriteria gue!" jelas Sasya panjang lebar.

"Dari mana kamu bisa tahu kalau saya tidak suka kamu? Dan soal kriteria suami, memang pria macam apa yang kamu inginkan?" Agaza bertanya, dengan tangan terlipat di depan dada dan alis terangkat sebelah. 

Wanita itu tampak salah tingkah diperhatikan seperti yang Agaza lakukan padanya sekarang, tetapi itu tidak akan menyurutkan keinginannya untuk mengungkapkan banyak hal agar semua rencananya bisa berjalan mulus malam ini. Iya, harus. "Pria seperti lo nggak mungkin suka sama cewek manja, 'kan? Makanya gue bisa simpulin kalau lo nggak mungkin suka gue!" Ia membuang pandangan. Langkah kakinya menuju arah balkon yang bisa menampilkan view Jakarta dari balik dinding kaca. "Gue mau cowok yang bisa manjain gue, nggak nuntut banyak hal, terima gue yang nggak bisa ngapa-ngapain ini, dan ... gue mau yang nggak tua," ungkapnya. 

Agaza mendesah. Untuk tiga hal pertama yang Sasya sebutkan mungkin dirinya masih bisa lakukan, tapi untuk poin terakhir? Agaza bahkan tidak yakin kalau Sasya menganggapnya masih muda. Dia sadar diri, usia mereka terpaut cukup jauh. Sasya lebih cocok menjadi adik sebenarnya, maka dari itu jika bisa ia akan membimbing Sasya. Dan dugaannya selama ini salah, wanita ini bahkan langsung meminta cerai di hari pertama pernikahan. 

"Saya bisa jadi pria yang kamu sebutkan tadi," mari coba keberuntungan. 

Sasya langsung menggeleng. "Enggak. Lo nggak menuhi semua kriteria gue. Lo-sudah-tua! Sadar diri dong!" 

Benar, 'kan, dugaannya tadi? Sasya tidak bisa menoleransi aspek terakhir. Lagi pula ia bingung, memang usia sepenting itu untuk wanita berusia dua puluh enam tahun ini? Ayolah, dirinya bahkan sudah tidak bisa dikatakan gadis muda lagi. Usianya sudah cocok dikatakan tua juga untuk ukuran wanita Indonesia. Lalu kenapa pula meminta suami yang begitu sempurna? 

"Memang kamu masih muda? Usia kamu sudah lebih seperempat abad kalau kamu lupa." Skakmat. Mulut pedasnya sudah mulai beraksi. Ugh, oh, ia hanya pria biasa yang akan merasa sakit hati dikatakan tua, padahal untuk seorang pria, usianya sekarang adalah usia prima. 

Sasya membalikkan badannya. Menatap sengit pada suaminya. Cahaya dari luar malah menambah aura seram yang terpancar nyata. "Lo bilang apa?!" tanyanya marah. 

Agaza sudah bersiap akan membalas, namun Sasya lebih dulu bereaksi. "Hiks, nambah poin satu lagi yang nggak menuhi kriteria gue. Lo nggak bisa bersikap baik, gimana mau manjain gue nantinya?!" 

"Eh, aduh, maksud saya tadi-"

"Nggak usah membela diri! Sudah, sekarang lo talak gue aja, cepetan!" 

Mendengar kalimat itu lagi. Rasa bersalah yang sempat muncul, padam kembali. Agaza kembali menatap datar. "Tidak." Hanya itu yang bisa ia katakan. 

"Enggak lo bilang? Sial! Apa yang lo harapin dari seseorang yang nggak cinta sama lo? Ya Tuhan!" erangnya kesal sendiri. Ia duduk di kasur sambil mendongak dramatis. 

"Soal cinta, ya?" gumam Agaza. Pria itu juga ikut duduk. "Kasih saya waktu sebulan untuk membuat kamu jatuh cinta," ucap Agaza sambil menatap dalam pada manik mata wanita di hadapannya. "Kalau tidak bisa, silakan ajukan surat perceraian. Tapi, kalau kamu cinta sama saya dalam waktu sebulan, maka tidak akan ada perceraian. Sampai kapan pun! Dan dengan alasan apa pun."

"Kenapa sebulan? Bukannya lebih cepat lebih baik? Ayo bercerai sekarang!" bantah Sasya. Wanita itu menatap pada Agaza dengan tajam.

Agaza menggeleng. "Sebulan. Kita tidak mungkin langsung bercerai," ucap pria itu santai. "Begini, Papa kamu mengancam tidak akan membiayai hidupmu jika menolak menikah dengan saya, 'kan?" Sasya mengangguk. "Kamu pikir setelah menikah, lalu bercerai, kamu akan tetap dibiayai?"

"Tentu! Syaratnya cuma supaya gue mau menikah, bukan menjalani pernikahan!" 

"Itu dia! Papamu pasti akan sangat kecewa jika putrinya menikah hanya dalam waktu sehari. Kalau beliau kecewa, memang kamu yakin tetap akan diterima kembali? Saya rasa tidak."

"Benar juga, sih," gumam Sasya. 

"Jadi, semua ada di tangan kamu. Jika tetap keras kepala ingin bercerai yah silakan nikmati hidup tanpa fasilitas," ujarnya sambil tersenyum. Tipis dan kelihatan mengejek di mata Sasya. 

Wanita itu mempertimbangkan banyak hal. Ucapan Agaza tidak salah sama sekali, tapi bertahan menikah? Dirinya tidak membuat rencana untuk itu. Dan apa? Membuatnya jatuh cinta dalam waktu sebulan? Dirinya bahkan bisa jatuh cinta dalam seminggu jika pria itu terus memberikan perhatian lebih. Sial! Kedua pilihan tidak ada yang menguntungkan untuknya. 

"O-oke! Gue mau tetap menjalani pernikahan ini. Lumayan punya suami, bisa bayar cicilan gue dua bulan lalu yang nunggak," kata wanita itu, angkuh. 

Apa mulut menganga Agaza sudah cukup menjelaskan kalau pria itu sangat takjub sekarang? Takjub dengan istrinya yang menikah baru sehari sudah akan menyuruhnya membayar cicilan dua bulan yang nunggak? Benar-benar wanita ini, untung saja Agaza sabar dan tidak pelit. 

"Ya sudah gue mau tidur."

"Mau tidur pakai gaun seperti gitu? Sure?" tanya pria itu setengah mengejek. 

Sasya bahkan baru sadar lagi kalau gaun sialan yang ribetnya melebihi soal matematika ini masih menempel di tubuhnya. Haruskah ia meminta tolong Agaza untuk membantunya membuka gaun ini? Apa yang akan pria itu pikirkan? Aishh. 

"Ya sudah bantu bukain!" katanya serampangan. Begitulah sifat yang melekat pada diri Sasya selama ini. "Tapi, jangan macam-macam lo!"

Agaza terkekeh. Pria itu berdiri di belakang Sasya, menurunkan perlahan resleting di punggung sampai ke bagian tulang ekor. Menampakkan bahu, punggung, dan pinggang mulus istrinya. Agaza meneguk ludahnya susah payah, cepat-cepat membuang pandangan sebelum imannya runtuh. 

"Saya mau mandi, kamu silakan tidur kalau memang sudah lelah." 

Pria itu buru-buru berlari ke arah kamar mandi. Sasya mengernyitkan dahi bingung. Tadi pria itu terkekeh, lalu kenapa setelah membuka resleting bajunya ia malah kelihatan parno begitu? Udara dingin menyapu punggungnya, dengan itu juga Sasya sadar akan kelakuan suaminya. Agaza pasti gugup karena melihat langsung punggungnya tanpa benang sedikitpun. Pipinya memerah, membayangkan wajah Agaza saat pertama kali melihatnya. Aishh, apakah bisa dirinya bertahan kalau begini? 

|¤|

Jujur saja Sasya tidak bisa tidur pulas kali ini. Dengan tangan kekar yang melingkari perutnya posesif. Ia mencoba menggeliat, berharap si pemilik tangan mau menyingkir. Posisi seperti ini tidak baik untuk kesehatan jantungnya! 

Agaza merasa terganggu karena pergerakan di sekitarnya. Ia mengerjapkan mata, saat sadar bahwa Sasya sedang ada dalam pelukannya, menatap ke arahnya dengan mata berkaca-kaca, ia segera duduk. Menyalakan lampu dan menatap pada wanita di sampingnya. Masih berkaca-kaca. 

"Hey, kenapa?" Ia mendekat, tapi Sasya malah menjauh. "Jangan takut. Kenapa?" tanyanya lagi. 

Sasya ikut bangkit. Memukul lengan berotot suaminya sekeras mungkin, tapi malah menyakiti tangannya. "Lo mau buat gue mati, hah?" teriaknya kesal. "Gue nggak bisa tidur kalau lo peluk kayak tadi, bego!" Agaza memejamkan matanya mendengar kalimat-kalimat kasar itu. 

"Saya biasa peluk guling kalau tidur. Sekarang sedang tidak ada guling, jadi-"

"Lo pikir gue sekecil itu sampai disamain sama guling?!" jeritnya nyaring. Astaga, Agaza bahkan tidak mengatakan kalau Sasya kecil, meski memang begitu kenyataannya. 

"Ya sudah, maaf. Sekarang kita bisa tidur lagi?" bujuknya. Mata Agaza sudah perih karena terbangun sebelum waktunya. "Mata saya sakit."

"Oke, tapi jangan peluk gue!"

"Kamu yang peluk saya kalau gitu."

Sasya menggeleng keras. "Enggak mau! Enak aja lo, dipikir gue cewek apaan?!" 

"Saya tidak bisa tidur kalau tidak memeluk atau dipeluk. Serius."

"Tapi, lo beneran jangan peluk gue sekencang tadi, ya? Awas lo!" ancamnya. 

Agaza mengangguk. Merebahkan tubuhnya kembali. Ia menjulurkan tangannya untuk jadi bantalan Sasya. Wanita itu langsung tidur, memeluk tubuh Agaza dengan tangan kecilnya. Oh, bahkan tangannya tidak sampai memeluk seluruh tubuh Agaza, betapa kecil istrinya ini. Sebelah tangannya mengelus bahu istrinya yang bersandar di dadanya, dan yang sebelahnya lagi ia letakkan di belakang tubuhnya sambil menggenggam jemari mungil Sasya. 

"Saya tidak yakin kamu tahan kalau dimasuki," bisik Agaza serak. Ia buru-buru memejamkan mata sebelum singa dalam pelukannya mengamuk. 

"Sialan, lo!"

|¤|

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
28 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status